Mohon tunggu...
Zahrina Masthura
Zahrina Masthura Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Department of International Relations - UIN Syarif Hidayatullah

Undergraduate Student

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Analisa Peran dan Keterlibatan OAS dalam Mengatasi Konflik Venezuela Periode 2014-2019

27 Mei 2020   17:00 Diperbarui: 28 Mei 2020   11:51 927
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keamanan. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Pixelcreatures

PENGANTAR

Regionalisme di antara Negara-Negara di dunia telah menjadi hal yang lazim di masa ini. Dalam hubungan regionalisme kerjasama yang terjalin antar Negara bukan tidak mungkin membawa dampak yang positif dan negatif bagi mereka. Selain bentuk kerjasama bilateral dan multilateral terdapat pula Organisasi Internasional yang menjadi wadah bagi Negara-Negara untuk menjalin kerjasama satu sama lain. Melalui Organisasi Internasional pula beberapa Negara mulai berkembang baik dalam bidang politik, ekonomi, sosial dan pertahanan keamanan dengan mendapat mitra kerjasama yang menguntungkan dan dapat membantu mereka saat terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti bencana, krisis ekonomi, kepentingan nasional mendesak dan lain sebagainya.

Sebagian besar Negara-negara Amerika Latin kini telah merdeka, dan memiliki hak untuk menentukan nasib mereka sendiri. Namun Amerika Latin tidaklah jauh dari Amerika Serikat, Negara yang pernah menjadi Negara Super power dan dikenal hampir di seluruh penjuru dunia. Organisasi Negara-Negara Amerika (OAS) yang banyak berkontribusi dalam bidang keamanan antar Negara-negara di Benua Amerika, juga menjadi simbol kerjasama, kontribusi positif, semangat solidaritas, keadilan, integrasi teritorial dan kedaulatan mereka. Mengapa Amerika Serikat memberi perhatian besar bagi Negara-negara di Amerika Latin? Salah satunya adalah sebab ketergantungan di antara keduanya. Amerika latin terkenal dengan pengekspor minyak terbesar terhadap Amerika Serikat yang menciptakan ketergantungan tinggi terhadap minyak Amerika Latin. Tidak hanya dalam bidang hasil mineral, ekonomi Amerika Latin memberikan pengaruh bagi kepentingan perdagangan bebas Amerika Serikat. Amerika Latin bisa menjadi pasar potensial bagi Amerika Serikat. Serta hasil perkebunan, kayu dan pertanian Amerika Latin, merupakan salah satu yang terbesar. Dengan kekuatan ekonomi serta hasil mineral yang dimiliki kawasan, Amerika Latin menjadi sebuah kekuatan yang diperhitungkan dalam ekonomi dan politik dunia. sehingga faktor ini yang menjadi inti utama kepentingan terhadap fungsi kawasan Amerika Latin bagi Amerika Serikat.

Salah satu permasalahan pelik yang kini menimpa kawasan Amerika Latin bukan hanya mengenai bagaimana Amerika Serikat memegang peranan besar di wilayah Negara mereka melainkan juga timbulnya krisis akibat harga minyak yang anjlok pada tahun 2014. Negara yang terpapar dampak terbesar dari peristiwa ini di Amerika Latin adalah Venezuela. Sementara Negara-negara di luar benua Amerika sebagai mana dikutip dari Standard and Poor memaparkan bagaimana rendahnya harga minyak mentah dunia berakibat negatif pada perekonomian Arab Saudi, Oman, Bahrain, Brasil dan Kazakhstan. Turunnya harga minyak mentah dari yang awalnya lebih dari US$ 100 menjadi US$ 30 menjadi alasannya. (Liputan6.com, 2016)

Menurut data Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) tahun 2015, Venezuela terbukti memiliki cadangan minyak mentah terbesar di dunia, yakni mencapai 300 miliar barrel. Angka ini melampaui Arab Saudi (266 miliar barrel), Iran (158 miliar barrel), dan Irak (142 miliar barrel). Ini membuat mantan Presiden mendiang Hugo Chavez menempatkan minyak sebagai jantung ekonomi negara itu. Sekitar 90 persen ekspor dan separuh penerimaan negara Venezuela berasal dari minyak. Ketika harga minyak anjlok dari 115 dollar AS per barrel menjadi separuhnya pada tahun 2014, pertumbuhan ekonomi Venezuela anjlok 10 persen.

Venezuela mengalami krisis yang cukup mengerikan dimana ekonomi benar-benar anjlok dan terpuruk, Menurut data Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) tahun 2015, Venezuela terbukti memiliki cadangan minyak mentah terbesar di dunia, yakni mencapai 300 miliar barrel. Angka ini melampaui Arab Saudi (266 miliar barrel), Iran (158 miliar barrel), dan Irak (142 miliar barrel). Ini membuat mantan Presiden mendiang Hugo Chavez menempatkan minyak sebagai jantung ekonomi negara itu. Sekitar 90 persen ekspor dan separuh penerimaan negara Venezuela berasal dari minyak. Ketika harga minyak anjlok dari 115 dollar AS per barrel menjadi separuhnya pada tahun 2014, pertumbuhan ekonomi Venezuela anjlok 10 persen. (Setiawan, 2017) Venezuela mengalami ketergantungan tinggi pada minyak bumi karena cadangan minyak yang berlimpah namun hal ini malah membawa dampak buruk bagi mereka terlebih saat harga minyak dunia turun drastis. Kebijakan-kebijakan yang diambil Pemerintah dirasa semakin memperparah kondisi ini. Inflasi melonjak tajam,nilai mata uang turun drastic,bahan makanan pokok menjadi luar biasa mahal, subsidi masyarakat dicabut. Di tengah krisis, banyak warga memilih meninggalkan negara tersebut. (Tribun Jabar, 2018) Berbondong-bondong keluar dari Venezuela ke Negara lain demi mancari pertolongan akibat krisis yang menimpa mereka.

Krisis Venezuela

Krisis yang menimpa Venezuela sejak 2014 akibat harga minyak bumi yang merosot tajam menjadikan Venezuela menderita kelumpuhan ekonomi, inflasi, mata uang yang jatuh, hutang luar negeri bahkan kehidupan rakyat yang memburuk. Warga kesulitan membeli bahan makanan dan kebutuhan pokok sehari-hari karena harga yang sangat mahal tidak terjangkau bagi mereka. Peredaran dolar di pasar gelap mengakibatkan inflasi karena Pemerintah pernah membuat kebijakan melarang menukar dollar secara bebas dan hanya bisa dilakukan kalangan tertentu yang berkepentingan.

Kebijakan ekonomi populis yang tidak mempertimbangkan pengelolaan negara yang baik telah membawa Venezuela di bawah Hugo Chavez gagal membawa Venezuela yang kaya minyak ke arah pemerataan kesejahteraan. Ketergantungan pada ekspor minyak, utang luar negeri dan komoditi impor telah memperburuk kondisi ekonomi domestik. (Nainggolan, 2018) Karena merasa tidak tahan dengan kondisi di negaranya warga Venezuela melakukan eksodus ke Negara-negara tetangga Venezuela bahkan lebih jauh. Setiap harinya tak kurang dari 5.000 warga yang angkat kaki meninggalkan negerinya untuk menyelamatkan diri dari krisis ekonomi dan kemanusiaan yang menerpa negara yang kaya minyak itu.

Menurut Laporan PBB, dari 32,4 juta jumlah penduduk Venezuela, lebih 2,3 juta (7%), telah mengungsi akibat krisis ekonomi dan politik. Negeri ini menghadapi migrasi penduduk yang masif. Dalam beberapa tahun belakangan, ratusan ribu penduduk Venezuela telah melarikan diri ke berbagai negara, melewati perbatasan dan mengungsi di tenda-tenda di Kolombia, Meksiko, Ekuador, Peru, Brasilia, Chili, dan Argentina.

Analisa Peran dan Keterlibatan OAS 

Sejak awal terjadinya krisis yang menimpa Venezuela penulis melihat bahwasanya di tahun 2019 menjadi tahun puncaknya krisis tersebut. Karena di tahun 2019 Venezuela benar-benar sedang mengalami kondisi yang mencekam. Pertikaian yang terjadi antar para petinggi negara akhirnya berimbas pada masyarakat. Masyarakat Venezuela menjadi terisolir, tidak bisa melakukan aktivitas seperti biasa karena ketiadaan listrik, air bersih sulit didapat, makanan dan obat-obatan pun sulit ditemui pada saat itu. Saat kondisi telah sangat mencekam, masyarakatpun berbondong-bondong mengungsi ke negara tetangga. Bagi yang memiliki status sosial menengah keatas, mereka bisa mendaftar dan melengkapi dokumen. Namun yang memiliki status sosial rendah mereka hanya bisa menjadi pengungsi ilegal.

Dalam Press Release terdapat isyarat bahwa OAS juga melakukan penekanan pada Negara-negara anggota OAS dan anggota Pengamat Dewan Permanen untuk melakukan andil dan partisipasi secara aktif memberi bantuan kemanusiaan pada Venezuela sekaligus menyerukan kesiapan pemilihan Presiden baru. Rezim yang berkuasa di Venezuela diharapkan hendak membuka diri terhadap bantuan yang disiapkan oleh Negara-negara anggota OAS.

Sekretariat Jenderal Organisasi Negara-negara Amerika (OAS) menyambut Juan Guaido sebagai Presiden baru Majelis Nasional Venezuela. (OAS, 2019) OAS mengatakan bahwa sebagai salah satu kekuatan sah Negara dan memiliki kekuatan politik mendukung Juan Guadio sebagai salah satu sosok yang mampu menekan transisi Venezuela menuju pemerintahan demokrasi dengan pemilihan Presiden baru. Demikian kutipan pernyataan dari Press Release yang dikeluarkan oleh OAS pada 6 Januari 2019 terkait hal ini :

“The illegitimacy of the Venezuelan dictatorial government has been widely declared by the International Community, either by opposition to the illegal and illegitimate election of the National Constituent Assembly, as per Resolution 1078 of the OAS Permanent Council, which declared on April 3 of 2017 the unconstitutional alteration of the democratic order of Venezuela, and resolution 2929 of the last Regular Session of the General Assembly, which declares illegitimate the subsequent presidential electoral process of May 20.

We will support the efforts make by President Guaidó at the head of the National Assembly at this decisive juncture in which he assumes the leadership of the country, and in which it is essential to restore the constitutional and democratic order to restore basic human rights to the Venezuelan people. ”

Pada 10 januari 2019 OAS melakukan pertemuan terkait solusi yang bisa mereka berikan untuk krisis Venezuela dimana dalam Press Relase (OAS, 2019) yang dikeluarkan secara resmi oleh Dewan Tetap OAS menetapkan bahwa tidak mengakui legitimasi dan keabsahan masa jabatan baru Nicholas Maduro sebagai Presiden Venezuela berikut munculnya anggapan bahwa krisis ekonomi yang menimpa Negara tersebut datang dari runtuhnya tatanan demokrasi dan Hak Asasi Manusia serta kelalaian pemerintah Venezuela untuk menjamin hak fundamental warga negaranya. Dewan Tetap OAS juga mengakui bahwa warga yang meninggalkan Venezuela semua diakibatkan kebutuhan dasar hidup mereka yang tidak terpenuhi, Eksodus Venezuela berdampak pada kapasitas negara-negara di kawasan untuk memenuhi kebutuhan kemanusiaan mereka dan menimbulkan tantangan bagi kesehatan dan keamanan masyarakat.

Selain menjabarkan mengenai permasalahan yang dialami Venezuela Dewan Permanen dan Pertemuan Konsultasi para Menteri Luar Negeri Negara-negara anggota OAS tetap siap untuk terlibat dalam inisiatif diplomatik, termasuk kantor-kantor yang baik, yang bertujuan mempromosikan dialog di Venezuela, dengan maksud untuk mencapai solusi politik untuk krisis di negara itu. Selain itu memberikan pilihan solusi untuk melakukan dialog nasional dengan seluruh aktor dan pemangku kepentingan politik Venezuela dalam penyelesaian masalah dan rekonsiliasi dari hal-hal yang terjadi. Juga melaksanakan pemilihan umum secara adil,transparan dan demokratis yang benar-benar mencerminkan kehendak rakyat Venezuela terhadap permasalahan krisis yang menimpa Negara itu.

Menerima banyak sekali pengungsi dari Venezuela tentu membuat Negara-negara sekitarnya menjadi kesulitan terlebih Negara-negara tersebut juga masih dikategorikan sebagai Negara berkembang. Upaya-upaya kemanusiaan masih harus ditingkatkan namun semua ini terkendala karena tensi yang tinggi antara para pemimpin dan politikus dari Venezuela. Disatu sisi Presiden Maduro yang kembali terpilih pada Mei 2018 melangsungkan sumpah jabatan pada 10 Januari 2019 dan Majelis Nasional dipimpin oleh pihak oposisi semakin memperkeruh suasana. OAS sebagai salah satu organisasi Internasional di Amerika Latin telah menentukan sikap untuk menentang Pemerintahan Maduro yang di anggap tidak sah, tidak demokratis dan tidak mewakili kepentingan rakyat. Sehingga pelanggaran terhadap Hak Asasi Manusia menjadi salah satu hal yang dikritisi serta diindikasi menjadi penyebab utama keterpurukan ekonomi hingga migrasi massif yang dilakukan warga Venezuela. Merambatnya isu-isu pada Negara-negara tetangganya menyebabkan hal ini menjadi masalah sekaligus isu internasional.

Meski bantuan kemanusiaan telah dilaksanakan namun Negara-negara berkembang di sekitar Venezuela (contohnya Ekuador) yang didatangi para imigran merasa kesulitan dan membutuhkan bantuan donor-donor dari Negara lebih maju dalam hal ekonomi seperti Amerika Serikat. Bahkan ada 95 organisasi yang dikoordinasikan oleh Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi, UNHCR, meluncurkan program yang dinamakan Rencana Respons Regional untuk Pengungsi dan Migran dari Venezuela. (BBC News, 2019)

Kesimpulan

Hubungan antara Venezuela dan Organisasi Internasional OAS (The Organization of American States) sedang berada dalam keadaan memanas dalam menyikapi kondisi yang terjadi di Venezuela terkait krisis ekonomi yang terjadi hingga maraknya imigran gelap yang meninggalkan Negara itu berpindah tempat ke negara tetangga demi kehidupan yang lebih baik. Menurut teori Regionalisme dimana suatu hubungan terjalin antara Negara-negara yang berada dalam satu region/wilayah/letak geografis yang sama terjadi dalam kasus ini dimana Negara Venezuela yang berada di kawasan Amerika Latin membawa dampak dari krisis yang terjadi di negaranya pada Negara-negara yang berada di sekitarnya termasuk dampak langsung mengenai imigran-imigran miskin yang menyebar keluar dari Venezuela.

Dalam lingkup regionalisme institusional Negara-negara di kawasan Benua Amerika juga menginisiasi suatu Organisasi Internasional yang berperan sebagai sarana memperkokoh identitas, kedaulatan dan teritorial mereka serta suatu wadah kerjasama demi mewujudkan kepentingan bersama. Dalam kasus krisis Venezuela, Organisasi Internasional yaitu OAS mengambil peran lengkap sebagai :

  1. Instrumen (alat/sarana), yaitu untuk mencapai kesepakatan, menekan intensitas konflik dan menyelaraskan tindakan yaitu dalam kondisi menekan para elite politik Venezuela melakukan pembaruan sistem yang lebih demokratis di negaranya dengan pemilihan Presiden Baru sebagai bentuk penolakan terhadap Presiden Nicholas Maduro yang kini menjabat.
  2. Arena (forum/wadah), yaitu untuk berhimpun berkonsultasi dan memprakarsai pembuatan keputusan secara bersama-sama atau perumusan perjanjian- perjanjian internasional (convention, treaty, protocol, agreement dan lain sebagainya) dalm hal ini menyangkut Press Release yang dikeluarkan OAS sebagai respon nyata terhadap keresahan wilayah Amerika Latin terhadap isu internasional krisis dan imigran Venezuela.

Saran

Menurut penulis, Organisasi Internasional OAS telah mampu melaksanakan keseluruhan fungsi tersebut dengan indikasi melakukan respon yang jelas terhadap kasus yang ada, keluhan yang diberikan bahkan mengeluarkan kebijakan untuk menetapkan sikap dan tekanan pada Negara-negara anggota bahkan Venezuela sendiri terhadap apa yang harus dilakukan. Sehingga keputusan dan norma yang telah dihasilkan dapat berlaku sejalan membantu meluruskan kepentingan Negara-negara anggotanya. Respon OAS terhadap masalah ini cukup tegas dan apa yang telah ditetapkan OAS patut diapresiasi dengan baik dan diharapkan mampu mengatasi krisis yang menimpa Venezuela serta Negara-negara yang menjadi imbas pelarian para imigran dari Venezuela.

REFERENSI

BBC News, ”Venezuela,Negara yang ditinggalkan Tiga Juta Penduduknya”,1 Januari 2019, https://www.bbc.com/indonesia/dunia-46719038, diakses pada 20 April 2020.

Liputan6.com, “Ekonomi 5 Negara Ini Terpuruk Gara-gara Harga Minyak” https://www.liputan6.com/bisnis/read/2442410/ekonomi-5-negara-ini-terpuruk-gara-gara-harga-minyak, diakses pada 18 April 2020.

Nainggolan, Poltak Partogi ”Krisis Venezuela dan Migrasi Internasional”, Vol. X,No.18/II/Puslit/September/2018,Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI.

OAS, The Organization of American States,”OAS General Secretariat Greets New President of the National Assembly of Venezuela” 2019, http://www.oas.org/en/media_center/press_release.asp?sCodigo=E-084/19, diakses pada 20 April 2020.

Setiawan, Sakina Rakhma Diah. "3 Penyebab Krisis Parah di Venezuela, Masalah Minyak hingga Utang Luar Negeri", https://ekonomi.kompas.com/read/2017/08/04/110000126/3-penyebab-krisis-parah-di-venezuela-masalah-minyak-hingga-utang-luar-negeri, diakses pada 18 April 2020

Tribunjabar.id “Venezuela Krisis Ekonomi Parah padahal Kaya Minyak, Apa yang Terjadi?”, http://jabar.tribunnews.com/2018/08/25/venezuela-krisis-ekonomi-parah-padahal-kaya-minyak-apa-, diakses pada 18 April 2020.

Sumber Bacaan Tambahan :

https://keepo.me/news/venezuela-kian-mencekam-masyarakat-terpaksa-mengais-makanan-sisa/

https://www.cnbcindonesia.com/news/20180827070630-4-30260/eksodus-warga-venezuela-akan-lampaui-jumlah-pengungsi-suriah

https://www.gatra.com/detail/news/420483/internasional/unhcr-catat-pengungsi-venezuela-capai-4-juta-orang

https://www.bbc.com/indonesia/dunia-46833326

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun