Imam menawarkan berbagai variasi mie ayam dan bakso yang unik seperti mie ayam hotplate, mie ayam goreng, mie ayam tengkleng, bakso uleg, dan bakso lontong. "Inspirasi dari temen, dari YouTube gitu," tambahnya. Dengan inovasi tersebut, dia berhasil menarik pelanggan dan membuat mereka kembali lagi.
Imam tidak pernah mengklaim bahwa dagangannya adalah yang terenak. Dia lebih memilih untuk mendengarkan tanggapan pelanggan dan menjadikan mereka seperti keluarga. "Kita ngga bilang tempat kita paling enak, jadi semua itu bisa kita lihat dari sikapnya pelanggan, kuliner itu terlihat kalo orang kembali berarti itu enak," tuturnya. Dia percaya bahwa hubungan yang baik dengan pelanggan akan membuat mereka merasa nyaman dan lebih sering datang kembali.
Salah satu momen berkesan bagi Imam adalah ketika pelanggan yang sudah seperti keluarga datang ke hajatan tanpa diundang. "Itu momen yang luar biasa, terus relasi yang paling penting," kata Imam. Relasi yang baik dengan pelanggan membuat usahanya semakin dikenal dan dipercaya.
Imam Syamsuri mengakui bahwa perjalanan usahanya penuh dengan tantangan. Namun, dia selalu berusaha untuk tetap optimis dan tidak terlalu terobsesi dengan kesuksesan yang berlebihan. "Untuk buka cabang, berjalan mengikuti waktu aja, yang penting kita mentalnya sudah jadi, jadi ngga terlalu obsesi, pengin gini gitu, disini misalkan kita bangkrut, yauda gapapa yang penting kalo masi bisa usaha ya usaha aja ngga terlalu terobsesi. Tapi kita menurut waktu aja, karena kita sudah banyak pengalaman kalo terlalu obsesi itu malah kekecewaannya itu  juga terlalu banyak. Butuh mental yang kuat dan yang penting konsisten" jelasnya. Baginya, yang terpenting adalah konsistensi dan mental yang kuat dalam menghadapi setiap rintangan.
Dia juga memberikan saran bagi para pemula di dunia kuliner. "Semuanya punya tips sendiri dan inspirasi sendiri, Tapi tips saya untuk para pedagang awalan, jangan terlalu banyak harapan ketika banyak harapan kekecewaannya terlalu dalam, terus kita sesuaikan jangan sampai kita berani berspekulasi sebelum kualitas yang kita jual itu mumpuni, jadi kita harus kualitas dulu" ujarnya. Menurutnya, kualitas adalah yang utama, dan kesuksesan akan mengikuti jika kualitas produk terjaga.
Imam Syamsuri sangat memperhatikan kualitas bahan yang digunakan untuk usahanya. Semua bahan yang digunakan dalam pembuatan bakso dan mie ayam diambil dari pasar tradisional seperti Pasar Prambanan dan Pasar Manisrenggo. "Untuk usaha ini menggunakan bahan yang fresh terus, Dari Pasar Prambanan dan Pasar Manisrenggo," tegasnya. Dengan menjaga kualitas bahan, Imam yakin bahwa cita rasa yang dihasilkan akan selalu memuaskan pelanggan.
"Bisa menjadi salah satu tempat ketika mahasiswa kehabisan uang karena harganya yang terjangkau yaitu Tujuh ribu rupiah, Baksonya besar-besar jadinya worth it, Penjualnya ramah dari tutur katanya sopan" Ucap Zulfa, Seorang Pendatang dari Salatiga yang berumur 20 tahun.
Â