Pada soalan di atas, seseorang yang baru menjadi wanita malam selama 2 tahun. Malah memungkiri rezeki selama 18 tahun. Yang mana selama 18 tahun rezeki didapatkan tanpa melalui menjual diri.
Sama halnya pada lelaki yang menjadi pencopet. Pada usia 18 tahun dia menjadi copet hingga saat ini berumur 20 tahun. Selama 2 tahun bisa makan dari hasil mencopet. Saat dinasehati untuk berhenti mencopet kemudian berkata, "Jika tidak mencopet lalu aku makan apa". Padahal baru  pada usia 18 tahun dia mencopet. Berarti selama 18 tahun berlalu dia telah mendapat rezeki tanpa harus mencopet.
Tapi setelah dia menjadi copet, dia memungkiri akal sehat. Seakan akan tidak akan mendapat rezeki kecuali dengan mencopet. Itulah pentingnya menggunakan akal berdasarkan data logis matematis.
Maka penting untuk senang saat melakukan hal mubah. Ngopi dengan senang, menonton televisi dengan senang. Itu semua untuk membuktikan bahwa dengan taat kita bisa bahagia. Sekalipun miskin semiskin apapun jangan sampai kehilangan akal sehat sehingga terjerumus maksiat.
Menjadi miskin memang menyakitkan tapi sesungguhnya dalam kemiskinan itu kita sebenarnya kaya. Pernahkah kita berpikir organ tubuh kita lengkap. Kita memiliki panca Indra. Jika boleh perhitungan, maukah jika kita memiliki uang satu milyar tapi kehilangan akal sehat. Memiliki uang satu milyar tapi tidak bisa melihat. Betapa kayanya kita bisa melihat dengan jelas. Bayangkan berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk operasi mata.
Rezeki adalah kepastian yang didapat bagi setiap mahluk. Allah menciptakan kita, Allah juga yang pasti menurunkan rezeki untuk kita. Bayi yang baru lahir tidak pernah ragu akan rezekinya. Saat di dalam rahim bayi mendapat rezeki asupan nutrisi melalui plasenta ibunya. Saat lahir ibunya mengeluarkan ASI sebagai rezeki baginya.
Mengapa kita harus menukar rezeki yang sudah pasti halal didapat dengan rezeki yang tidak halal. Mengapa tidak bersabar dengan rezeki yang sedikit tapi halal malah menukarnya dengan rezeki yang tidak halal. Hanya karena lebih banyak didapat dengan cara yang mudah. Padahal jalan lurus lebih baik. Sebab pada jalan pintas kadang kita tidak sampai pada tujuan. Tapi justru menyesatkan kita dari jalan pulang.
Dicatat dari ceramah KH. Ahmad Baha'uddin Nursalim (Gus Baha) Hafizahullah pada kanal Youtube 'Santri Gayeng' yang berjudul "Nikmatilah Kopimu'.
Semoga Guru-Guru kita senantiasa dilimpahkan Rahmat dan Perlindungan. Mohon maaf jika ada kesalahan dalam penulisan ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H