Part 2
Djody dikejutkan oleh temannya yang memanggil namanya dari jauh, "Eh lu lama banget, ayo teman-teman yang lain ngajak lu buat ke Kafe Adolft". Sherine yang mendengarnya langsung berpamitan dengan melambaikan tangan kanannya, ia pun pergi menjauh. Di kafe, Djody bingung harus bertanya-tanya kepada siapa karena ia tidak ingin disangka sedang mendekati perempuan itu. namun dalam diskusi santainya itu, salah satu teman Djody membicarakan Sherine yang dilihatnya aneh. "Tadi gw liat si Sherine nulis-nulis dibuku gambar hahaha..percaya ga sih lu kalo dia beneran bisu?". Teman lain menyaut,"Gw sih percaya dia beneran bisu, kalo si Endah minggu lalu mah taunya gigi depannya patah cuy jadinya ga pernah mau ngomong lagi hahahaaa..."."Oalaah gw kira dia slek sama gw pas gw minta nitip nasi geprek mulu di kelas.." kata seorang perempuan yang menjadi bawahannya Djody. Mereka saling bersaut untuk membicarakan mahasiswa-mahasiswa yang datang pada konsolidasi tadi, dan Djody yang bersama teman tongkrongannya ikut merokok pun juga ikut bertanya, "Emang dia beneran bisu? dari kapan ya?"."Mana gw tau, kita disini aja pada kenal dia karena dia datang tadi, kalo ngga mah yah ga perduli banget.." saut Mira. dan mereka pun tertawa seakan membercandakan parodi orang bisu berbicara. Djody langsung terdiam dan tak perduli dengan candaan teman-temannya lagi.
Pagi hari jum'at Sherine sudah tiba dikampusnya untuk memenuhi janjinya dengan Djody. Ia menggambar sebuah podium terbakar dengan tulisan-tulisan sindirian keras bagi para DPR dan Presiden jajarannya. Itu adalah kali pertama Sherine mencoba memegang pilox, terutama untuk menggambar. Baginya, seni adalah kata-kata yang mudah dipahami, mudah diutarakan, dan mudah diciptakan bagi orang-orang yang fokus pada dirinya sendiri. Jadi mengapa ia hanya fokus pada salah satu yang membuatnya tertarik, karena kekurangannya mengantarkannya pada anugerah yang belum tentu didapat bagi orang lain, dan seni melukis sama hidupnya dengan seni mengeskpresikan diri. Hidupnya tidaklah hanya sunyi yang mungkin tampak oleh orang normal, namun dalam raganya dipenuh ekspresi dan kesadaran diri yang tinggi yang harus ia bangun lewat karya.Â
Djody yang melihat Sherine lumayan karena ia mulai bingung cara membuat garis tepi dengan pilox, lalu diajarkan olehnya, "Jadi gini tangan Sherine, trus lihat dari dalam sudut ini, kamu juga munduran kalo mau melihat gambar kamu dari dalam kotak ini..", Sherine menuruti saran Djody. Lalu ia pun tersenyum sampai terlihat giginya yang rapih dan mencoba mengintip matanya di dalam tangannya yang berbentuk kotak. Djody tanpa sadar juga ikut tersenyum melihat tingkahnya. Banyaknya yang ikut membantu membuat atribut aksi sehingga cepat selesai sebelum jam 9 pagi. Pada saat yang melelahkan, seluruh mahasiswa yang sudah hadir berkumpul dan mempersiapkan Massanya masing-masing yang dipandu oleh kordinator. Sherine hanya duduk sendirian dikantin. namun saat ia mau menarik buku gambarnya yang estetik, ia dipanggil oleh Djody. "Sherine ayok ikut..",lalu ia pun menarik tangan baju Sherine. Sherine kaget dan menuruti jalan yang digiring oleh Djody dan teman-teman. Mereka tidak ikut ke dalam bus-bus yang sudah disediakan, tetapi mereka konvoi menggunakan motor masing-masing. Djody menyuruh Sherine masuk barisan ke dalam bus namun Sherine menggeleng. Djody yang sudah menariknya sampai di halaman bus-bus itu merasa tidak enak kepada Sherine, ia pun mengambil motornya dan menyuruh Sherine naik secepatnya. "EGIII, LU PANDU PAKE MOBIL KOMANDO DULU GW PAS DIDEPAN PATUNG KUDA AJA OKEE ROLLING NANTI!!" teriak Djody kepada temannya, lalu temannya mengiyakan. Disepanjang perjalanan konvoi, Sherine yang memperhatikan sekelilingnya melihat kearah jendela bus, ia melihat ada yang meneriaki "Djodyyyyyy!!!Djodyyyy! My Bebeeeebbb!" dan merasa kesal melihatnya berboncengan dengan Sherine.Â
Seperti rencana awal Djody dengan temannya, ia pun menyuruh Sherine masuk barisan perempuan yang sudah dibuatkan border oleh mahasiswa laki-laki, sementara Djody menuju mobil komando yang sudah berhenti didepan patung kuda. Ia naik ke atas mobil komando, meneriaki beberapa slogan perjuangan, menjelaskan maksud kedatangannya dengan Massanya dalam menuntut keadilan, dan bergantian memberikan keterangan tuntutan massa. Di dalam barisan, Sherine hanya menunduk karena ia takut bertemu dengan perempuan yang melihatnya berboncengan dengan Djody. Disisi kanan Sherine tampak ada yang bercadar, dan mengajak Sherine untuk fokus melihat jalannya. "Kak, jangan meleng ya takutnya nanti kesandung." namun Sherine hanya diam. Perempuan itu mungkin merasa bisa mengobrol dengan Sherine, ia pun berpegang tangan dengan Sherine. Sherine melihat Djody fokal didepan umum, diatas mobil yang penuh dengan speaker hitam, dan memegang microphone. Para ketua dan mahasiswa disana memakai tali pita berwarna-warni yang menandakan perbedaan fakultas dan juga universitas. Namun tanpa disadari Sherine tidak mendapatkan tali pita penanda dari Djody.
Bersambung....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H