Mohon tunggu...
Ceramah Gus Baha
Ceramah Gus Baha Mohon Tunggu... Penegak Hukum - Bismillah, alhamdulillah

Allahumma sholi ala sayyidina Muhammad wa a'la aali sayyidina Muhammad. Allah Maha Pengasih Maha Penyayang Maha Pengampun

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Bau Mulut Bu Guru

4 Agustus 2023   20:34 Diperbarui: 30 Mei 2024   17:05 321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Bismillahirahmanirrahim

Bau Mulut Bu Guru

Selamat pagi Bu Guru
Hari ini kembali kucium bau mulutmu Bu Guru
Aku hanya tukang es yang mangkal di bawah pohon teduh
Siang ini kau mendatangiku kembali dengan bau mulut
Aku tahu hari ini belum juga sesendok nasi mengisi perutmu
Bahkan kau hendak membeli aqua gelas padaku untuk menghilangkan dahagamu
Tapi kau sering mendatangiku dengan bau mulut karena tak ada yang mengisi perutmu

Aku hanya penjual es Bu
Berjualan menanti uang logam lima ratus dari bocah bocah SD terkumpul
Tapi kau mencari cari uang logam lima ratus itu seluruh sakumu
Sebelum akhirnya kau temukan dan kau serahkan padaku

Hari ini hari Sabtu besok adalah waktu menghadiri kondangan pernikahan muridmu
Meski minim pendapatan masyarakat tetap memandangmu
Sehingga banyak undangan  bentuk hormat padamu
Tapi kutahu engkau mengisi amplop itu dengan nominal lima ribu
Namun berisi jutaan doa kebaikan bagi muridmu
Tak ternilai tak terhingga materi apapun

Aku tahu engkau bukan tak pernah makan enak
Tapi engkau selalu makan enak dalam mimpimu yang indah
Dalam tidur melepas lelah setelah Mendidik generasi bangsa agar tak tersesat berjibaku dengan zaman dan waktu
Malam ini pasti engkau terbangun dari tidur malammu
Menghatur doa bagi segenap muridmu dan bangsa ini agar berbudi luhur
Tangis dan doa sepertiga malammu lah yang menghantar nyata seluruh cita cita muridmu
Sebagian dari mereka adalah pemangku jabatan negeri ini yang memegang nasibmu
Semoga saja mereka tidak lupa dan membela tangan yang menggenggam tangan mereka lepas dari jerat kemiskinan masa lalu
Mendapat anugerah Tuhan mobilitas sosial vertikal naik wasilah darimu

Tangis dan doa di sepertiga malammu mengguncang Arash dan langit yang tujuh
Tetapi seiring renta dalam usia tak memudar bijak bestarimu
Doa doa kebaikan senantiasa kau rapal untuk mereka dan semua murid muridmu Membawa berkah ke segala penjuru

*Dari penuturan Penjual es berkisah

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun