Mohon tunggu...
Zahra Salsabila
Zahra Salsabila Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Sebelas Maret

Saya adalah mahasiswi di Universitas Sebelas Maret

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Analisis Wacana Tekstual dan Kontekstual: Tantangan dan Perspektif Abad ke-21

4 April 2024   19:28 Diperbarui: 4 April 2024   19:32 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Masyarakat menggunakan bahasa sebagai alat untuk berkomunikasi, yang dapat terjadi baik secara lisan maupun tertulis. Dalam konteks komunikasi, wacana memainkan peran penting. Wacana merupakan unsur bahasa yang kompleks dan lengkap, terdiri dari satuan bahasa mulai dari fonem, morfem, kata, frasa, klausa, kalimat, hingga paragraf yang utuh. 

Selain itu, wacana memiliki dimensi pragmatis yang penting dalam komunikasi, yang membutuhkan berbagai alat untuk memahaminya. Karenanya, studi tentang wacana menjadi bagian integral dari pembelajaran bahasa, dengan tujuan untuk mempersiapkan pemakai bahasa agar mampu memahami dan menggunakan bahasa secara efektif dan tepat (Mulyana, 2005:1). 

Bentuk wacana terbagi menjadi dua, yaitu wacana tekstual dan kontekstual. Wacana tekstual merujuk pada satuan bahasa dalam bentuk teks yang bersifat abstrak, terutama dalam konteks susunan kalimat dan kata-kata (Kridalaksana, 2008:67). Menurut Van Dyk (sebagaimana dikutip dalam Mulyana, 2005: 9), teks memiliki sifat konseptual yang kemudian mengarah pada pemahaman tentang teks lisan dan teks tulis. Dalam konteks ini, istilah ini setara dengan wacana lisan dan wacana tulis. 

Analisis tekstual dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu aspek gramatikal dan leksikal. Pada aspek gramatikal meliputi (1) pengacuan (reference), (2) penyulihan (substitution), (3) pelesapan (ellipsis), dan (4) perangkaian (conjunction). Sedangkan pada aspek leksikal meliputi (1) repetisi (pengulangan), (2) sinonimi (padan kata), (3) kolokasi (sanding kata), (4) hiponimi (hubungan atas-bawah), (5) antonimi (lawan kata), dan (6) ekuivalensi (kesepadanan). Melalui pembagianpembagian tersebut dapat kita ketahui bahwa tantangan yang dimiliki setiap orang ketika menganalisis wacana mungkin akan sedikit rumit karena pembagianpembagiannya yang cukup banyak. 

Perspektif abad 21 terkait analisis wacana kontekstual dan tekstual mencakup pemahaman yang lebih luas tentang konteks sosial, budaya, dan teknologi yang memengaruhi produksi dan pemahaman teks. Oleh karena itu mahasiswa-mahasiswi abad 21 diharapkan untuk mampu menganalisis wacana secara tekstual maupun kontekstual, mereka diharapkan juga mampu mengartikan wacana bukan hanya sekedar kumpulan beberapa kalimat akan tetapi juga lebih dari itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun