Kajian Analisis Wacana Kritis telah menjadi landasan penting dalam memahami konstruksi, reproduksi, dan perubahan kekuasaan dalam berbagai konteks sosial, politik, dan budaya. Dalam Abad ke-XXI, di tengah revolusi teknologi informasi dan globalisasi yang semakin meluas, penting untuk menggali bagaimana kritik wacana dapat terus relevan dan adaptif terhadap perubahan dinamis di dalam masyarakat. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Romli (2014:3) menjelaskan bahwa berita merupakan objek utama sebuah media massa, selain opini.Â
Salah satu aspek kunci dari kajian analisis wacana kritis adalah pemahaman bahwa bahasa bukan hanya alat komunikasi, tetapi juga alat kekuasaan yang dapat membentuk realitas, memengaruhi persepsi, dan memperkuat struktur kekuasaan yang ada. Analisis wacana kritis berkembang sebagai respons terhadap kebutuhan untuk mengidentifikasi akar penyebab dominasi dan ketidaksetaraan yang teramati dalam masyarakat. Pendekatan ini merupakan kritik terhadap bidang linguistik dan perkembangan sosiologi kultural, yang berfokus pada hubungan sosial, dengan tujuan menjelaskan dimensi linguistik dari fenomena sosial dan budaya, serta proses perubahan dalam konteks modernitas terkini (Lukmana, dkk, 2006; Jorgenses dan Philips, 2007).Â
Selain itu, dalam era globalisasi yang semakin terhubung, kritik wacana kritis juga harus mengatasi tantangan dalam menavigasi kompleksitas multikulturalisme dan multibahasa. Meskipun dihadapkan pada berbagai tantangan ini, kajian analisis wacana kritis tetap relevan dan penting di Abad ke-XXI. Dengan memperkuat metodologi yang inklusif dan adaptif, peneliti dapat terus mengungkap dan menantang struktur kekuasaan yang ada, serta memperjuangkan keadilan sosial dan politik.Â
Dengan demikian, kritik wacana kritis tetap menjadi sarana yang kuat untuk memahami dan mengubah dunia di Abad ke-XXI. Dengan terus mengeksplorasi, menantang, dan beradaptasi dengan perubahan zaman, kajian analisis wacana kritis dapat tetap relevan dan efektif dalam mengungkap dan menantang struktur kekuasaan yang ada, serta memperjuangkan keadilan dan perubahan sosial yang lebih luas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H