Mohon tunggu...
Ceramah Gus Baha
Ceramah Gus Baha Mohon Tunggu... Penegak Hukum - Bismillah. Alhamdulillah. Kemanapun aku terjatuh aku terjatuh pada rahmatMu yaa Allah, Kemanapun aku meraih aku meraih pada rahmatMu yaa Allah

Allahumma sholi ala sayyidina Muhammad wa a'la aali sayyidina Muhammad

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Gus Baha: Tentang Cinta Sejati

9 September 2021   21:21 Diperbarui: 10 September 2021   23:36 1135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bismillahirrahmanirrahim

Perlahan sang Surya meninggi membuka hari
Bening embun memercik hijau daun
Burung mengepak sayap membelah awan
Hinggap berkicau menyambut pagi
Bersahutan menjawab tanya soalan cinta merpati di dahan janur kelapa
Tentang adakah cinta murni janjinya
Yang mereka serta rembang senja bersahaja
Mengantar lembayung melesap menemui bintang
Menabur harapan dan mimpi mengasuh malam

Puisi di atas adalah contoh roman picisan  tentang cinta. contoh lainya Ungkapan Dilan tentang cinta yang terkenal yaitu "Rindu itu berat biar aku saja", menambah euforia cinta. Perasaan cinta menjadi bahan yang ajek objek pembicaraan khalayak. Selama masih ada kehidupan Maka cinta akan tetap ada. Cinta dibawa sampai ke liang lahat bahkan abadi hingga akhirat.

Namun terkadang di masa kini cinta dieksploitasi sedemikian rupa untuk menjadi bahan bakar penyimpangan perbuatan terlarang bahkan perselingkuhan. Virus merah jambu menginfeksi jiwa jiwa yang haus kasih sayang. Yang menjadi sasaran empuknya adalah perempuan. Karena dominasi perasaan dalam kepribadian perempuan. Seorang perempuan jika tidak dibekali ilmu dan agama Maka akan dibuat frustasi dengan perasaannya. Sebenarnya bagaimanakah seharusnya menyikapi cinta. Pakar Tafsir Alquran, KH Ahmad Baha'uddin Nursalim (Gus Baha) Hafizahullah mengulasnya sebagai berikut :

Tidak ada orang yang mencintai yang mengharap sesuatu dari orang yang dicintainya. Orang yang mencintai dengan sebenarnya cinta sejati adalah orang yang tidak mengharap imbalan. Apabila mengharap imbalan maka bukan cinta namanya namun transaksional atau berdagang. Atau dengan kata lain orang yang mencari tujuan tertentu.

Sesungguhnya orang yang cinta itu adalah orang yang memberi kepadamu. Sebagai pengingat bahwa cinta sesungguhnya itu jika memberi tidak ingin diberi. Itulah cinta sesungguhnya. Jika cinta dengan memberi tapi ingin diberi itu dinamakan transaksi layaknya jual beli. Begitu juga cinta dalam kerangka pacaran itu cenderung tidak tulus dan transaksional. Pacaran penuh dengan pencitraan, kamuflase dan manipulatif mengarahkan cinta pada perbuatan terlarang. Maka cinta sejatinya dipersembahkan pada pasangan dalam ikatan suci pernikahan.
 
Gus Baha membahas cinta dalam hakikat sesungguhnya. Menggugah kesadaran berfikir kita bahwa cinta yang sebenarnya bersifat transendental atau hubungan antara mahluk dengan Tuhannya. Telah banyak rahmat tercurah atas penciptaan kita. Dia juga yang memberi rezeki dan perlindungan. Sehingga cinta hakikatnya hanya pantas disematkan pada Sang Pencipta. 

Namun cinta kita kepadanya penuh cela tak sempurna. Masih ada rasa harap balas atas cinta yang diberikan. Ketika kita mencintai Allah, sujud kepada Allah berharap surga. Ketika bersedekah ingin dibalas. Kedudukan cinta kita kepadaNya masih transaksional.
 
Ketidaksempurnaan cinta kita kepada-Nya itu wajar. Selama kita masih manusia, sekalipun ikhlas setinggi langit, menyembah Allah juga boleh memiliki harapan. Misalkan harapan ingin masuk surga. Pada kalangan tasawuf misalnya malu mengatakan ingin masuk surga namun mereka berharap ingin bertemu Allah. Ingin mengharap wajah Allah. Itu juga yang disebut memiliki rasa berharap.

Rasa berharap itu mustahil dihilangkan dari manusia. Berbeda dengan Allah, Sang pemilik cinta sejati. Bahwa yang mencintai dengan sejatinya cinta kepada kita, hanyalah Allah. Sementara kita tidak bisa cinta sejati kepada Allah. Sebab Allah tidak butuh kepada kita tapi memberi kita. Allah memberi kita makan memberi kita minum dan segala kebutuhan kita. Padahal Allah tidak punya niat terbersit menginginkan apapun dari kita. Allah tidak berharap dan tidak ingin balasan. Berarti pecinta sejati pada kita itu hanya Allah SWT.

Dikisahkan Abu Yazid Al Bustomi dalam Risalah Alqusairiyah, menjadi wali besar sebab Beliau memiliki wiridan ilmiah yang akan abadi hingga hari kiamat. Wiridan tersebut adalah Ya Allah jika aku mencintaimu itu wajar sebab aku orang yang miskin tapi menyukai orang  yang kaya. Karena aku ingin diberi uang atau diberi pekerjaan. Memang aku butuh kepadaMu. Sebagaimana orang yang jelek senang kepada orang yang cantik itu wajar karena membutuhknn. Santri menyenangi kiyainya itu wajar karena membutuhkan ilmu.

Lebih lanjut Abu Yazid mengatakan, Gusti wajar aku senang kepadamu karena kepentingan. Aku berharap semua kebutuhanku kepadaMu. Yang aneh itu Engkau mencintaiku, Engkau tidak membutuhkanku tetapi mencintaiku. Aku mencintaimu wajar karena aku fakir berharap diberi olehMu. Tapi betapa baiknya diriMu Engkau memberi kepadaku tidak mengharapkan apapun. Engkau tidak mendapat keuntungan apapun tetapi tetap memberi makan diriku. Begitulah Allah zat yang paling sempurna. Begitulah pula sejatinya cinta.

Disarikan dari ceramah KH. Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha) Hafizahullah dalam video YouTube pada channel 'Kajian Tafsir ID' yang berjudul "Serial Ngaji 001 I Gus Baha Fakta Terbaik adalah Allah Sangat Mencintai Kita"

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun