PENDAHULUAN
Masyarakat modern yang telah kehilangan visi keilahian, telah tumpul penglihatan intelektualnya dalam melihat realitas hidup dan kehidupan. Intelektual adalah kapasitas mata hati (bashirah), satu-satunya elemen esensi manusia yang sanggup menatap bayang-bayang Tuhan yang ditandai oleh alam semesta. Akibat dari intelektual yang disfungsional, maka sesungguhnya apa pun yang diraih manusia modern yang berada di pinggir tidak lebih dari sekedar pengetahuan yang terpecah-pecah (fragmented knowledge), tidak utuh, dan bukanlah pengetahuan yang akan mendatangkan kearifan untuk melihat hakikat alam semesta sebagai kesatuan yang tunggal, cermin keesaan dan kemahakuasaan Tuhan (Munjiat, 2018). Tasawuf memiliki relevansi dan signifikansi dengan problema kehidupan manusia, terlebih di dunia pendidikan dan masyarakat modern saat ini, sebab ia memberikan ketentraman batin serta kepatuhan syari'ah secara seimbang. Para pakar memetakan tasawuf dalam dua ranah, yaitu tasawuf akhlaqi dan tasawuf falsafi. Ranah pertama berperan untuk pembentukan tingkah laku sedangkan ranah kedua berperan untuk pemenuhan dahaga intelektual. Namun, semakin berkembangnya zaman krisis spiritualitas semakin tinggi terlebih pada masyarakat modern yang lebih mengedepankan materi sebagai tolak ukur untuk mencapai kesuksesan dan kebahagian. Pada kenyataannya di dunia pendidikan modern ini tasawuf penting untuk diaktualisasikan agar masalah psikologis, adab dan akhlak dapat teratasi dengan baik. Oleh karena itu, penelitian ini memandang penting untuk membahas peran tasawuf di dunia pendidikan di tengah krisis spiritualitas masyarakat modern.
Â
Â
Â
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tasawuf.
   Penulis berpendapat bahwa dalam memabahas masalah mistikisme2 dalam Islam ini, haruslah diketahui terlebih dahulu apa arti dan definisi dari mistikisme itu sendiri. Serta apa relevansi ajaran mistikisme itu dengan ajaran Islam. Oleh sebab itu, penjelasan terkait hal-hal tadi memang menjadi sangat urgen. Ada sejumlah pengertian yang telah dikemukakan oleh para ahli baik dari kalangan para sufi (pengamal Tasawuf) maupun yang bukan, terhadap kata tasawuf. Namun demikian tidak mungkin mencantumkan semua definisi dalam tulisan ini, karena sebagian definisi memiliki kesamaan arti dengan definisi yang lain meskipun menggunakan redaksi yang berbeda. Untuk tujuan kejelasan arti kata tasawuf atau shufi diperlukan penelusuran terhadap asal-usul penggunaan kata tersebut. Dengan penelusuran ini, diharapkan akan memberikan gambaran yang jelas akan makna kata tasawuf yang sesungguhnya. Setelah itu dilihat pula beberapa definisi yang telah dirumuskan oleh para ahli.
   Muhammad Labib memberikan penjelasan yang sedikit berbeda mengenai kata ahl-Shuffah yang menjadi dasar kata tasawuf ini. Menurut beliau ahl-Shuffah mengandung makna "Orang-orang yang ikut pindah dengan Nabi Muhammad Saw dari Kota Makkah ke Madinah dan karena kehilangan harta berada dalam keadaan miskin dan tidak mempunyai apa-apa. Mereka tingal di masjid Nabi Muhammad Saw dan tidur diatas bangku batu dengan memakai pelana sebagai bantal, pelana inilah yang disebut shuffah."5 Sungguhpun miskin ahl-Shuffah berhati baik dan mulia. Sifat tidak mementingkan keduniaan, miskin tapi berhati baik dan mulia itulah sifat-sifat kaum sufi. Tasawuf dikonotasikan dengan Shafa'
Shafa' mengandung makna "Suci dan bersih", yaitu "Orang- orang yang menyucikan dirinya di hadapan Tuhan."6 Seorang sufi.
B. Definisi Tasawuf
   Secara sederhana tariqah dalam bahasa Arab berarti jalan. Sedangkan sufisme atau tasawwuf dalam bahasa Arab berarti hikmah Ilahi, yang dijaga dan dipancarkan dari dalam tariqah (Sayyed Hossein Nasr, 2015: 109). Ketika sebuah peradaban modern yang bercorakkan kehidupan materialistik lahir, ada beberapa orang yang menjauhkan diri dari kehidupan duniawi itu dan lebih fokus pada akhirat atau aspek ibadah serta spiritual keagamaan, maka orang itu disebut sufi (Cecep Alba, 2012: 16).
C. Tasawuf Sebagai Intisari Ajaran Islam
   Imam Junaid berkata, "Tasawuf ialah keluar dari budi yang tercela dan masuk dan masuk kepada budi yang terpuji" (Moh. Toriqqudin, 2008: 16). Tasawuf sendiri memiliki dua aspek, yaitu aspek teoritis (nazhari) dan aspek praktis ('amali). Aspek praktis tasawuf ini disebut juga suluk (perjalanan spiritual).
   Ia meliputi mujahadah dan riyadhah (latihan) melalui berbagai tahap (maqam) dan keadaan kejiawaan (hal). Suluk menghasilkan kebersihan hati yang, pada gilirannya, melahirkan ketajaman daya-daya batin sekaligus akhlak mulia (Haidar Bagir, 2019: 31). Sedangkan tasawuf teoritis, terkadang disebut tasawuf filosofis yang berkaitan dengan pemahaman tentang wujud, yakni tentang Tuhan, manusia, dan alam semesta.
Â
Â
Â
Â
D. Pengertian Pendidikan
   pendidikan Islam telah dan atau sedang berkiblat pada pendidikan model barat yang sekularistik, yang memang tidak mengembangkan aspek spiritual, karena ontologi pendidikannya tidak sampai pada aspek spiritual (yang berkaitan dengan aspek metafisik dan agama). Adalah kenyataan bahwa pendidikan model Barat telah menghasilkan manusia yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi (selanjutnya iptek), untuk kemudian menguasai berbagai aspek kehidupan3seperti ekonomi, politik, sosial, budaya, dan lain-lain. Kemajuan yang diperoleh Barat yang sekular ini jika kita kaji secara mendalam merupakan salah satu penyebab yang signifikan bagi terjadinya umat Islam mengikuti model pendidikan Barat tanpa mempertimbangkan dampak negatif dari iptek tersebut. Betapa tidak, karena iptek yang dikembangkan Barat berakar dari kebudayaan modern yang menegasikan aspek spiritual, dan karenanya menggusur hal-hal yang berkaitan bagi upaya menumbuhkembangkan aspek spiritual dalam pendidikannya.
E. Pengertian Spiritual
   Perkembangan teknologi digital dalam beberapa dekade terakhir telah membawa perubahan besar dalam kehidupan kita. Dari kemudahan akses informasi hingga konektivitas global, teknologi telah mengubah cara kita bekerja, berkomunikasi, dan hidup sehari-hari. Namun, di balik manfaat yang ditawarkan oleh era digital ini, terdapat juga tantangan.
   yang kompleks, termasuk dalam menjaga kesadaran spiritual kita. Dalam konteks ini, tasawuf, sebagai cabang penting dalam tradisi Islam, menawarkan pandangan dan praktik yang dapat membantu individu menjaga kesadaran spiritual mereka di tengah arus teknologi yang terus berkembang. Tasawuf mengajarkan nilai-nilai introspeksi, meditasi, dan pengendalian diri yang menjadi landasan bagi perkembangan spiritual seseorang.
F. Pengertian Akhlak
   Akhlak merupakan tahap ketiga dalam beragama. Tahap pertama menyatakan keimanan dengan mengucapkan syahadat, tahap kedua melakukan ibadah seperti shalat, zakat, puasa, membaca al-Qur'an dan berdo'a, dan tahap ketiga sebagai buah dari keimanan dan ibadah adalah akhlak.1 Pengertian akhlak secara bahasa akhlak berasal dari bahasa arab yaitu akhlaq bentuk jamak dari kata khuluq, yang berarti budi pekerti. Sedangkan secara istilah, kata budi pekerti terdiri dari kata budi dan pekerti. Budi adalah yang berkaitan dengan kesadaran.
G. Tasawuf Membentuk Akhlak Mulia
   Akhlak merupakan suatu perilaku yang didorong dengan perasaan hati, juga kesadaran ketika melakukannya, pembiasaan yang aktif serta istiqomah sebagai upaya pembentukannya dan berupaya meningkatkan budi luhur. Dalam sebuah pernyataan yang umum dalam Islam bahwasannya tasawuf membentuk akhlak mulia. Menurut Bagir (2019, hlm. 168) dengan bertasawuf membuahkan akhlak mulia dan orientasi amal saleh, kebersihan hati untuk meraih ilmu sejati yaitu ma'rifah dan maqam spiritual tertinggi. para sufi terdahulu melalukan praktik tasawuf untuk menjadikan diri berakhlak mulia kepada Tuhan dan sesama manusia dan juga mahluk hidup lainnya (Fahrudin, 2016). Maka tidak salah bila ditelusuri hikayah-hikayah para sufi terdahulu digambarkan sebagai sosok pribadi yang tenang, memiliki kualitas iman dan taqwa yang tinggi dan juga memiliki pribadi yang berakhlak mulia.
Â
Â
H. Akhlak Tasawuf Dalam Proses Pendidikan Islam
   Proses pendidikan Islam mengarahkan manusia untuk menjadi pemilik peradaban dan kualitas hidup yang mulia, yakni seuai prinsip Al Qur'an dan Hadits. Bila dilihat dari tujuan pendidikan yakni memanusiakan manusia secara adil dan beradab (Budimansyah, 2012). Maka pendidikan islam memiliki tujuan keberadaban dalam menyempurnakan hakikat manusia untuk tidak melepaskan campur tangan Allah Swt dalam setiap aktivitas yang dilakukan selama dimuka bumi ini (Syafe'I, 2015). Artinya pendidikan Islam mengarahkan tata cara dalam menyikapi kehidupan yang ada dengan penekanan pentingnya memilkiki peradaban yang berdasarkan dengan tuntunan yang telah dijelaskan Allah Swt dalam Al Qur'an yang harus dipraktikan dengan baik dalam setiap lini kehidupan yang ada, baik pada ruang lingkup yang kecil maupun besar.
   Adapun perbedaan tujuan pendidikan umum dan pendidikan Islam menurut Syafe'I (2015, hlm. 164) terletak pada orientasi pencapaian pada keduanya. Pendidikan umum sebatas menghantarkan pengetahuan dan kedewasaan berpikir manusia, sedangkan pendidikan Islam memiliki keterkaitan tersendiri antara Tuhan, manusia dan alam semesta yang memiliki peran yang berhubungan. Orientasi pendidikan Islam tidak dapat dipisahkan dengan adanya Kemaha Besaran Allah Swt didalamnya. Tuhan merupakan sosok istimewa yang ada dalam kehidupan manusia dan tidak boleh terpisahkan satu dengan yang lainnya.
   Pendidikan Islam jangan dipandang hanya berorientasi pada hal-hal umum keagamaan semata seperti aspek rukun Islam dan rukum iman saja, melainkan pendidikan Islam terdapat pada ruang lingkup yang lebih luas dalam kehidupan yang dapat membentuk suatu peradaban yang humanis dimana keterkaitan antara keduniawian dan keakhiratan berpadu satu sama lain sehinga nilai-nilai ketuhanan membentuk suatu predikat yang dapat terintegrasikan pada berbagai aspek kehidupan.
KESIMPULAN
Tasawuf merupakan suatu jalan untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta, dimana ada banyak cara dalam hal pendekatan tersebut, saat ini banyak kalangan yang menafsirkan tasawuf hanya sekedar meninggalkan hal-hal yang berupa keduniawian, tentu pendapat demikian adalah kekeliruan. Rasulullah sama sekali tidak berperilaku demikian, beliau menegakkan keadilan, mempererat silaturahmi dan melawan penindasan itulah jalan yang semestinya dilakukan dalam berperilaku saat ini sebagai umat beragama.
Agus Sunyoto memberikan warna berbeda, yang hampir saja masyarakat muslim Nusantara berada dalam samudera kebingungan terjebak kedalam pertanyaan-pertanyaan dan indikasi bid'ah-khurafat, sungguh apabila tanpa kesungguhan dan kecerdasan dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut bisa dipastikan umat muslim Negara ini semakin tersudut dan terperosok kedalam lembah kebodohan yang membahayakan akidah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H