Mohon tunggu...
Zahra Firdausi Nuzula
Zahra Firdausi Nuzula Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seorang mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan, yang berfokus terhadap bidang animal welfare

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Bahaya Operasi Plastik pada Hewan Peliharaan di Korea Selatan dan Dampaknya Jika Diterapkan di Indonesia: Gimana Animal Welfare-nya?

9 Juni 2024   04:16 Diperbarui: 9 Juni 2024   07:33 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Korea Selatan, dengan industri kecantikan yang sangat maju, telah menyaksikan munculnya tren yang kontroversial: operasi plastik pada hewan peliharaan. Meskipun dimaksudkan untuk meningkatkan penampilan hewan dan kadang-kadang untuk tujuan kesehatan, tren ini telah menimbulkan berbagai masalah etis dan kesejahteraan hewan. Jika praktik ini diterapkan di Indonesia, dampaknya terhadap animal welfare bisa sangat merugikan, mengingat regulasi dan pengawasan yang masih perlu ditingkatkan.

Seperti dikutip dari laman panncafe, Rabu (08/06/2024) beberapa iklan di kereta bawah tanah tersebut menampilkan gambar sebelum dan sesudah anjing yang menjalani prosedur kosmetik, seperti Corgi Welsh yang menerima perbaikan ekor dan Dobermann yang menerima pemotongan telinga. Namun, para pengguna jalan yang lewat terkejut setelah memindai kode QR; Pengguna diarahkan ke halaman tak terduga yang tidak menyetujui prosedur kosmetik pada hewan peliharaan. Halaman iklan menjelaskan, "Apakah Anda tidak terbiasa dengan operasi plastik anjing? Telinga Doberman tidak runcing secara alami. Ekor Welsh Corgi juga tidak pendek secara alami. 'Telinga runcing Doberman,' melambangkan keberanian, dan 'ekor lucu Corgi Welsh' adalah hasil yang diciptakan oleh operasi.

Salah satu kasus di mana pemilik hewan peliharaan memilih untuk melakukan prosedur operasi plastik pada anjing dan kucing mereka. Prosedur ini meliputi operasi kelopak mata, pemotongan telinga, dan bahkan implan mammae (kelenjar susu). Salah satu kasus yang paling menonjol adalah operasi kelopak mata ganda pada anjing, yang dimaksudkan untuk memberikan penampilan yang lebih "imut" atau "menarik" menurut standar estetika manusia. Kasus ini menarik perhatian media internasional dan memicu debat luas mengenai etika perlakuan terhadap hewan peliharaan.

Pandangan publik di Korea Selatan terhadap operasi plastik pada hewan peliharaan sangat beragam. Banyak netizen menyuarakan kemarahan dan ketidaksetujuan mereka terhadap tren ini, menganggapnya sebagai bentuk penyalahgunaan hewan yang egois dan tidak manusiawi. Mereka berpendapat bahwa hewan peliharaan tidak boleh dijadikan objek untuk memenuhi keinginan estetika manusia, yang sering kali mengabaikan kesejahteraan dan kenyamanan hewan itu sendiri. Beberapa pemilik hewan yang mendukung prosedur ini berargumen bahwa operasi dilakukan untuk meningkatkan kualitas hidup hewan mereka, tetapi argumen ini sering ditolak oleh mayoritas yang merasa bahwa alasan estetika tidak cukup untuk membenarkan penderitaan dan risiko kesehatan yang dihadapi hewan.

Jika tren ini diterapkan di Indonesia, konsekuensinya bisa sangat serius. Indonesia, dengan regulasi animal welfare yang masih dalam tahap perkembangan, mungkin tidak siap untuk menghadapi dampak negatif dari praktik ini. Tanpa pengawasan ketat dan regulasi yang jelas, hewan peliharaan di Indonesia bisa menjadi korban eksperimen estetika yang berbahaya dan tidak perlu. Selain itu, rendahnya kesadaran masyarakat mengenai animal welfare bisa memperburuk situasi, di mana pemilik hewan peliharaan lebih mementingkan penampilan daripada kesehatan dan kenyamanan hewan mereka.

Untuk mencegah hal tersebut terjadi, penting bagi pemerintah Indonesia untuk mengambil langkah-langkah proaktif. Dimana Edukasi mengenai animsl welfare harus ditingkatkan, baik melalui kampanye publik mau[un melalui kurikulum pendidikan. Pemerintah juga perlu mengembangkan dan menerapkan regulasi yang ketat terkait operasi plastik pada hewan peliharaan, memastikan bahwa setiap prosedur dilakukan berdasarkan kebutuhan medis yang sah dan bukan untuk kepentingan estetika semata. Hanya dengan pendekatan yang komprehensif dan berfokus pada animal welfare, Indonesia bisa menghindari dampak negatif dari tren operasi plastik hewan peliharaan yang telah menjadi masalah serius di Korea Selatan.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun