Mohon tunggu...
Freny Sandra
Freny Sandra Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Ibu Rumah Tangga yang cinta keluarga

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Bahagia Itu Sederhana

25 April 2014   17:43 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:12 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada satu kisah yang membuat saya terlalu terharu bila mengenangnya dan selalu saya ceritakan kisah tersebut kepada orang – orang yang saya temui.Kisah tersebut terjadi beberapa tahun lalu.

Sejak kecil saya hidup terpisah dengan ibu.Ibu saya tinggal didesa dan mengelola lahan pertanian yang ditanami padi dan tebu.Karena terbilang luas ibu banyak punya pegawai yang membantu mengelola lahan tersebut.

Suatu hari di kota kami berlangsung pemilihan walikota.Salah satu kakak ipar saya adalah anggota tim sukses salah satu cawali .Sebagai anggota tim sukses beliau banyak mempunyai alat peraga kampanye dan pengenal cawali.Setelah Pilkada berlangsung timbulah satu masalah,yaitu menumpuknya alat peraga kampanye dan pengenal cawali (khususnya kaos,yang sepertinya memang tidak dibagi hehehehe).Akhirnya daripada bingung mau dikemanakan suami saya punya ide bagaimana kalo dibawa kedesa ibu,nanti kan bisa dikasihkan ditetangga ibu atau yang bekerja disana.

Okelah setelah kakak ipar setuju, kaos – kaos tersebut dikasihkan ke kami,langsung kami bawa ke desa ibu.Setelah sampai disana ternyata sedang berlangsung musim tanam padi.Waktu itu kami ingin menitipkan ke ibu,tapi ibu gak mau pusing katanya,jadi disuruh langsung ngasihkan sendiri.”Sekalian lihat sawah,masak ibunya tani anaknya gak ngerti sawah sama sekali”,kata ibu waktu itu,hehehehe.Jadilah saya dan suami kesawah dengan membawa banyak kaos.

Sampai disana ternyata yang kerja itu laki semua,katanya karena masih nyiapkan lahan jadi belum begitu butuh pekerja perempuan,gak kuat klo nyangkul.Begitu melihat kami,mereka pada mendekat semua,langsungnyalamin satu – satu.Suami saya emang dasar orang kota dari kecil gak pernah lihat orang ke sawah,mendadak bingung potret sana ,potret sini.Bapak – bapak yang bekerja di suruh eksyen juganurut,soalnya gak pernah di foto katanya.Setelah puas foto – foto,mulailah saya bagikan kaosnya,antri tapi gak ada yang berebut.Salah satu dari mereka ada yang ngomong “ makasih ya,sudah diberi bonus kaos “.Saya cuma senyam – senyum dan dalam hati bilang ,saya dapetnya juga gratis kok hehehe.

Pada saat selesai makan malam,sekitar jam 7 an tiba – tiba dirumah ibu ada yang ngetuk,ketika dibukakan ternyata salah satu pekerja perempuan di keluarga kami,namanya mbah Miyem klo gak salah.Beliau berumur kira – kira 65 tahunan,berpenampilan seperti kebanyakan wanita desa jaman dulu,pake’ kebaya jadul.waktu itu langsung saya tanya kok tumben malem – malem kesini,sendirian lagi padahal rumahnya jauh loh ( menurut info berjarak 2 km-an dari rumah kami ).”Lah awan mau Siyanto ( anaknya ) sampeyan bonusi kaos,kok aku nggak? Padahal aku yow sek kerjo nang ibuk sampeyan loh “. ( Lah siang tadi Siyanto kamu kasih bonus kaos ,kok aku tidak?Padahal aku masih kerja untuk ibu kamu).Jawabannya langsung membuat saya diam bingung mau ngomong apa,what???Bonus?itu hanya kaos partai biasa yang bagi kebanyakan orang juga bagi saya itu sama sekali gak ada harganya.Tapi ibu ini jalan kaki,malam – malam sendirian menempuh jarak 2 km-an hanya untuk mendapatkan satu kaos partai.Dan setelah saya kasih kaos tersebut,ibu tadi langsung pulang dengan berkali – kali bilang terimakasih, karena sudah dikasih “bonus” kaos.

Dari pengalaman tersebut,saya yang dari kecil selalu bilang pada ibu tidak mau kalau disuruh jadi petani seperti ibu,jadi perpikiran lain.Sekarang saya katakan kepada semua orang bahwa suatu hari nanti saya akan “benar – benar “menjadi petani seperti orang tua saya.Saya sangat cinta kepolosan mereka yang sanggup menilai kebahagiaan dan rasa syukur dari sudut yang berbeda.

”BAHAGIA ITU SEDERHANAMungkin itu filosofi mereka.

~ Freny Sandra P.~

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun