Keesokan harinya, Djody mengejar Sherine yang berjalan di koridor kampus. Sherine melihat namun tidak menghiraukan. Ia pun berjalan dengan cepat menuju masjid, seolah-olah tidak melihat keberadaan Djody yang mengikutinya. Dalam hati Djody 'apa ada yang salah denganku?' sambil tetap mengawasi gerak gerik Sherine yang mengintip di sela-sela jendela kaca masjid di lantai 2. Sherine bertanya dalam hati, 'apakah ini cara yang benar, yaa Allah?' 'atau aku bersalah kepadanya?'
Sudah tiga hari berlalu, mereka saling mengejar dan menghindar di lingkungan kampus. Sherine mengabaikan keberadaan Djody yang mencoba mengajak berbicara, bahkan saat Djody bersama teman-temannya di kantin pun ia mau berpindah sebentar ke sisi Sherine yang selalu duduk sendirian. Sherine merasa iba karena kegigihan Djody yang mendekatinya meskipun diabaikan, ia pun menuliskan sesuatu di buku gambarnya, "Maaf Djody, maaf aku mau kita jaga jarak pertemanan, kalo kamu mau kita tetap jadi teman.." Djody yang membacanya bingung dengan perasaan yang ia punya. "Kamu mau aku ngejauh??" kata Djody. Sherine perlahan mengangguk. Tak puas dengan jawaban seperti itu, Djody bertanya lagi,"Kamu gak suka aku berada di dekatmu?"dengan harapan yang lain ia mulai serius. Sherine terdiam, namun perlahan mengangguk. Baginya, Djody tidak akan bisa digapai dengan keapa-adaannya Sherine, dan Djody hanya layak menjadi seorang teman namun hal itu sangat menyiksa batin yang sedang bersemi.
Bersambung..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H