Tahap Empati Refleksif (Usia Dini)
Pada tahap awal kehidupan, bayi dan anak kecil menunjukkan bentuk empati yang sangat dasar. Mereka dapat merasakan emosi orang lain meskipun mereka belum sepenuhnya dapat memahami perasaan tersebut. Sebagai contoh, seorang bayi yang mendengar suara tangisan bayi lain mungkin akan menangis juga. Ini adalah bentuk empati refleksif, di mana respons emosional anak terjadi secara otomatis tanpa pemahaman mendalam mengenai perasaan orang lain.
Tahap Empati Simpatik (Usia Prasekolah)
Pada usia prasekolah, anak-anak mulai mengembangkan bentuk empati yang lebih kompleks. Mereka mulai mengenali perasaan orang lain dan dapat merasakan simpati terhadap mereka. Dalam hal ini, anak-anak mungkin merasa sedih ketika melihat teman mereka terluka atau kesal. Meskipun mereka mulai mengenali perasaan orang lain, pemahaman mereka masih terbatas pada perasaan yang bersifat langsung dan jelas, seperti kesedihan atau kegembiraan.
Tahap Empati Kognitif (Usia Sekolah Dasar)
Pada usia yang lebih tua, anak-anak mulai mengembangkan kemampuan untuk memahami perasaan orang lain dengan lebih mendalam. Pada tahap ini, empati tidak hanya mencakup respons emosional, tetapi juga pemahaman kognitif tentang apa yang mungkin dirasakan oleh orang lain dalam situasi tertentu. Anak-anak dapat merasakan perasaan orang lain dan mencoba untuk memahami alasan di balik perasaan tersebut. Ini adalah tahap di mana empati mulai melibatkan perspektif dan pemahaman sosial yang lebih kompleks.
Tahap Empati Moralis (Usia Remaja dan Dewasa)
Di usia remaja dan dewasa, empati berkembang lebih jauh lagi menjadi bentuk empati yang lebih abstrak dan moral. Pada tahap ini, individu tidak hanya merasakan perasaan orang lain tetapi juga mulai mengembangkan rasa tanggung jawab untuk membantu atau mendukung orang lain. Empati pada tahap ini terkait erat dengan moralitas, di mana individu merasa berkewajiban untuk bertindak sesuai dengan pemahaman mereka tentang penderitaan atau kebutuhan orang lain.
Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Empati
Hoffman juga menjelaskan bahwa perkembangan empati dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik internal maupun eksternal. Beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan empati antara lain:
Pengalaman Sosial
Pengalaman sosial yang dilalui individu, terutama interaksi dengan orang lain, berperan penting dalam perkembangan empati. Anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan yang mendukung pengembangan empati cenderung memiliki tingkat empati yang lebih tinggi. Misalnya, anak yang sering dilibatkan dalam interaksi yang melibatkan pertukaran emosi dan perasaan akan lebih mudah belajar mengenali dan merespons perasaan orang lain.Kondisi Keluarga
Hubungan dengan orang tua atau pengasuh sangat mempengaruhi perkembangan empati. Orang tua yang menunjukkan empati terhadap anak-anak mereka dan yang memberikan contoh positif dalam berinteraksi dengan orang lain dapat mendorong anak untuk mengembangkan kemampuan empati yang lebih baik.Faktor Sosial dan Budaya
Norma sosial dan budaya juga berperan dalam perkembangan empati. Budaya yang menghargai kerjasama, berbagi, dan saling mendukung cenderung menciptakan individu-individu yang lebih empatik. Sebaliknya, budaya yang menekankan individualisme dan kompetisi mungkin menghambat perkembangan empati.Kondisi Kognitif dan Emosional Individu
Faktor-faktor seperti tingkat kecerdasan emosional dan kemampuan kognitif juga mempengaruhi seberapa baik seseorang dapat memahami dan merasakan emosi orang lain. Individu yang memiliki kecerdasan emosional yang tinggi cenderung lebih mudah merasakan empati terhadap orang lain.
Kesimpulan