Demografi sebuah negara tidak hanya dipantau melalui jumlah populasi, tetapi juga melalui indikator-indekator seperti Indeks Pembangunan Gender (IPG) dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Artikel ini akan menyajikan analisis demografis Indonesia menggunakan dua indikator tersebut, serta mengevaluasi kemajuannya dalam mencapai kesetaraan gender dan pembangunan manusia secara keseluruhan.
Indeks Pembangunan Gender (IPG)
IPG merupakan suatu metrik yang dikembangkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) untuk mengukur tingkat kesetaraan gender dalam pembangunan manusia. Angka IPG didapat melalui perbandingan antara IPM perempuan dan IPM laki-laki. Semakin dekat angka IPG dengan nilai 100, semakin setara pembangunan antara laki-laki dan perempuan. Menurut data BPS, Indeks Pembangunan Gender (IPG) Indonesia cenderung naik dalam dekade terakhir. Pada tahun 2022, IPG Indonesia mencapai 91,85 poin, menunjukkan peningkatan komparatif dengan periode sebelumnya. Namun, perlu dicatat bahwa masih ada ketimpangan tertentu karena jarak antara IPG dan nilai ideal 100 masih cukup signifikan.
Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
IPM sendiri merupakan suatu indeks yang digunakan untuk mengukur standar hidup manusia berdasarkan tiga dimensi utama: harapan hidup, pendidikan, dan pengeluaran per kapita. IPM sangat penting dalam menilai kemampuan suatu negara dalam mencapai tujuan pembangunan manusia. Meskipun tidak disebutkan secara spesifik dalam konteks artikel ini, IPM nasional biasanya digunakan sebagai acuan utama untuk evaluasi pembangunan manusia secara keseluruhan. Penurunan atau stagnansi dalam IPM dapat menandakan masalah serius dalam sistem kesehatan, pendidikan, dan ekonomi.
Analisis Integratif
Untuk mengetahui apakah Indonesia "emas" atau "cemas," kita harus melakukan integrasi antara IPG dan IPM.
1. Kesesuaian Gender: IPG menunjukkan bahwa meskipun masih ada ketimpangan, Indonesia telah membuat kemajuan substansial dalam mencapai kesetaraan gender. Namun, perlu ditingkatkan lagi untuk mencapai titik optimal.
2. Standar Hidup: IPM memberitahu kita tentang standar hidup manusia secara keseluruhan. Apabila IPM stabil atau meningkat, itu menunjukkan kemajuan dalam segala aspek pembangunan manusia.
Konklusi
Indonesia saat ini tampaknya sedang melewati fase transisi dari "cemas" menuju "emas." Kemajuan dalam IPG menunjukkan usaha nyata untuk menghilangkan ketimpangan gender, sementara stabilitas atau peningkatan dalam IPM menunjukkan kemampuan dalam meningkatkan standar hidup warganya. Namun, perlu diingat bahwa perjalanan ini tidak mudah dan butuh dukungan dari berbagai pilar pembangunan, termasuk edukasi, keseimbangan ekonomi, dan perlindungan hukum yang adil. Oleh karena itu, penting untuk terus memantau dan meningkatkan kedua indikator ini guna mencapai visi pembangunan manusia yang lebih baik. Artikel ini menyoroti pentingnya memantau demografi melalui indikator-indikator seperti IPG dan IPM. Dengan demikian, kita dapat memiliki gambaran yang lebih lengkap tentang kemajuan dan tantangan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia dalam mencapai kesetaraan gender dan standar hidup yang lebih baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H