Kebutuhan akan dokter hewan semakin meningkat seiring dengan perkembangan sektor peternakan dan kesadaran masyatakat tentang kesehatan hewan. Akan tetapi,realitanya jumlah dokter hewan yang ada di Indonesia belum mampu memenuhi permintaan tersebut. Kekurangan ini menimbulkan kesempatan yang seringkali disalahgunakan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab untuk mengisi kekurangan tersebut. Praktik yang dilakuakn oleh oknum yang tidak memiliki sertifikasi,kompetensi,bahkan hanya berbekal pengetahuan dari google atau internet belaka.Praktik ini membawa ancaman serius,baik bagi hewan dan manusia.
A.Kurangnya Dokter Hewan di Indonesia
Menurut data yang ada,jumlah dokter hewan saat ini yang terdata dalam PDHI kurang lebih 13.500 orang tersebar di berbagai instansi baik badan milik negara maupun swasta. Pertambahan dokter hewan setiap tahunpun relatif rendah yaitu hanya sekitar 1000 dokter hewan. Sedangkan total kebutuhan dokter hewan menurut data yang ada adalah sekitrar 50.000 dokter hewan untuk memenuhi kebutuhan di seluruh Indonesia. Kurangnya Universitas yang membuka jurusan kedokteran adalah salah satu penyebab kurangnya  dokter hewan di Indonesia. Saat ini hanya ada 12 Universitas yang membuka jurusan kedokteran hewan. Untuk memenuhi kebutuhan dokter hewan di Indonesia dibutuhkan sekitar 20 fakultas kedokteran hewan agar meningkatkan pertambahannya yaitu minimal 5.000 lulusan pertahun.
B. Peran Non-Profrsional; Solusi atau Masalah lain?
Dampak yang ditimbulkan dari kurangnya dokter hewan di Indonesia adalah munculnya oknum non profesional seperti mantri hewan tanpa lisensi,peternak berpengalaman,bahkan orang awam yang memiliki sedikit pengetahuan tentang hewan terutama di pedesaan yang kurang terjangkau oleh dokter hewan. Walaupun mereka merasa diri mereka mampu untuk memberi obat atau suntikan kepada ternak tetapi belum tentu dosis yang mereka berikan sesuai dengan yang seharusnya diberikan. Namun,keberadaan mereka tidak selalu memberikan dampak negatif,karena keadaan yang tidak memungkinkan untuk mendatangkan dokter hewan sebenarnya peran mereka cukup membantu,tapi bukan solusi. Jika lulusan dokter hewan tidak di tambah dan di perluas perseberannya, hal seperti ini tidak akan pernah berhenti terjadi.
C.Dampak Lebih Luas dari Masalah Ini
Praktik Non-Profesional mengabaikan prinsip kesejahteraan hewan. Prosedur yang tidak sesuai standar profesional dapat menyebabkan rasa sakit yang tidak perlu atau penderitaan berkepanjangan bagi hewan. Resistensi antibiotik akibat penggunaan obat yang tidak tepat menjadi ancaman besar bagi kesehatan global. Selain itu berpotensi memicu wabah penyakit. Selanjutnya hal ini juga berpengaruh kepada citra profesi dokter hewan di mata Masyarakat luas. Hal ini juga berpotensi melemahkan regulasi standar praktik veteriner.
D.Kesimpulan
Kekurangan dokter hewan memang menjadi tantangan besar,tetapi membiarkan non-profesional mengambil alih tugas yang seharusnya dilakuakan tenaga ahli bukanlah solusi yang ideal. Dalam jangka panjang pendekatan yang berorientasi pada penguatan system dan regulasi dapat meningkatkan akses,kualitas,dan keamanan layanan kesehatan hewan. Pemerintah,akademisi,dan masyarakat harus bekerja sama untuk menciptakan ekosistem veteriner yang lebih baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H