Kring !!! Kring !!! Kring !!! (meniru suara telpon zaman dulu, walau aslinya suara dering hapeku tidak seperti itu)
“Ibu… halo… Aku dapat pengumuman bu, aku bacain ya, tanggal 20 April 2013 sekolah akan mengadakan peringatan Hari Kartini, semua siswa wajib mengenakan baju nasional. Baju nasional itu apa bu?”
“Baju nasional itu bisa baju daerah atau baju adat.”
“Oh, aku sewakan baju ya bu. Adik sewakan juga. Bajunya terserah ibu aja. Bisa kebaya atau baju adat yang lain. Nanti ada fashion show bu. Jangan lupa pake make-up ya. Pake lipstik, eye shadow yang ada di mata itu, sama merah-merah yang di pipi itu loh…”
“Iya sayang, nanti ibu sewakan. Nanti sekalian di make-up juga”, jawabku sambil mengetik laporan yang bejibun numpuk.
“Ya udah bu. Jangan lupa ya. Assalamualaikum !!!”
“Waalaikumussalam sayang.”
Hadeh !!! Ribut nian si anak di telpon. Hahaha… Lumayan buat intermezzo di sela-sela pekerjaan yang padat. Hmm…
Suka duka menjadi ibu yang bekerja di luar. Si anak dibekali hape, supaya bisa menelpon orang tuanya sewaktu-waktu. Terkadang sedang asik-asiknya bekerja, si anak telpon tiada henti. Ada saja yang dilaporkan. Mulai dari pemberitahuan yang dia dapat di sekolah, sampai adiknya yang nakal memukulnya. Lumayan bikin pusing tapi sebenarnya menyenangkan mendengar suara si anak di telpon. Itu artinya dia dalam kondisi baik-baik saja. Karena pernah suatu kali si anak sama sekali tidak menelpon, aku yang kelimpungan karena tidak biasanya. Akhirnya aku pun harus menelponnya untuk memastikan keadaan mereka baik-baik saja. Dan ketika kutanya kenapa tidak menelpon ibu, si anak hanya menjawab dengan santai “Lagi malas aja bu”. Lagi-lagi hadeh!!!
Pernah secara tidak sengaja aku membawa hape ke kamar mandi dan dalam waktu yang bersamaan si anak telpon. Mau tidak mau aku harus mengangkatnya. Alhasil pasti kalian sudah tau gimana akibatnya, yang antre kamar mandi pada mengular. Yah, tidak begitu mengular banget sih, tapi lumayan membuat beberapa orang menjadi terpaksa menahan untuk membuang hajatnya. Dan begitu aku keluar dari kamar mandi, ku melihat wajah-wajah mereka merona merah padahal tidak sedang memakai make up Kartini-an dan mereka langsung ngibrit masuk kamar mandi. Oh, apa yang telah aku perbuat? Dan sejak itu, aku tidak pernah lagi bawa hape ke kamar mandi. Mau diomelin orang sekantor?
Mungkin ada yang bertanya-tanya, berapa rupiah anak-anak menghabiskan pulsanya dalam sebulan? Hmm… si anak kubekali hape cdma yang lumayan murah jika telpon antar sesama, yakni f***i. Sekali telpon dalam jangka waktu lama dan berkali-kali tidak sampai seribu rupiah. Murah kan? Lagipula sinyalnya pun oke tidak seperti kartu GSM-ku yang jika berada di dalam gedung, sinyalnya seperti “orang yang mati segan hidup pun tak mau”. Karena saking murahnya, aku hanya perlu mengisi ulang pulsa lima ribu sekali isi, itupun bisa betah sampai berminggu-minggu. Bukan pengiritan tetapi memang irit euy.
Tragedi? Pernah terjadi juga. Karena cintanya dengan hape itu, atau karena tak ingin kehilangan momen bertelpon, hape itu pun dibawa kemana saja si anak main. Sehari dua hari seminggu tidak ada kejadian apa-apa, aman. Tetapi yang dikhawatirkan pun terjadi juga, hape jatuh entah di mana dan hilanglah sudah. Kalau nasi menjadi bubur, masih enak dimakan. Kalau hape hilang, mau pakai apa? Daripada kehilangan komunikasi berharga dengan si anak, akhirnya si orang tua tetap harus membelikan penggantinya, dengan embel-embel peringatan yang bejibun.
Well, itulah salah satu cara mendekatkan hubungan anak dengan orang tuanya yang bekerja di luar. Dengan keterbatasan ruang dan waktu, dengan telpon itu kami bisa berkomunikasi, seakan tidak ada jarak yang memisahkan. Dengannya, aku bisa memantau perkembangan mereka di sela-sela pekerjaanku. Dengannya, mereka merasa bisa dekat dengan orang tuanya, walau tak dapat dipungkiri hal itu sama sekali tak dapat menggantikan dengan kedekatan fisik kedua insan manusia. Tak apalah…
Kring !!! Kring !!! Kring !!!
“Ibu, aku ada PR mencari contoh-contoh alat musik dari internet, nanti tolong carikan ya?”
“Ibu, nanti belikan roti dan keju di toko ya. Aku pingin sekali makan roti.”
“Ibu, tadi aku dapat nilai 90 di ulangan matematika. Aku pintar ya bu?”
Dan hadapi saja semua itu dengan senyum, karena ketika mereka dewasa kelak, kamu pasti akan merindukan suasana ini.
ooOOoo
Buat Ela, Tisa dan Miska. Love u all.
Surabaya, 28 April 2013
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H