Mohon tunggu...
Karimatus Sahrozat
Karimatus Sahrozat Mohon Tunggu... -

kenangan itu tidak akan hilang. dia jelas-jelas telah tersimpan rapi sekali dalam hati.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Negeri Ini Butuh Kamu

28 Februari 2014   23:22 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:21 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Negeri Ini Butuh Kamu

Ini adalah nasihat untuk diri saya sendiri, juga untuk orang-orang yang merasa dirinya adalah bagian dari bangsa Indonesia.

Dear kamu,

Dear, orang-orang bilang, negeri ini butuh banyak sekali pendidik. Juga butuh banyak tenaga medis, butuh banyak psikolog, butuh banyak pemerhati anak. Itu benar, Dear. Benar. Benar sekali.

Lihatlah Dear, negeri ini seperti sudah rusak. Bukan karena buminya, tapi lebih karena penghuninya, karena orang-orangnya. Pun kalau memang yang rusak buminya, itu juga karena orang-orangnya. Kamu lihat, Dear? Sebagian besar pemegang kursi negeri ini setiap hari hobinya hanya korupsi. Menghabiskan uang rakyat. Bahkan korupsi yang sudah membudaya itu sekarang merambat ke akar-akarnya. Sampai pada tingkat desa, masih ada saja yang namanya korupsi. Ya Tuhan, Dear. Bahkan itu hanya sekedar di desa. Setega apa sih mereka, sampai memakan uang tetangga sendiri? Mencuri uang yang boleh jadi milik saudara dekat mereka sendiri. Alasannya gampang saja. Toh bukankah mereka itu mendapat pengajaran dari para petinggi di sana? Mendapat contoh dari koruptor-koruptor kelas kakap itu.

Padahal Dear, kalau saja kamu tahu. Miris sekali keadaan di luar sana. Orang-orang yang tinggal di bawah jembatan, anak-anak yang setiap hari bekerja, anak-anak yang tidak punya kesempatan sekolah, dan juga slogan ‘orang miskin dilarang sakit’. Dan yang jauh lebih miris, sekarang moral bangsa Indonesia sudah benar-benar membuat geleng-geleng kepala. Memalukan sekali. Anak kecil saja sudah berjiwa maling. Bagaimana kalau besar nanti? Mau jadi negeri ini kalau generasi penerusnya saja seperti itu? Sebagian berjiwa maling, sebagian tidak bisa sekolah, dan sebagian lagi–seperti kata Tere Liye–memilih hidup bahagia sendirian.

Dear, mungkin kamu berpikir, buat apa memikirkan semua itu? Toh negeri ini sudah ada yang memimpin. Sudah ada yang mengurusi. Jadi buat apa ikut pusing-pusing memikirkan kerusakan negeri ini? Memikirkan diri sendiri saja sudah cukup rumit, memusingkan.

Ya Tuhan, Dear...

Untuk menjadi seseorang yang bermanfaat bagi orang lain itu tidak perlu menunggu sampai kamu menjadi besar. Kamu harus mengerti, memahami semua itu. Siapapun kamu, apapun profesimu, negeri ini butuh kamu. Jelas butuh kamu. Jadi tolonglah, Dear. Jangan hanya mementingkan egomu. Negeri ini benar-benar butuh orang-orang yang tulus. Orang-orang yang mau peduli. Orang-orang yang tidak hanya ingin bahagia sendiri. Masa depan negeri ini terletak pada generasi mudanya, generasi penerus. Dear, mungkin kamu juga berpikir begini. Penduduk negeri ini banyak. Banyak sekali malah. Tapi mengapa hanya kamu yang harus peduli? Kamu berpikir tentang itu, Dear? Jika ya, maka jawabannya simple saja.

Karena jika bukan kamu, lalu siapa? Karena semua orang mungkin berpikir hal yang sama denganmu. Jadi jika semuanya enggan memulai, enggan berbuat baik untuk negeri ini, lalu siapa lagi? Mau mengandalkan siapa? Menunggu belas kasihan dari negeri lain? Atau berkhayal akan ada super hero yang datang dan menyelamatkan negeri ini dari segala tetek bengek kerusakannya? Dear, kalau semua orang lebih memilih untuk bahagia sendiri, lalu bagaimana nasib negeri ini? Setidaknya, pun kalau kamu masih saja enggan, di mana rasa terima kasihmu pada para pejuang bangsa ini? Pada mereka yang sudah gugur demi membela kehormatan negeri ini. Negeri ini tidak pernah meminta banyak, Dear... Negeri ini butuh orang-orang yang tulus, orang-orang yang bermoral.

Mulailah dari dirimu. Meski kamu mungkin menjadi satu-satunya yang berbuat baik, tetaplah berbuat baik. Ajarkan kebaikan itu pada anak-anak bangsa. Lantas anak-anak itu kelak juga akan megajarkan pada generasi selanjutnya. Meski di negeri ini hanya ada satu orang baik, tapi setidaknya satu jauh lebih baik daripada tidak sama sekali.

Dear, di awal tadi, sudah kubilang bukan? Orang-orang bilang negeri ini butuh banyak sekali pendidik. Juga butuh banyak tenaga medis, butuh banyak psikolog, butuh banyak pemerhati anak. Itu benar, Dear. Tapi, jauh di luar itu. Negeri ini butuh kamu. Siapapun kamu, negeri ini butuh kamu. Orang-orang yang tulus. Menjadi apapun kamu, selama itu baik dan tidak merugikan baik bagi kamu maupun orang lain, maka tidak masalah. Itu tidak penting. Yang penting adalah, menjadi orang yang bermanfaat, berguna bagi sesamamu. Itulah sebaik-baik manusia.

Dear, ibarat sebuah keluarga, negeri ini butuh seorang ayah yang baik. Seorang ayah yang tidak hanya mengayomi, tapi juga bisa mengatur dengan baik anggota keluarganya. Juga ibarat sebuat sebuah keluarga, maka negeri ini butuh seorang ibu yang baik. Seorang ibu yang mampu menenangkan, meredam suasana panas yang kadang terjadi. Dan ibarat sebuah keluarga, negeri ini sungguh butuh anak-anak yang baik. Anak-anak yang mau mengerti keadaan orang tuanya. Anak-anak yang membanggakan. Anak-anak yang paham sopan santun, anak-anak yang bermoral. Dan negeri ini, butuh kamu.

Okay, Dear... ^_^

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun