Penerapan pembelajaran kooperatif tipe Number Head Together (NHT) atau penomoran berpikir bersama, merupakan model pembelajaran dimana para siswa saling ertukar ide, pendapat atau gagasannya dan menemukan jawaban yang tepat. Pada pengaplikasian model pembelajaran ini, siswa dituntut untuk saling berpikir bersama dengan kelompoknya. Dan pada setiap siswa di kelompok tersebut diberikan nomor dan memiliki kesempatan untuk menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru.
      Ada unsur-unsur yang terkandung paad mobel NHT ini, yakni
- Sintagmatis, dimana pada unsur ini pembelajaran NHT dilakukan dengan 6 fase, diantaranya :
- Fase 1 : Pemberian nomor.
- Fase 2 : Pengajuan pertanyaan.
- Fase 3 : Berpikir bersama.
- Fase 4 : Menjawab pertanyaan.
- Fase 5 : Kesimpulan.
- Fase 6 : Pemberian reward.
Prinsip Reaksi, yang menggambarkan pola perilaku  dalam memperlakuan siswa ketika kegiatan belajar mengajar berlangung. Dalam pembelajaran kooperatif tipe NHT ini, guru berpean sebagai fasilitator yang terlinat secara langsung dalam pembelajaran. Menerangkan tata cara dan bagaimaa konsep pembelajan NHT ini berjalan selama kelas berlangsung.
Sistem Sosial, guru tidak sepenuhnya menjadi pusat atensi saat KBM berlangsung, tetapi ada saatnya pusat itu teralih kepada siswa. Sistem sosial ini berjalan dengan menunjukkan sikap saling membantu antarteman dalam kelompok untuk mencari jawaban atas pertanyaan dari guru. Setiap siswa tentunya memiliki pendapat atau gagasannya sendiri, dan pada saat itulah mereka dapat saling memahami dan menghargai pikiran dari masing-masing anggota kelompok.
Daya dukung, untuk mendukung pembelajaran, tentunya lingkungan fisik harus dalam kondisi baik, nyaman dan bersih sesuai dengan kebutuhan siswa.
Dampak Instruksional dan Dampak Pengiring. Dampak Instruksional ialah hasil belajar yang harus dikuasai siswa seperti kemampuan-kemampuan siswa setelah mendapatkan ataupun merampungkang pengalaman belajarnya.
Dari pembelajarn kooperatif tipe numbered head together ini, diharapkan siswa tidak lagi merasa jenuh, bosan ataupun merasa dirinya tidak dapat lagi memahami materi, karena pembelajaran seperti ini dapat mengasah cara berpikir siswa agar lebih responsif dan meningkatkan motivasi belajar.Â
Dan dengan diadakannya belajar kelompok seperti ini, siswa dapat berlatih disiplin dan bertanggung jawab dari setiap anggota kelompo, sehingga seluruh anggota bisa berpartisipasi aktif dalam berdiskusi.
Penulis : Ayu Rachmawati (Mahasiswa Psikologi Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H