Bahayanya dari sikap tak acuh ini akan menimbulkan dampak-dampak negatif, seperti adanya peningkatan dalam hal ketidakadilan. Jika publik dan manusia lain memilih untuk tidak acuh dalam perkara yang merampas hak asasi manusia dan penyimpangan, maka kaum yang melakukan hal demikian akan semakin melancarkan aksi mereka dengan semena-mena dan tidak peduli akan opini orang lain, karena mereka tidak akan dicemooh. Dampak lainnya adalah adanya Pembenaran Ekstremisme, sikap tak acuh dapat digunakan oleh kelompok-kelompok ekstremis untuk membenarkan tindakan mereka. Mereka dapat mengklaim bahwa pendekatan moderat tidak efektif dalam menangani ketidakadilan, sehingga tindakan ekstrem diperlukan, dan dampak terburuknya adalah mereka melecehkan dan menistakan agama yang suci demi melanjutkan perilaku yang mereka anggap benar tersebut.
Baru-baru ini ada kasus dimana ada dua pelaku penyimpangan melakukan hal tidak senonoh di dalam rumah ibadah umat muslim. Ini adalah salah satu bentuk dari ketidak pedulian dan pemberian ruang kepada mereka yang melakukan perilaku menyimpang. Mereka sudah tidak peduli dengan adanya batasan-batasan agama dan tempat-tempat suci, mereka hanya ingin melakukan hal yang disebabkan oleh hawa nafsu mereka belaka.
Moderasi beragama sejatinya tidak mengabaikan perilaku yang salah, ketidakadilan atau pelanggaran, tetapi justru mengedepankan dialog dan penghormatan terhadap hak asasi manusia. Untuk menerapkan moderasi beragama yang benar, semua pihak harus berkomitmen untuk aktif dalam saling memberi mendo'akan, membimbing menuju jalan yang benar dan menghentikan seluruh perilaku yang tidak dibenarkan dalam norma agama maupun norma sosial juga hukum negara. Kita semua bisa menjadi insan yang tidak tertinggal akan perkembangan zaman namun juga tidak meninggalkan hukum agama dan seluruh norma-norma yang benar dalam hidup.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H