Mohon tunggu...
zahra mutiara
zahra mutiara Mohon Tunggu... Mahasiswa - Telkom University

-

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Indonesia Kaya akan Bahasa: Telusuri Naskah Primbon Jawa, Apakah Isinya Ramalan?

12 November 2023   01:05 Diperbarui: 12 November 2023   01:22 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Naskah-Naskah di Museum Sri Baduga/Foto Pribadi

Negara tercinta Indonesia yang mempesona dengan kekayaan luas biasa yang tidak hanya terdapat dalam panorama alamnya yang indah. Tetapi, juga dalam keanekaragaman budaya yang unik. Indonesia ini menjadi rumah bagi berbagai suku, etnis, daerah, bahasa, dan lain-lain yang tersebar dari sabang sampai merauke. Keanekaragaman di Indonesia ini menjadi suatu ciri khas yang membedakan negara kita tercinta dari negara-negara yang lain. Salah satunya Indonesia memiliki banyak bahasa yang terdiri dari 748 bahasa. Mengapa banyak bahasa? Karena Indonesia mempunyai berbagai macam suku budaya.

Dahulu kala, ketika keberagaman bahasa di Indonesia menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari, masyarakat Indonesia pun menciptakan berbagai naskah dengan berbagai macam tulisan sebagai bentuk dokumentasi dan kekayaan budaya. Naskah-naskah biasanya mengandung cerita, sastra, dan pengetahuan lokal yang menjadi ciri khas setiap bahasa daerah. Seiring dengan berkembangnya waktu, kesadaran akan pentingnya melestarikan kearifan lokal ini mendorong orang-orang untuk membuat naskah-naskah tersebut dan menjaganya agar naskah-naskah tersebut tidak terlupakan.

Naskah-naskah terdahulu kemudian di simpan di mana ya? Naskah kuno terdahulu itu akan di simpan di sebuah museum, salah satunya Museum Sri Baduga yang berlokasi di Kota Bandung, Jawa Barat. Di sana tidak hanya sekadar gudang penyimpanan naskah kuno, melainkan suatu pusat kebudayaan yang menggambarkan warisan sejarah dan keanekaragaman budaya masyarakat Sunda atau Jawa Barat. Koleksi di sana terdapat aneka seni rupa tradisional, peralatan rumah tangga klasik, pakaian adat indah, dan alat-alat tradisional yang mereflesikan cara hidup yang telah mewarnai sejarah Sunda atau Jawa Barat.

Menurut Rizky Maulana selaku Seksi Kordinator Museum Sri Baduga, materi koleksi yang disajikan di Museum Sri Baduga ini, diatur dan disimpan berdasarkan alur cerita (storyline) yang menggambarkan untaian perjalanan sejarah alam dan budaya di Jawa Barat. Dengan keberagaman koleksi yang dipajang dan diabadikan, Museum Sri Baduga ini menyimpan naskah-naskah kuno. Museum ini menjadi wadah yang diperuntukan para pengunjung untuk lebih menyelami kisah-kisah yang tersembunyi dalam berbagai bahasa daerah di Indonesia. Pameran di Museum Sri Baduga ini dapat mencakup beragam naskah, mulai dari dongeng tradisional, cerita rakyat, keagamaan, hingga teks-teks klasik yang mencerminkan kearifan lokal.

Macam-macam naskah yang ada di Museum Sri Baduga tidak hanya sebagai saksi bisu dari keberagaman bahasa di Indonesia. Tetapi, memainkan peran dalam melestarikan identitas budaya masyarakat setempat. Naskah-naskah yang dipajang di Museum Sri Baduga ini, para generasi saat ini yang sudah mengenal digital dari kecil memiliki kesempatan untuk tahu lebih dalam dan menghargai kekayaan budaya yang terkandung dalam setiap kata dan kalimat, memahami kisah-kisah, serta merasakan keberagaman bahasa sebagai warisan yang patut dijaga.

Naskah Primbon/Foto Pribadi
Naskah Primbon/Foto Pribadi

Dengan segala keanekaragaman peninggalan terdahulu, saya tertarik dengan berbagai peninggalan naskah salah satu objeknya, yaitu naskah kuno khususnya "Naskah Primbon". Ayo! Telusuri Naskah Primbon dalam artikel yang saya buat. Naskah Primbon ini adalah naskah yang berbentuk puisi dengan tulisan yang bertinta merah dan hitam. Naskah ini berasal dari Sumedang yang berisi tentang tata cara bersenggama yang sesuai dengan yang diajarkan oleh Rasulullah SAW dan ramalan-ramalan dalam kehidupan manusia. Naskah Primbon berukuran 13,5 x 9 cm dengan ruang tulisan 10 x 13,5 cm, dan ada 2 lembar pelindung atau biasa kita sebut cover di awal dan di akhir dengan bahan kertas Eropa dan 184 halaman.

Asal usul kata Primbon ini adalah bon, mbon, atau mpon yang artinya induk yang lalu ditambah awalannya ditambah peri atau peri untuk memperluas kata dasar. Orang-orang dulu ini tidak hanya mencatat, tapi, juga mendalami dan memahami keadaaan secara perfect semua kejadian. Tujuannya untuk memperoleh hasil yang baik dan terhindar dari kesialan. Nah, sejak dahulu kala, siapa sih yang tidak penasaran dengan masa depannya? Dengan beragam metode ramalan banyak dipakai dengan berbagai cara mau dari kartu, rasi Bintang, zodiak, membaca garis tangan, ataupun dalam bentuk buku. Maka, Naskah Primbon ini berisikan perhitungan dari nama seseorang yang dapat diramalkan nasibnya seperti perjodohan, pekerjaan, rezeki, dan keselamatanya, nama yang baru lahir diambil dari nama nabi-nabi dan nama Islam diramalkan dengan nasib bayi tersebut dalam kehidupannya Perhitungan letak tanah berdasarkan pancaka 12, yaitu perhitungan dalam membuat babatar dan gagajah rumah, sumur, dan dapur. Selain itu, berisi pula tabir mimpi dan gejala-gejala alam seperti gempa, gerhana, dan lain-lain.

Naskah Primbon ini berperan sebagai saksi sejarah hubungan unik antara manusia dan alam semesta, merupakan pewarisan keajaiban dari leluhur Jawa yang dimulai sejak zaman Majapahit. Naskah ini disusun berdasarkan pedoman kalender Jawa sejak zaman kekuasaan Sultan Agung di Kerajaan Mataram.  Menyimpan pengetahuan luas mulai dari ramalan, penentuan hari baik, jodoh, hingga pengobatan tradisional. Naskah Primbon dianggap sebagai pedoman berharga dalam menjalani kehidupan atau merupakan kisi-kisi kehidupan. Terbagi dalam dua aspek menarik, yakni primbon umum dan primbon khusus, Naskah Primbon membuka tabir rahasia perhitungan weton dan seni pengobatan tradisional.

Naskah Primbon merupakan Warisan Leluhur Mengenai Kehidupan yang Diturunkan Turun-temurun.

Dalam keanekaragamannya, Naskah Primbon bukan hanya sekadar naskah kuno, melainkan kunci yang terus terbuka bagi masyarakat Jawa hingga saat ini. Sebagai petunjuk jalan yang dianggap magis, Naskah Primbon membimbing langkah-langkah hidup dengan kebijaksanaan melalui perhitungan weton, penentuan hari baik, dan adat istiadat. Maka tidak mengherankan jika Primbon tetap menjadi panduan berharga bagi mereka yang mempercayai keajaiban dan warisan kearifan nenek moyang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun