Hingga saat ini permasalahan sampah plastik masih menjadi tantangan yang serius bagi Pemerintah Indonesia. Pada tahun 2021, Kementerian Kelautan dan Perikanan menyebutkan bahwa Indonesia masuk di urutan kedua sebagai penyumbang sampah plastik terbanyak di dunia.
Menurut Rofi Alhanif, Asisten Deputi Pengelolaan Sampah dan Limbah Kementerian Koordinator Maritim dan Investasi, jumlah sampah plastik di Indonesia sebesar 6.8 juta ton per tahun dan yang dapat didaur ulang hanya sebesar 10 persen sedangkan 20 persen lainnya akan berakhir di tempat pembuangan akhir.Â
Banyaknya sampah plastik yang ada akan menimbulkan  dampak yang cukup serius bagi lingkungan hingga kesehatan apabila tidak terkelola dengan baik.Â
Selain pemerintah Indonesia, dibutuhkan pula komitmen dari semua pihak untuk bisa mengurangi penggunaan sampah plastik di Indonesia, tak terkecuali masyarakat.
Berbagai inovasi dilakukan sebagai upaya  untuk mengurangi sampah plastik, salah satunya Edible Straw. Inovasi edible straw merupakan salah satu inovasi di bidang teknologi agroindustri.Â
Tak hanya itu, inovasi edible straw ini dapat dikembangkan oleh masyarakat di seluruh dunia tak terkecuali Indonesia dengan menggunakan bahan bahan organik yang bervariatif.Â
Beberapa inovasi edible straw yang dikembangkan oleh masyarakat di Indonesia yakni dengan membuat sedotan yang dibuat dari bahan organik contohnya beras, kulit buah naga, dan buah nanas. Â Selain dapat dimakan, edible straw dapat dijadikan sebagai pupuk organik karena berasal dari bahan yang dapat terbiodegradasi.
Dilihat dari kebermanfaatannya, sebagai masyarakat Indonesia sebaiknya membiasakan untuk mengurangi penggunaan plastik, salah satunya dengan menggunakan edible straw sebagai pengganti sedotan plastik.Â
Edible straw yang memiliki berbagai manfaat  diharapkan dapat mengurangi jumlah penggunaan plastik di Indonesia.Â
Selain itu, diperlukan kesadaran masyarakat untuk bisa menggunakan bahan ramah lingkungan demi menjaga kelangsungan lingkungan menuju Indonesia Hijau.