Festival Erau merupakan salah satu tradisi yang menjadi agenda tahunan masyakarat Kota Tenggarong, Kalimantan Timur. Tradisi Erau telah ada sejak zaman Kerajaan Kutai dan terus dilestarikan hingga saat ini. Erau sendiri berasal dari Bahasa Kutai, yaitu 'Eroh' yang berarti ramai.
Festival Erau diselenggarakan bertepatan dengan hari jadi Kota Tenggarong yaitu pada tanggal 29 September. Dulunya, Tradisi Erau diadakan sebagai Upacara Penobatan Raja Kerajaan Kutai, namun pada saat ini Tradisi Erau tidak hanya berupa upacara adat, tetapi juga diisi dengan berbagai kegiatan kesenian, lomba olahraga, dan lain sebagainya. Tidak hanya itu, pada Tahun 2013, Festival Erau bahkan dikolaborasikan dengan acara Erau International Folklore and Art Festival (EIFAF), yang mana dalam acara ini akan ditampilkan pertunjukan budaya dari berbagai negara.
Festival Erau terdiri atas beberapa rangkaian yaitu Menjamu Benua, Merangin, Mendirikan Tiang Ayu, Beluluh, Bepelas, Tari Ganjur, Mengulur Naga, Begorok, Belimbur, dan Merebahkan Ayu.
Belimbur merupakan rangkaian terakhir yang menjadi penanda berakhirnya pelaksanaan Tradisi Erau. Belimbur merupakan ritual menyucikan diri yang dimulai oleh Sultan lalu diikuti oleh seluruh rakyat Kutai Kartanegara dan pengunjung dengan cara saling menyiram atau memercikan air. Ritual ini dilakukan untuk menyucikan diri serta menjauhkan diri dari hal-hal buruk.
Sayangnya, dari tahun ke tahun, Prosesi Belimbur terus dinodai dengan munculnya sosok 'Hantu Kacak'. 'Hantu Kacak' bukanlah sosok tak kasat mata, melainkan oknum-oknum nakal yang memanfaatkan kesempatan dalam Prosesi Belimbur untuk melakukan pelecehan, umumnya kepada wanita.
Dengan modus menyiram wanita dengan air, pelaku memanfaatkan kesempatan untuk menyentuh dan meremas payudara wanita tersebut.
Sosok 'Hantu Kacak' ini masih menjadi momok menakutkan bagi wanita-wanita ketika hendak mengikuti Prosesi Belimbur, walaupun telah ada himbauan setiap tahunnya menjelang Prosesi Belimbur, akan tetapi tetap saja sosok 'Hantu Kacak' ini masih sering muncul.
Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara bekerjasama dengan aparat keamanan untuk memantau jalannya Prosesi Belimbur untuk memastikan semua masyarakat dapat menjalani Prosesi Belimbur dengan nyaman. Pemerintah juga menghimbau masyarakat untuk terus waspada dan berhati-hati, serta tidak segan untuk melapor kepada pihak berwajib jika mengalami tindak pelecehan ataupun kekerasan.
Harapannya, semoga kedepannya pelaksanaan Erau terutama dalam Prosesi Belimbur tidak lagi diwarnai dengan adanya tindak pelecehan seksual, serta diharapkan semua masyarakat dapat saling menjaga dan melindungi satu sama lain untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diiinginkan.