Mohon tunggu...
Zahratul Aini
Zahratul Aini Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Psikologi Universitas Syiah Kuala

Zahratul Aini, sering disapa Zahra merupakan anak terakhir dari 10 bersaudara. Lahir di Sekerak Kanan, Kecamatan Sekerak, Kabupaten Aceh Tamiang, Aceh pada 06 Juli 2004. Menyelesaikan pendidikan dasar di Madrasah Ibtidaiyah Negeri 7 Aceh Tamiang. Kemudian melanjutkan pendidikan di SMP Swasta Islam Kuala Simpang. Dan waktu SMA bersekolah di SMA Negeri 1 Karang Baru. Sekarang, tengah menempuh studi strata satu di Universitas Syiah Kuala Banda Aceh Fakultas Kedokteran Prodi Psikologi.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Bukan Hanya Suara, Tetapi Juga Kesehatan Mental Anda: Membongkar Dampak Psikologis Pemilihan Umum

18 Februari 2024   21:09 Diperbarui: 18 Februari 2024   21:24 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://unair.ac.id

Pemilihan Umum (PEMILU) tahun 2024 di Indonesia dianggap sebagai peristiwa demokrasi yang sangat signifikan. Lima surat suara yang berisi calon Presiden dan Wakil Presiden, anggota DPR RI, DPD RI, DPRD Provinsi, serta anggota DPRD Kabupaten/Kota memberikan dimensi penting pada pesta demokrasi ini.

Namun, bagaimana jika Pemilu 2024 ternyata memberikan dampak psikologis pada masyarakat, di luar sekedar proses pemilihan pemimpin?

Sebagai panggung utama demokrasi, Pemilu seringkali memiliki dampak psikologis yang mendalam daripada sekadar pencoblosan suara. Selain menentukan perwakilan politik, proses ini juga dapat langsung memengaruhi kesehatan mental individu yang terlibat.

Bagaimana Pemilu 2024 Mempengaruhi Psikologis?

Antusiasme masyarakat menjelang Pemilu 2024 menciptakan euforia yang nyata. Obsesi terhadap pilihan calon dan persaingan ketat antar pendukung calon legislatif (caleg) dapat menyebabkan tingkat stres yang mengkhawatirkan.

Suasana demokratis ini sangat mempengaruhi psikologis masyarakat yang tertarik pada isu politik. Dampaknya meliputi:

1. Stres dan Kecemasan:

Proses penuh ketidakpastian dan persaingan ketat selama kampanye dapat memicu stres dan kecemasan pada pemilih, terutama bagi yang terlibat secara intens dalam politik. Perbedaan pendapat politik dan pemilihan anggota caleg antar warga atau bahkan anggota keluarga dekat dapat menimbulkan perselisihan pendapat yang tegang. Sebab, perbedaan dipandang sebagai sesuatu yang tidak cocok.

2. Ketidakpuasan dan Kekecewaan:

Ketika hasil pemilu tidak sesuai harapan, pemilih bisa mengalami ketidakpuasan dan kekecewaan. Dampak psikologis ini dapat menimbulkan ketidakpuasan yang merusak kesejahteraan emosional dan psikologis seseorang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun