Mohon tunggu...
Zahra Nurila
Zahra Nurila Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S-1 Keperawatan, Universitas Airlangga

-

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Masih Mau Begadang?

3 Juni 2024   22:59 Diperbarui: 3 Juni 2024   23:30 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Begadang sudah tidak asing lagi ketika seseorang menginjak dewasa, terutama mahasiswa. Beratnya beban akademik dan non-akademik yang secara tidak langsung mendorong mahasiswa untuk merelakan waktu tidurnya. Begadang memang dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi secara realitas pada kehidupan seseorang, tetapi apakah begadang baik pada tubuhnya? Apakah tubuhnya tetap rela kehilangan waktu untuk regenerasi sel-sel yang mati menjadi sel-sel yang baru? Selain itu, apakah orang tersebut tidak menyadari bahwa kurang tidur dapat menyebabkan perubahan suasana hati dalam menjalani aktivitas?

Tidur memang menjadi suatu kebutuhan hidup bagi seseorang. Sejak kecil, kita diajarkan untuk tidur cukup, baik pada siang hari maupun malam hari. Lama waktu tidur seseorang mengikuti perkembangan usia. Usia 4-12 bulan dan 1-2 tahun memerlukan waktu tidur selama 12-16 jam per hari, usia 3-5 tahun memerlukan waktu tidur selama 10-13 jam per hari, usia 6-12 tahun memerlukan waktu tidur selama 9-12 jam, usia 13-18 memerlukan waktu tidur selama 8-10 jam, dan usia 18-lebih tua memerlukan waktu tidur selama 7 jam atau lebih. Lalu, bagaimana mahasiswa tetap dapat menerapkan waktu tidur yang cukup ketika banyaknya beban akademik menghantuinya? Hal ini menjadi perhatian kita semua, terlebih lagi banyak media memberitakan ditemukannya anak kos, seorang mahasiswa, meninggal akibat begadang.

Begadang dalam dunia medis memang tidak disarankan. Namun, kenyataannya tidak semudah itu untuk tidak dilakukan seseorang. Dalam dunia medis, begadang dapat menyebabkan gangguan ritme sirkadian hingga perkembangan kanker. Ritme sirkadian berperan mengatur fungsi sel dalam tubuh manusia, seperti pembelahan sel, metabolisme, dan berbagai proses lainnya. Ketika kita tidur, ritme sirkadian merangsang otak untuk produksi hormon melatonin dan kortisol. Hormon melatonin adalah hormon yang mengatur pola tidur dan hormon kortisol merupakan hormon stres. Ketika kita begadang, tentunya hormon melatonin mengalami gangguan untuk menyuruh tubuh kita tidur dan hormon kortisol yang seharusnya mengalami penurunan produksi selama sepanjang hari kita beraktivitas, tetapi mengalami peningkatan akibat kita kurang tidur. Maka inilah yang menyebabkan kita mengalami perubahan suasana hati yang tak beraturan.

Begadang pun dapat menyebabkan seseorang rentan terkena kanker. Ketika kita tidur, tubuh kita mengalami istirahat dan sistem dalam tubuh bekerja. Salah satunya melakukan pembelahan sel dan regenerasi sel. Namun, ketika kita begadang, tubuh terhambat melakukannya. Oleh karena itu, sel-sel mati yang seharusnya mendapatkan sel-sel baru penggantinya akan tertumpuk dan dapat menyebabkan terjadinya kanker.

Dalam penelitian medis di Amerika Serikat, prevalansi pasien kanker yang juga menerapkan begadang mengalami banyak dampak, yakni sebanyak 44% pasien melaporkan kelelahan, 41% pasien mengalami gelisah, 31% mengalami insomnia, dan 28% mengalami mengantuk berlebih. Pasien yang mengalami kanker akibat begadang terjadi pada kelompok usia, remaja dan dewasa hingga semua jenis kelamin. Hal ini membuktikan bahwa tidak hanya kelompok dewasa hingga lansia yang dapat mengalami kanker, tetapi juga kelompok usia 18 tahun dapat terkena kanker akibat faktor-faktor yang ada, salah satunya begadang.  

Pada dasarnya begadang itu tidak disarankan untuk dilakukan, ditambah lagi jika dilakukan setiap hari. Namun, kita sebagai mahasiswa, yang terpaksa melakukan begadang, maka kita juga harus bersiap menjaga kondisi tubuh dengan baik, seperti berolahraga, mengonsumsi makanan yang tidak mengandung karsinogenik, dan mengonsumsi makanan gizi seimbang sesuai yang dibutuhkan oleh tubuh.

Referensi:
Elkhenany, H., et al. (2018). Tissue regeneration: Impact of sleep on stem cell regenerative capacity. doi: https://doi.org/10.1016/j.lfs.2018.10.057
Jagielo, A. D., et al. (2023). Circadian, hormonal, and sleep rhythms: effects on cancer progression implications for treatment. doi: 10.3389/fonc.2023.1269378
Paruthi, S., Brooks, L. J., D'Ambrosio, C., Hall, W. A., Kotagal, S., Lloyd, R. M., Malow, B. A., Maski, K., Nichols, C., Quan, S. F., Rosen, C. L., Troester, M. M., & Wise, M. S. (2016). Consensus statement of the American Academy of Sleep Medicine on the recommended amount of sleep for healthy children: Methodology and discussion. doi: 10.5664/jcsm.6288

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun