Mohon tunggu...
ZAHRA NURHALIZA
ZAHRA NURHALIZA Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar sekolah

I have some of hobbies like singing, watching movies and sleeping hehehe

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Salah Paham

4 November 2022   05:32 Diperbarui: 4 November 2022   05:35 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Terik mentari menemani langkah kecilku. Berjalan seorang diri dari kantor menuju restoran cepat saji demi mengisi perutku yang kosong. Melewati kepadatan kota pada jam makan siang. Sungguh, amosfer di sekelilingku benar-benar panas. Udara sejuk di kota ini telah hilang entah sejak kapan. Membuat kepalaku terasa sangat pening.

Berjalan sembari mengeluh, tak terasa aku hampir di tempat tujuan. Hanya perlu menyebrang lalu duduk manis di sudut restoran dan melahap lauk kesukaanku. Membayangkan hal itu, membuatku lebih bersemangat. Baru saja ingin membuka pintu masuk, retinaku menangkap sebuah pemandangan yang tidak mengenakkan. 

Aku melihat anak kecil berseragam putih merah yang sedang diikuti oleh seorang preman. Tapi, kenapa tidak ada yang peduli? Seolah hal itu bukan sesuatu yang mengejutkan.

Sangat miris. Tanpa pikir panjang aku mengikuti dua orang tersebut. Meninggalkan jadwal makanku untuk menyelamatkan anak kecil itu, yang menurutku akan menjadi korban penculikkan. Sepuluh menit mengikuti mereka, aku pun berhenti melangkah dan kedua orang itu sudah berada di depan sebuah sekolah dasar negeri. 

Namun, mengapa hingga saat ini preman itu tidak melakukan apa-apa?. "Kak, makasih yah udah anter Andien ke sekolah. Coba saja Andien bisa melihat, mungkin Andien tidak akan terus merepotkan kakak." ucap anak kecil tadi. Preman itu menjulurkan tangannya dan mengusap pelan kepala Andien, "gapapa dek, lain kali minta tolong ke abang aja yah. Abang pasti bantuin adek terus. Kita kan kawan". Keduanya pun tertawa lepas, terlihat bahagia.

Perkiraanku salah besar! Anak kecil yang aku ikuti ternyata tidak bisa melihat dan sosok preman tadi hanya ingin menemani sekaligus menjaga dirinya. Aku malu pada diriku sendiri. Dikala sosial media sedang ramai dengan kata-kata "jangan menilai seseorang dari fisiknya", ternyata aku masuk ke salah satu dari mereka. Benar-benar memalukkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun