Berbicara masalah pendidikan akhlak sama saja dengan berbicara tentang tujuan pendidikan, dan banyak  ahli yang berpendapat bahwa tujuan pendidikan adalah pembentukan akhlak. Misalnya Muhammad Atiya al-Abrasi yang menyatakan bahwa pendidikan akhlak dan akhlak merupakan jiwa dan tujuan pendidikan Islam.
 Begitu pula dengan Ahmad D. Marimba yang berpendapat bahwa tujuan utama pendidikan Islam sama dengan tujuan hidup setiap umat Islam, yaitu  menjadi hamba Allah,  hamba yang beriman dan beriman. Menyerah kepada Tuhan dengan menerima Islam.
 Namun sebelum itu, ada pertanyaan yang harus dipikirkan matang-matang: apakah moralitas bisa dibentuk. Jika ya, mengapa dan bagaimana?
 Jika tidak, apa alasannya dan  apa yang akan terjadi selanjutnya Menurut beberapa ahli, moralitas adalah naluri (galiza) yang dimiliki manusia sejak lahir, sehingga membentuk moralitas, hal tersebut tidak perlu dilakukan.
 Bagi kelompok ini persoalan moral adalah tentang sifat manusia, kecenderungan terhadap kebaikan dan sifat yang ada dalam diri manusia, serta bentuk hati nurani dan  intuisi yang selalu mengarah pada kebenaran.
 Dengan cara pandang ini,  akhlak akan tumbuh secara alami, meski tidak dibentuk atau diedit (ghair muktasabah).
 Kelompok ini juga berpendapat bahwa moralitas merupakan gambaran internal yang tercermin dalam perilaku eksternal.
 Tindakan eksternal ini tidak dapat mengubah tindakan internal. Misalnya, seseorang yang talentanya rendah, tidak serta merta naik.
 dan sebaliknya. Apalagi ada anggapan bahwa akhlak merupakan hasil  pendidikan, latihan, bimbingan dan perjuangan yang keras dan sungguh-sungguh.
 Faktanya, upaya pengembangan moral terus berlanjut secara lokal melalui berbagai lembaga  dan  metode pendidikan.
 Hal ini menunjukkan bahwa moralitas memang perlu dikembangkan.