Mohon tunggu...
Zahra Hayyu
Zahra Hayyu Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan

Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Metaverse

Tren Esports yang Menguntungkan

14 April 2021   19:16 Diperbarui: 14 April 2021   19:26 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
E-Sport. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jamie McInall

Dota 2 merupakan sebuah permainan arena pertarungan daring multi pemain yang sangat  memerlukan strategi dan kekompakan. Game yang dikembangkan oleh Valve Corporation sejak tahun 2013 ini mulai banyak peminatnya pada pertengahan tahun 2017 dengan 800,000 pemain online setiap harinya. Meningkatnya jumlah pemain Dota 2 dari tahun ke tahun membuat game ini mengadakan turnamen besar setiap tahunnya.

Menurut Arkaan seorang mahasiswa penggemar game, Dota tidak seperti video game MOBA (Multiplayer Online Battle Arena) lainnya, Dota lebih kompleks dan lebih menantang. Jika digambarkan seperti bermain catur dan basket disaat yang sama. karena berbasis online sehingga bisa bermain dengan teman membuat video game ini lebih menyenangkan. Di game ini strategi dan kemampuan individu sangat diperlukan, ibarat bermain catur kita harus bisa membuat strategi dan memprediksi gerakan lawan, dan bekerja sama dengan 4 orang di tIm kita seperti layaknya bermain basket. Selalu ada kemungkinan baru dan strategi tak terbatas di game ini, sehingga selalu ada game play baru dan strategi baru di game ini, hal ini lah yang membuat saya sangat menyukai game ini, tuturnya pada Senin, 12 Maret 2021.

Salah satu ajang bergengsi Dota adalah TI (The Internasional) yang diadakan setahun sekali dengan berbagai macam total hadiah yang disuguhkan. Di Indonesia sendiri pada tahun 2018 turnamen esports dengan hadiah terbesar berasal dari Dota 2, yaitu GESC Indonesia Minor dengan total nilai hadiah sebesar US $300 ribu. Namun semenjak adanya pandemi Covid-19 segala bentuk event turnamen esports secara offline ditunda, namun tetap diadakan secara online.

"Event Tournament DOTA 2 yang pernah saya ikuti secara online sejauh ini baru 2 saja, yang pertama yaitu seleksi nasional Road to IESF World Championship dan satu lagi Dream Tournament pada tahun 2020 yang diselenggarakan oleh salah satu pemain professional dari Indonesia yaitu IYD (In Your Dream). Sayangnya tidak pernah lolos sampai final, terakhir saya hanya sampai 32 besar saja," ucap Arkaan sebagai salah satu peserta turnamen online 2020.(12/4)

Hadirnya tren esports sangat bermanfaat dalam mengasah kemampuan anak muda terutama dalam berpikir stategis, cerdas dan kreatif, melatih kerja sama tim yang baik, serta ketahanan dan kelincahan fisik. Meskipun turnamen esports saat ini dilaksanakan online, tapi tidak mengurangi  antusias serta ketegangan dalam mengikuti turnamen esports itu sendiri.

Zahra Hayyu Aprilia

Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Metaverse Selengkapnya
Lihat Metaverse Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun