Mohon tunggu...
Zahra Nurazizah
Zahra Nurazizah Mohon Tunggu... Lainnya - Universitas Pendidikan Indonesia

Saya Zahra Nurazizah (1907623) mahasiswi Program Studi Perpustakaan dan Sains Informasi, Universitas Pendidikan Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Trip

Potensi Objek Wisata Candi Cangkuang dan Kampung Pulo sebagai Pengembangan Ecomuseum di Kota Garut

23 Desember 2021   08:24 Diperbarui: 23 Desember 2021   08:34 705
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kota Dodol atau sebutan lain dari kota Garut ini, secara geografis memiliki letak yang tidak jauh dari kota Bandung. Garut menawarkan keindahan alam Priangan yang beragam, berbagai tempat wisata yang menarik dengan daya tarik alamnya dari gunung hingga pantai yang sungguh mengesankan bagi pengunjung yang sedang berwisata di kota ini. Tidak heran, jika pada era 20-an, kota Dodol ini dikenal sebagai Swiss van Java. Selain daya Tarik wisata alamnya, Garut juga terkenal dengan kekayaan produk budaya masyarakatnya. Dalam hal ini, dapat kita lihat dari inovasi-inovasi yang terus berkembang seperti Chokodot (coklat dodol) yang sedang hits saat ini.

            Salah satu tempat wisata yang menarik dan banyak dikunjungi di daerah Garut adalah Candi Cangkuang dan Kampung Pulo. Kedua objek wisata ini terletak diwilayah Cangkuang, Kecamatan Leles, Garut, Jawa Barat. Candi ini ditemukan oleh tim peneliti Harsoyo dan Uka Tjandrasasmita pada tahun 1966 dan merupakan satu-satunya peninggalan kerajaan hindu yang ditemukan di Tatar Sunda. Candi ini juga bersebelahan dengan makam Embah dalem Arief Muhammad, yaitu sebuah makam kuno pemuka agama islam yang merupakan leluhur di desa Cangkuang itu sendiri.

Dokpri
Dokpri

Tidak jauh dari Candi Cangkuang, terdapat sebuah kampung adat yang bernama Kampung Pulo, Kampung Adat ini merupakan kampung yang menandakan penyebaran agama islam di daerah Garut. Penduduk dari Kampung pulo ini merupakan keturunan dari almarhum mbah dalem Arief Muhammad, dimana hanya ada 7 bangunan dalam kampung tersebut, yang terdiri dari 6 rumah dan 1 mushola. Bangunna tersebut sampai saat ini tetap harus berjulah tujuh dan tidak boleh berkurang atau bertambah. dan saat ini hanya ada 6 kepala keluarga yang ada disana. Hal ini bertujuan untuk menjaga kelestarian tradisi adat di Kampung Pulo.

Dokpri
Dokpri

Tentunya dengan daya tarik, sejarah serta keadaan lingkungan yang unik, objek wisata Candi Cangkuan dan Kampung Pulo ini sangat berpotensi sebagai pengembangan E-comuseum di daerah Garut. Mungkin E-comuseum sendiri masih terdengar asing di telinga kita, secara sederhananya E-comuseum adalah museum yang memfokuskan kepada identitas suatu tempat, yang sebagian besar ditujukan kepada sebuah potensi wisata disuatu wilayah yang tujuannya untuk meningkatkan kesejahteraan dan pengembangan masyarakat lokal.

Menurut Ohara (1998), Ecomuseum adalah aktivitas ekologi yang bertujuan untuk mengembangkan sebuah kawasan menjadi sebuah museum yang hidup dimana dalam ecomuseum terdapat 3 unsur yaitu perservasi kebudayaan dalam sebuah wilayah, pengelolaan yang melibatkan masyarakat lokal, serta fungsi alam dan tradisi sebagai sebuah museum. Ketiga unsur ini harus seimbang dan saling terintegrasi.

Dengan adanya potensi objek wisata Candi Cangkuang dan Kmpung Pulo sebagai media E-comuseum ini diharapkan dapat melestarikan kebudayaan dan memperdayakan masyarakat kampung pulo sehingga terjadinya keberlanjutan dalam wisata budaya di daerah Garut. Dengan keberagaman potensi yang disajikan seperti kebudayaan, bangunan candi, adat istiadat, keberadaan makam tokoh ulama, dan juga museum tempat peninggalain sejarah Candi Cangkuang ini dapat menjadi daya tarik yang memikat hati para pengunjungnya.

Selain itu pemberdayaan dan pengelolaan objek wisata juga harus lebih diperhatikan, dimana masyarakat setempat dapat menjadi pelaku ekonomi yang menguntungkan dengan membuat kerajinan buah tangan sebagai cinderamata, selain itu akses pengunjung yang harus menggunakan rakit untuk dapat sampai ke tempat wisata tentunya menjadi pengalaman yang menarik dan  tidak akan terlupakan bagi wisatawan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun