bencana gunung berapi yang sangat besar. Besarnya potensi tersebut telah terbukti dari potensi kerugian yang ditimbulkan oleh bencana erupsi gunung berapi, salah satunya adalah Gunung Semeru. Gunung Semeru merupakan gunung tertinggi di Pulau Jawa dengan ketinggian mencapai 3.676 meter dari permukaan laut (mdpl). Pada 2021 lalu, dilansir terjadi kerugian sebesar Rp308 miliar akibat erupsi Gunung semeru.
Indonesia sebagai negara yang dijuluki ring of fire memiliki berbagai potensiPemerintah melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah Jawa Timur (BPBD Jatim) telah mengerahkan berbagai upaya mitigasi untuk mengendalikan kerugian yang ditimbulkan oleh erupsi Paku Bumi Tanah Jawa tersebut. Pengendalian yang dilakukan telah termaktub dalam Tinjauan Partisipatif Respons Erupsi Gunung Semeru, Mitigasi Bencana Gunung Api, dan Perbup No. 1 Tahun 2022 tentang Penyelenggaraan Hunian Sementara untuk Korban Bencana Alam Erupsi Gunung Semeru. Upaya-upaya tersebut dilakukan untuk mengkoordinasikan terkait dengan penanggulangan bencana secara terencana, terpadu, dan menyeluruh.
Terwujudnya mitigasi bencana yang aman dan terencana, tentu membutuhkan peran serta berbagai pihak. Peranan pihak-pihak akademisi dan peneliti menjadi sebuah pokok penting untuk optimalisasi upaya yang telah dilakukan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah Jawa Timur (BPBD Jatim). Untuk itu, Tim Peneliti Universitas Negeri Malang mengajukan kolaborasi untuk memberikan kontribusi lebih dalam implementasinya. Tim peneliti Universitas Negeri Malang akan mengumpulkan data yang kemudian digunakan untuk membentuk sebuah output berupa website.
Program yang dilakukan oleh Tim Peneliti dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Timur bertujuan untuk menjadi pedoman masyarakat dalam mitigasi bencana Gunung Semeru. Tujuan ini telah sejalan dengan poin-poin yang tercantum dalam Sustainable Development Goals (SDGs) poin ke 3 yang menitikberatkan pada dukungan kesehatan dan kesejahteraan melalui sarana yang mudah diakses dan poin ke 17 yang menekankan pentingnya kemitraan dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.Â
Lebih lanjut, program ini akan diimplementasikan secara komprehensif dalam waktu dekat. Tim peneliti berharap agar program ini tidak hanya dapat dipetik manfaatnya oleh pihak lembaga dan akademisi saja, tetapi juga dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Adanya komitmen yang kuat dari para stakeholder untuk mengembangkan media ini, diharapkan menjadi angin segar bagi kita semua untuk mewujudkan Desa Tanggap Bencana yang lebih progresif.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H