Lebih lanjut Gus Baha meneruskan kisah tersebut dengan pernyataan Nabi Ibrahim kepada Allah. "Maka Ketidak adilan ini harus kita lawan Gusti". Lalu oleh Allah Nabi Ibrahim dijadikan Rasul. Allah berkata, "Baiklah, sekarang kamu menjadi Rasul". Saat jadi Rasul Nabi Ibrahim memaklumatkan bahwa yang kamu makan itu milik Allah. Bumi yang kamu huni itu milik Allah. Dan Islam mengajarkan membaca Basmallah atau bismillahirrahmanirrahim. Maka sebelum makan, minum dan bertindak hendaknya mengucapkan basmallah.Â
Anggap saja basmallah itu seperti pamit. Atas nama-Mu saya makan pisang ini. Atas nama-Mu saya makan nasi ini. Bahkan ketika akan berhubungan suami atau istri juga diharuskan membaca bismillah. Karena misalkan jika kamu ingin memakai mobil atau motor milik orang lain kamu harus pamit pada yang pemiliknya. Padahal ini barang barang sepele. Sedangkan semua adalah milik Allah maka kita harus pamit setiap menggunakan fasilitas di alam semesta tersebut.
Kedudukan wali dari jalur alim Ulama tidak bisa disamakan dengan dari jalur ahli Ibadah. Sebab beratnya tirakat alim ulama untuk mengajarkan manusia untuk menuhankan Allah dan menyembahNya. Jasa wali dari jalur alim ulama sangat besar, maka setiap alim ulama sudah pasti wali. Namun wali belum tentu alim.
"Pikirannya orang alim itu ingin memaklumatkan hal seperti itu. Bandingkan dengan ahli ibadah, pikirannya hanya ingin masuk surga ingin bersama sama dengan bidadari. Maka Imam Syafii ngomel, marah besar ketika ahli ibadah menjadi wali. Lebih wali aku, kata Imam Syafii. Resikonya wali dari jalur alim itu tidak terlalu keramat, tidak bisa terbang. Ketika ditanyakan pada Imam Syafii, mengapa anda tidak terlalu keramat. Maka Imam Syafii menjawab, jika orang alim bukanlah wali maka di dunia ini tidak ada wali. Maka ada pepatah orang alim sudah pasti wali namun wali belum tentu alim. Orang alim adalah orang paling waras di dunia karena mengembalikan manusia kepada Tuhannya.Â
Mengajarkan manusia supaya ikrar kepada Tuhannya. Mengakui kedigdayaan Tuhannya yaitu orang orang Alim adalah orang orang yang memaklumatkan ke seluruh dunia bahwa alam raya ini adalah milik Allah. Bahwa semua ini adalah bukti Allah Maha Kuasa melakukan segala sesuatu", jelas Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama ini.
Gus Baha bertutur, Jadi misalkan kita mengetahui bahwa anak presiden tetapi tidak jadi presiden, maka itu berarti Allah kuasa melakukan apa saja. Â Ada anak Presiden berkompetisi kadang kalah maka itu berarti karena Allahu ala kulli syaiin qodir, Allah Maha Kuasa melakukan apa saja. Ada yang bukan anak Kyai tetapi menjadi kyai maka itu berarti karena Allahu ala kulli syaiin qodir. Ada yang baru masuk Islam sudah bisa baca Kitab (Kitab Kuning) maka itu berarti karena Allahu ala kulli syaiin qodir. Sementara yang sudah lama Islam tidak kunjung bisa. Jadi tidak memuji si A si B, karena Allah yang dipuji karena itu tadi Allahu ala kulli syaiin qodir. Karena Para Nabi, orang alim, semuanya setelah melihat alam raya ini kesimpulannya hanya satu, yaitu saya tahu memang Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Dicatat dari ceramah KH. Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha) Al Hafidz pada channel youtube 'Santri Gayeng' yang berjudul, "Gus Baha : Ketika Wali Ngomel". Mohon Maaf jika ada kesalahan penulisan, semoga Allah SWT meridhoi dan memberkahi Guru-Guru Kita dan kita semuanya, aamiin yaa Rabbal Allamiin
Wallahu a'lam bisshowwab.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H