Waktu terus berjalan. Seperti nada bunyi jam di saat sunyi. Semua kenangan bersama Djody semakin jelas dan menjadi kesedihan dihari-hari Sherine. Semakin ia terdiam, semakin berisik kenangan itu mengusik. Entah berapa lama lagi ia akan bertahan digerayang perasaan tak karuan. Begitupun dengan Djody yang tetap mencari Sherine disetiap sudut yang sering mereka jumpai. Djody menurut teman-teman tongkrongan tidak seperti biasanya dimana ia yang selalu mencairkan suasana kini lebih sering melamun. Di dalam perjalanan ia melamun, 'Jadi begini rasanya sunyi.. dimana hanya butuh satu suara untuk memenuhi kekosongan hati' kata batinnya.Â
Sinar terang merambat masuk ke dalam ruang kelas Sherine. Sherine yang sedang menggambarkan berbagai ungkapan perasaannya layaknya sebuah seni yang lucu disebuah buku gambar estetiknya. Gambar yang ia buat adalah seorang putri cantik yang mencoba memanjat pohon besar yang diatasnya ada sebuah rumah dengan seorang laki-laki tampan memandang ke bawah. Tak berapa lama cuaca berubah menjadi mendung dan mulai datang angin kencang. Ia pun melihat ke arah jendela yang terbuka, lalu merasakan angin itu masuk memenuhi isi ruang kelas. Gambar yang ia anggap sudah selesai, ia cabut dari buku tersebut dan menerbangkannya ke luar jendela. Bagi Sherine, cerita itu masih menggantung dan terbang entah kemana.
Motor hitam dan helm biru sudah sampai diparkiran kampus. Djody dengan tas Knight Flurry nya melintasi koridor kampus, tapi terkhusus koridor fakultas seni dan sastra ia akan berjalan pelan sambil mengawasi dengan penuh harapan bahwa akan bertemu Sherine tanpa sengaja. Memang takdir tidak berpihak pada Djody, namun ia menemukan karya seni dari tangan Sherine yang menggantung di dedaunan pohon. Ia langsung memberi komentar, "bukankah ini bertolak belakang dari cerita fiksi di disneyland, dimana-mana perempuan yang harusnya dirumah ini..dasar..ckck" ia berbicara sendiri seraya melihat dengan teliti gambar tersebut. "apa kau ingin menghiburku, Sher?" lanjutnya sambil tersenyum sendiri.Â
Menjelang magrib serasa disubuh hari. Suhu diluar sangat dingin saat hujan. Djody yang baru selesai mengikuti matakuliah sore kini berjalan cepat menuju tempat menemukan gambar itu. Koridor cinta baginya, karena malam ini ia akan nekat mencari Sherine sampai ke dalam kelas. Egi bersama teman-teman lainnya berteriak memanggil Djody saat ia akan naik tangga. "Lu mau ngapain Djody? ini anak-anak udah mau otw ke kafe, lu ga bareng kita?" kali ini Djody merasa tertangkap basah, ia pun langsung berlari kelantai atas. baginya terserah mereka mau berasumsi apa yang penting niat Djody harus terwujud, yaitu bertemu dengan Sherine walau hanya sekali saja.
Ia bertanya ke beberapa mahasiswa dan melirik semua pintu ruang kelas. "Sherine setau gw udah pulang,,cuma gatau deh coba cek aja di ruang 405"kata seorang mahasiswi yang kenal dengan Sherine. Djody hampir patah semangat, namun ia tetap menghampiri ruang tersebut. Kali ini saat ia membuka ruang tersebut, ia tidak melihat siapapun. Pupus harapan Djody untuk bisa melihatnya lagi. Setelah dari ruang kosong itu, ia pun berpikir ingin membuang kertas gambar yang menjadi sebab dari harapan besarnya. Ia perlahan menuju tong sampah hijau besar di dekat kamar mandi pria dan wanita. Saat Djody membuka tutup sampah itu, Sherine membuka pintu kamar mandi wanita. Mata mereka saling tertuju, meskipun tanpa sengaja. Karya seni yang masih digenggam Djody pun jatuh , karena gugup seperti tertangkap basah yang kedua kali. Mata Sherine terbelalak saat melihat kehadiran Djody beserta gambar yang telah ia terbangkan ada ditangan Djody.
Situasi saat ini membuat perasaan keduanya semakin tak karuan. Djody mengambil kertas gambar itu. Lalu Sherine menangis.Â
Bersambung...Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI