Mohon tunggu...
Ceramah Gus Baha
Ceramah Gus Baha Mohon Tunggu... Penegak Hukum - Bismillah, alhamdulillah

Allahumma sholi ala sayyidina Muhammad wa a'la aali sayyidina Muhammad. Allah Maha Pengasih Maha Penyayang Maha Pengampun

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Simak Pesan Gus Baha untuk Menghindari Was-Was

5 Mei 2022   21:51 Diperbarui: 12 Mei 2022   02:51 1278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

"Was-was seakan-akan menyedikitkan jumlah orang yang dalam sisi kebenaran dan memperbanyak orang dalam sisi yang salah. Lalu perasaan was-was memprovokasi anda bahwa zaman ini banyak orang salah. Seakan-akan Allah tidak menunggui zaman akhir dan memandu hidayah," ungkap Rais Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama ini

Padahal, Gus Baha menekankan bahwa pikiran negatif itu tidaklah benar, justru kita lupa akan hal positif dibaliknya yang patut disyukuri. Bahwa kita tidak ditunggui oleh Nabi Muhammad tapi masih banyak orang yang sholat. Kita tidak ditunggui Wali Songo, tetapi masih banyak orang yang sholat. Sekalipun sudah tidak ada Syekh Abdul Qadir Al Jailani, namun masih ada orang yang mengaji membawa kitab Hikam ngalor-ngidul.

"Maka berfikirlah selalu yang positif. Setan itu mengingatkan kita bahwa banyak hal rusak. Sehingga lupa bahwa, kita masih tetap mendapat hidayah. Was was terburuk adalah kita merasa bahwa sisi buruk terjadi di alam raya, lalu lupa bahwa sisi baik juga terjadi di alam raya," ungkap Gus Baha, yang juga menantu  KH. Maimoen Zubair ini.

Kebaikan juga terjadi di seluruh dunia, imbuh Gus Baha, tak terkecuali di negeri non muslim. Seperti halnya Islam di Amerika. Apakah Islam dihabisi di Amerika atau Islam berkembang disana. Sedangkan penganut Islam di Amerika dari semula tidak ada sama sekali lalu naik menjadi satu persen lalu dua persen, lima persen hingga menjadi 10 persen.

Gus Baha menjelaskan bahwa membayangkan hal ideal pada orang lain, menafikan sisi positif hidup bahwa ada banyak kebaikan telah terjadi. Di saat kita makan di warung, maka diniatkan untuk membantu perekonomian pedagang. Hargai usaha dan niat baik mereka, sebab mereka berjualan pisang goreng, berjualan kopi dan teh juga karena mengikuti ajaran Nabi mencari rezeki yang halal.

"Jangan kamu bayangkan ideal, mereka memakai jilbab, kalau menjual kepada lelaki tidak memandanginya. Itu ora dagangan jenenge tapi Bu Nyai," ujarnya dalam canda.

Mohon maaf bila ada kesalahan penulisan

Semoga Guru Guru Kita dan kita senantiasa diberi sehat wal Afiat dan umur panjang, berada dalam Rahmat dan lindungan Allah SWT, aamiin

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun