Rino, aku tak tahu apa benar Tania memang kekasihmu. Deg! Tidak... itu tidak benar. Tidak... itu salah. Kamu bukan miliknya. Kamu milikku. Namun, sekeras apapun aku mencoba menyangkal, pernyataan itu tetap tak berubah. Tetap sama; Kamu, milik dia. Milik orang lain. Astaga... apa yang terjadi sebenarnya? Tiba-tiba saja wanita itu datang, memaparkan sebuah kenyataan. Menuturkan kalau kalian telah lama berhubungan. Memohon, dengan suara mengiba agar saat ini juga aku enyah dari kehidupan kalian. Tunggu... Apa maksudnya? Kalian berpacaran? Sejak kapan? Apa benar pengakuan perempuan itu? Aku butuh penjelasanmu. Aku butuh –setidaknya- penyangkalan darimu. Namun kamu tetap diam, menunduk, tak menjawab. Seolah membenarkan kalau ya, perempuan itu pacarmu. Menegaskan kalau aku memang selingan dalam hidupmu. Entahlah, aku masih tak habis fikir bagaimana ini bisa terjadi. Semua cinta, angan, dan harapan terasa palsu. Bagaimana ini? Harapan yang selama ini terasa nyata, sekarang nyaris menguap tanpa sisa. Kepercayaan yang kubangun sedemikian rupa, hilang tanpa sisa. Harapan, perhatian, kasih sayang, apa maksud dari semua permainanmu? Tidakkah kamu berfikir bahwa aku nyaris menyayangimu? Ah... Tidak... Aku tahu benar, kalau benar aku memang menyayangimu. Aku tahu benar ,kalau berat rasanya meyakinkan diriku kalau perempuan itu mempunyai hak atas kamu.
Rino, saat aku menulis surat ini, aku tak tahu mengapa perasaanku masih tetap sama seperti dulu; seperti saat Tania belum menyampaikan hubungan kalian. Tenang, Rino. Aku memang kecewa, namu aku tak membencimu. Benci? Ah tidak... aku tak bisa membencimu, meskipun kutahu kamu telah mengkhianati kepercayaanku. Rino, terimakasih untuk semua cinta, angan, dan harapan yang selama ini kamu tanamkan. Terimakasih untuk hari-hari dimana kamu menjadikanku kerupuk dalam hubunganmu. Selingan. Aku tahu, kamu pasti berfikir kalau aku ini perempuan bodoh yang begitu percaya pada harapan tanpa tujuan itu. Bagaimanapun, sulit rasanya beradaptasi dengan kenyataan baru; bahwa kamu bukan milikku. Sampaikan salamku untuk Tania ya? Sampaikan padanya, bahwa aku akan berusaha menjauh darimu –walau kutahu itu sangat sangat sangat sulit ku lakukan- Ohya, jaga baik-baik ya si Gaudy. Anjing kecil betina itu pasti bisa dengan mudah takluk pada Tania, dan pasti tumbuh menjadi anjing lucu nan menggemaskan. Aku menyayangimu, meski kutahu perlakuanmu tak sebanding dengan besarnya harapanku. Pssstt... jangan bilang Tania ya, surat ini hanya rahasia antara kita ;’)
With love and tears,
Wanita yang kau beri harapan palsu.
Sofia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H