Mohon tunggu...
Zahra Nadia P. S
Zahra Nadia P. S Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa aktif semester 2 dalam bidang kesehatan yang antusias mempelajari ketrampilan analitis dan kritis.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Generasi Kurang Healing: Tantangan dan Solusi Kesehatan Mental di Era Modern

20 Juni 2024   07:13 Diperbarui: 20 Juni 2024   07:20 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menurut Dini dan Zakiah Daradjat (sebagaimana dikutip dalam Ariadi, 2014), terdapat beberapa bentuk penyelesaian masalah jiwa yang meliputi pertahanan, proyeksi, identifikasi, disosiasi, represi, dan substitusi (baik dalam bentuk batin, kompensasi, maupun sublimasi). Metode-metode ini merupakan upaya manipulasi mental yang dilakukan oleh manusia tanpa disadari, dan hanya pergantian pemain yang dianggap positif. Namun, beberapa individu menggunakan cara negatif seperti agresi, regresi, narsisme, dan autisme untuk mengatasi kegagalan atau konflik batin. Dalam upaya pengobatan neurosis, seringkali dilakukan spesialisasi dalam psikoterapi, menggunakan teknik-teknik khusus. Menurut James D. Page (Muzaki, 2019), psikoterapi gangguan jiwa dibagi menjadi enam teknik, yaitu sugesti, persuasi, penjelasan, nasihat, persuasi, dan hipnosis. Meskipun perawatan neurosis tidaklah mudah, para ahli menggunakan pendekatan psikologis yang beragam. Artinya, untuk berhasil menyembuhkan neurosis, tidak hanya diperlukan bimbingan terhadap bentuk dan teknik tertentu, tetapi juga penggunaan kombinasi teknik yang sesuai dengan kebutuhan individu.

Bentuk penyelesaian masalah jiwa seperti pertahanan, proyeksi, identifikasi, dan lainnya, serta metode pengobatan neurosis seperti psikoterapi, mencerminkan kompleksitas dalam menangani masalah kesehatan mental. Generasi kurang healing mungkin cenderung menghadapi kesulitan dalam mengakses atau menggunakan metode-metode ini secara efektif, mungkin karena kurangnya pemahaman, stigma terhadap pengobatan mental, atau keterbatasan akses terhadap layanan kesehatan mental. Oleh karena itu, mengaitkan pembahasan tentang bentuk-bentuk penyelesaian masalah jiwa dan metode pengobatan neurosis dengan generasi kurang healing dapat memberikan wawasan tentang tantangan dan kebutuhan khusus yang dihadapi oleh generasi ini dalam merawat kesehatan mental mereka. Hal ini juga dapat membantu dalam merancang pendekatan yang lebih efektif dalam menyediakan layanan kesehatan mental yang dapat diakses dan relevan bagi generasi kurang healing.

Studi kasus ini berfokus pada kondisi kesehatan mental di kalangan generasi Z di Indonesia, yang merupakan tumpuan masa depan dan digadang-gadang sebagai pemimpin dalam mewujudkan Indonesia Emas 2045. Meskipun demikian, banyak dari generasi Z mengalami masalah kesehatan mental yang dapat berdampak negatif secara sosial, ekonomi, dan psikologis jika tidak ditangani dengan baik sejak dini. Data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan peningkatan prevalensi gangguan jiwa skizofrenia dan gangguan mental emosional pada penduduk di bawah 15 tahun. Peningkatan ini kemudian diperburuk oleh adanya pandemi Covid-19, yang menghasilkan tren peningkatan masalah gangguan kesehatan jiwa di kalangan remaja.

Hasil survei terbaru  Indonesia National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS) pada tahun 2022 menunjukkan bahwa sekitar 5,5 persen remaja usia 10-17 tahun didiagnosis memiliki gangguan mental dalam 12 bulan terakhir, sementara 34,9 persen memiliki setidaknya satu masalah kesehatan mental. Dengan jumlah penduduk remaja yang mencapai 46,2 juta jiwa, angka ini menunjukkan adanya masalah yang signifikan di kalangan generasi Z. Studi kasus ini juga mengungkap bahwa hanya sedikit remaja yang mengakses layanan kesehatan mental, dengan hanya 2,6 persen remaja yang memiliki masalah kesehatan mental yang mengakses layanan bantuan dan konseling. Kendala seperti ketersediaan fasilitas konseling yang terbatas, kurangnya kesadaran masyarakat, dan masalah biaya menjadi faktor penghambat dalam akses terhadap layanan tersebut. Kasus-kasus perundungan di sekolah dan tekanan mental yang dialami oleh remaja juga menjadi sorotan dalam studi kasus ini. Beberapa kasus ekstrim bahkan berujung pada tindakan bunuh diri, menunjukkan urgensi dalam menyediakan layanan kesehatan mental yang tepat dan mudah diakses bagi generasi Z.

Dari hasil studi dokumentasi, ditemukan beragam gambaran yang menggambarkan kompleksitas masalah kesehatan mental yang dihadapi oleh generasi Z di Indonesia. Wawancara dengan individu-individu dalam generasi ini mengungkapkan berbagai pengalaman pribadi, strategi penyelesaian masalah, dan persepsi terhadap layanan kesehatan mental. Banyak dari mereka mengalami tekanan psikologis yang disebabkan oleh faktor-faktor seperti tuntutan akademik yang tinggi, tekanan sosial dari media sosial, dan kurangnya dukungan sosial. Selain itu, hasil studi dokumentasi juga menyoroti adanya stigma yang masih melekat kuat terhadap gangguan kesehatan mental di masyarakat, yang menjadi penghalang bagi individu dalam mencari bantuan dan dukungan. Temuan ini menunjukkan perlunya upaya yang lebih besar dalam meningkatkan kesadaran masyarakat, akses terhadap layanan kesehatan mental, serta pengembangan strategi penanganan yang lebih holistik dan terintegrasi bagi generasi Z di Indonesia.

Kesimpulan dari studi kasus ini menunjukkan bahwa generasi Z di Indonesia menghadapi masalah kesehatan mental yang serius. Data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 dan survei Indonesia National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS) 2022 menunjukkan peningkatan gangguan jiwa di kalangan remaja, namun hanya sedikit dari mereka yang mengakses layanan kesehatan mental. Hasil wawancara dan studi dokumentasi menunjukkan kompleksitas masalah yang dihadapi, termasuk tekanan akademik, sosial media, dan stigma. Diperlukan upaya meningkatkan kesadaran masyarakat, akses terhadap layanan, dan pengembangan strategi penanganan yang holistik untuk mengatasi masalah ini dan mewujudkan kesejahteraan generasi Z di masa depan.

Refrensi

Ariadi. (2014). "Kesehetan Mental Dalam Perprespektif Islam." Syifa Medika, Vol.3, No. 2. Muzaki. (2019). "Konseling islam : suatu alternatif bagi kesehatan mental" Journal Prophetic

Professional Empathy and Islamic Counseling Vol.2, No. 2.

Amstrong, N. Dkk. (2022). "Peluang dan Tantangan Dalam Interpeting Kontemporer" Journal Linguistic Community Service. Vol. 3, No.1.

Arif, A. (2023). "Krisis Kesehatan Mental Menghantui Generasi Z Indonesia" Dalam artikel HumanioradiAksespadatanggal18/03/2024. https://www.kompas.id/baca/humaniora/2023/07/09/krisis-kesehatan-mental- menghantui-generasi-z-indonesia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun