Surapati yang dikenal sebagai pemimpin penyamun dan sering membantai para penjajah tanpa kenal ampun ternyata membantu seorang tokoh-aku, dokter belanda yang terlibat kecelakaan dan kusirnya mengalami luka parah. Tokoh-aku mengetahui identitas Surapati setibanya ia di Batavia, rumah seorang kawan. Tokoh-aku menatap sebuah lukisan keluarga Cnoll dan tersentak ketika melihat seorang anak di belakang Cornelia. Seorang pemuda berambut panjang memanggul payung militer di bahu kanan, ternyata merupakan seorang pangeran yang telah membantunya. Lagi-lagi Iksaka Banu secara halus memadukan sejarah dengan tokoh fiksi dalam pertemuan yang tidak disengaja.
Ketika saya membaca buku ini, ketertarikan terhadap sejarah bangsa Indonesia semakin meningkat. Penggambaran peristiwa nyata seperti tokoh Untung Surapati dan tragedi 1998 disajikan dengan fiksi yang menarik. Sejarah disajikan dengan renyah, namun ada hal yang terasa kurang dalam buku ini. Penulis hanya menyampaikan cerita berlatar belakang sejarah saja, kritik yang disampaikan tidak sejelas dalam karya sastra Pramoedya. Terkadang alur yang tidak terduga dibutuhkan dalam sebuah cerpen untuk memberikan kejutan terhadap pembaca. Konflik yang diceritakan dalam karya sastra ini rasanya perlu lebih beragam agar pembaca tidak bosan ketika telah mencapai halaman terakhir.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI