Mohon tunggu...
ZAHRATUL SHABRINA
ZAHRATUL SHABRINA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Islam Riau

Saya seorang mahasiswi jurusan Administrasi Bisnis di Universitas Islam Riau

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Menjelajahi Sejarah dan Daya Tarik Rumah Tenun Kampung Bandar

2 Januari 2025   08:40 Diperbarui: 2 Januari 2025   08:40 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Papan Nama Rumah Tenun Kampung Bandar 

Kota Pekanbaru, ibukota Provinsi Riau adalah salah satu kota di Indonesia yang tidak hanya dikenal sebagai pusat perdagangan tetapi juga sebagai tempat yang menyimpan kekayaan sejarah dan budaya yang tak ternilai. Salah satu destinasi sejarah yang menarik perhatian di kota ini adalah Rumah Tenun yang terletak di kawasan Kampung Bandar, sebuah lokasi yang kaya akan nilai budaya dan tradisi. Kampung Bandar sendiri merupakan sebuah kawasan tua yang berada di tepi Sungai Siak, yang sejak dahulu menjadi saksi bisu kehidupan masyarakat Melayu Riau  (Kaffah, Fiddini, et al., 2022). Dengan lorong-lorongnya yang menyimpan cerita perjalanan panjang sejarah, Kampung Bandar menjadi tempat yang sangat menarik untuk dikunjungi, baik oleh wisatawan lokal maupun mancanegara yang ingin merasakan jejak masa lalu yang penuh nilai historis.

Rumah Tenun Kampung Bandar, yang kini menjadi pusat pelestarian seni tenun tradisional, diperkirakan dibangun pada tahun 1887. Rumah ini awalnya dimiliki oleh H. Yahya, seorang tauke getah karet yang cukup terkenal pada masanya (Sitorus et al., 2017). Tidak hanya berfungsi sebagai tempat tinggal, Rumah Tenun juga memiliki peran penting dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Pada masa perjuangan kemerdekaan, rumah ini digunakan sebagai gudang logistik dan dapur umum bagi para pejuang. Namun, karena alasan keamanan, fungsi tersebut dipindahkan ke Surau Irhash yang terletak di Jalan Senapelan (Handayani, 2019). Rumah Tenun pun tetap menjadi bagian penting dari perjalanan sejarah bangsa bahkan setelah kemerdekaan Indonesia diproklamasikan.

Pada tahun 1958, saat terjadi pemberontakan PRRI (Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia), Rumah Tenun dijadikan markas sekaligus tempat tinggal bagi Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang bertugas di wilayah Sumatra bagian tengah, khususnya Provinsi Riau. Keberadaan rumah ini pada masa itu menjadi sangat strategis, baik sebagai simbol perjuangan maupun sebagai lokasi yang memberikan dukungan nyata terhadap stabilitas keamanan negara. Fungsi ini menunjukkan bagaimana Rumah Tenun tidak hanya menjadi saksi sejarah lokal, tetapi juga turut berperan dalam dinamika sejarah nasional yang lebih luas.

Di sisi lain, Rumah Tenun juga memiliki peran signifikan dalam bidang keagamaan dan adat istiadat. Salah satu tokoh penting yang pernah tinggal di rumah ini adalah KH. Muhammad Sech, seorang Imam Besar Masjid Raya Nur Alam atau Masjid Raya, yang juga menjabat sebagai Kadi. Beliau diangkat langsung oleh Raja Siak, Sultan Syarif Qasim, dan menjadi menantu dari H. Yahya. Kehadirannya menambah dimensi religius pada sejarah rumah ini, menjadikannya sebagai tempat yang memiliki nilai spiritual tinggi sekaligus menjadi saksi keberlangsungan tradisi keagamaan di kawasan Kampung Bandar.

Setelah era perjuangan kemerdekaan, rumah ini ditempati oleh Hj. Ramnah Yahya, putri dari H. Yahya, bersama suaminya H. Ibrahim dan keempat anak mereka. Selama masa ini, Rumah Tenun menjadi pusat aktivitas masyarakat setempat, termasuk pengajaran mengaji bagi anak-anak, bertenun, dan menokat. Hj. Ramnah Yahya, yang juga dikenal sebagai Mak Andam, memainkan peran penting dalam upacara adat pernikahan Melayu, yang menegaskan peran rumah ini sebagai pusat kegiatan sosial dan budaya masyarakat Kampung Bandar. Setelah itu, rumah ini dihuni oleh salah seorang anak Hj. Ramnah Yahya, yaitu Yusuf Ibrahim. Namun, setelah Yusuf memiliki rumah sendiri, Rumah Tenun tidak lagi berfungsi sebagai hunian dan mulai beralih fungsi menjadi tempat pelestarian seni dan budaya.

Saat ini, Rumah Tenun Kampung Bandar menjadi pusat kegiatan Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Tenun Songket Senapelan, yang sebagian besar anggotanya adalah ibu-ibu dari Kampung Bandar (Hastanto et al., 2016). Kelompok ini didukung oleh PNPM Mandiri melalui Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM), yang membantu menjaga keberlanjutan tradisi tenun di kawasan ini. Pada tahun 2014, Bank Indonesia turut memberikan bantuan renovasi untuk Rumah Tenun, sehingga bangunan ini tetap terjaga dan dapat digunakan sebagai pusat pelestarian budaya yang lebih representatif. KSM ini dikenal dengan nama Pucuk Rebung, yang menjadi simbol semangat baru dalam melestarikan seni tenun tradisional Melayu Riau.

Proses pembuatan kain tenun di Rumah Tenun Kampung Bandar dilakukan dengan menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM), yang dioperasikan secara manual. Teknologi tradisional ini tidak hanya mencerminkan kearifan lokal tetapi juga memberikan nilai tambah pada setiap kain yang dihasilkan, karena setiap lembar kain tenun dibuat dengan ketelitian, kesabaran, dan keterampilan tinggi. Pembuatan satu kain tenun biasanya membutuhkan waktu sekitar satu minggu, tergantung pada kerumitan motif dan ukuran kain yang diinginkan. Motif-motif khas Riau seperti Bunga Kundur, Siku Awan, Pucuk Rebung, Tampuk Manggis, Wajik Sempurna, dan Daun Tunggal Mata Panah Tabir Bintang sering kali menjadi pilihan utama, karena tidak hanya indah secara visual tetapi juga memiliki makna filosofis yang mendalam.

Pengunjung yang datang ke Rumah Tenun Kampung Bandar tidak hanya dapat menyaksikan proses pembuatan kain tenun secara langsung tetapi juga mendapatkan kesempatan untuk mempelajari cerita di balik setiap motif. Para pengrajin dengan sabar menjelaskan filosofi di balik setiap corak yang mereka ciptakan, memberikan pengalaman mendalam bagi para wisatawan. Hal ini menjadikan Rumah Tenun sebagai tempat yang tidak hanya memproduksi kain berkualitas tinggi tetapi juga sebagai pusat edukasi budaya yang sangat berharga. Selain itu, pengunjung juga dapat membeli berbagai produk hasil kerajinan, seperti tanjak, selendang, peci, syal, sarung, dan gantungan kunci, yang semuanya dibuat dengan penuh cinta dan dedikasi oleh para pengrajin lokal (Lestari et al., 2024).

Foto Hasil Karya Rumah Tenun Kampung Bandar 
Foto Hasil Karya Rumah Tenun Kampung Bandar 

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 Tahun 2009, "Daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan" (Handayani, 2019). Rumah Tenun Kampung Bandar memenuhi semua kriteria tersebut. Selain sebagai tempat yang memancarkan keindahan dan nilai budaya, Rumah Tenun juga memiliki daya tarik spiritual dan emosional, karena menjadi simbol nostalgia bagi masyarakat setempat. Banyak pengunjung yang merasa terhubung secara emosional dengan tempat ini, baik karena cerita masa lalu yang diceritakan oleh orang tua mereka maupun karena daya tarik visual dan suasana historis yang ditawarkan oleh rumah ini.

Keunikan Rumah Tenun Kampung Bandar mencakup beberapa aspek yang menjadikannya destinasi wisata yang istimewa. Pertama, rumah ini berfungsi sebagai pusat pelestarian budaya Melayu, di mana pengunjung dapat belajar tentang proses pembuatan tenun tradisional. Pengalaman ini memberikan wawasan mendalam tentang teknik dan keterampilan yang telah diwariskan dari generasi ke generasi. Kedua, produk tenun yang dihasilkan di sini memiliki kualitas tinggi dan keunikan yang mencerminkan kekayaan budaya lokal. Setiap produk tidak hanya berfungsi sebagai barang tetapi juga sebagai karya seni yang memiliki cerita dan makna di baliknya, yang menarik minat wisatawan untuk membawa pulang oleh-oleh khas yang otentik.

Ketiga, Rumah Tenun Kampung Bandar juga berperan penting dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat setempat. Melalui pelatihan dan produksi tenun, masyarakat lokal mendapatkan kesempatan untuk meningkatkan pendapatan mereka. Usaha ini telah menunjukkan dampak positif, baik dalam peningkatan omzet penjualan maupun dalam memperkuat perekonomian komunitas secara keseluruhan. Keempat, inovasi dalam produk dan teknik pemasaran juga menjadi daya tarik tersendiri. KSM Pucuk Rebung terus berinovasi dengan menciptakan produk baru yang menarik, menggunakan bahan-bahan alami, dan memenuhi selera pasar yang semakin beragam. Promosi yang dilakukan, termasuk melalui kerjasama dengan Pekanbaru Heritage Walk, semakin meningkatkan visibilitas Rumah Tenun Kampung Bandar sebagai destinasi wisata unggulan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun