Sejak awal tahun 2020, Indonesia dilanda virus dunia yaitu Covid-19. Virus tersebut berasal dari China dan menyerang seluruh manusia di dunia, termasuk anak-anak yang rentan juga terkena virus. Aktivitas seluruh manusia terhambat karena ada pembatasan social. Begitupun dengan instalasi besar yang mengumpulkan banyak orang, terpaksa dihentikan karena hal ini. Sekolah pun hanya dilaksanakan secara daring dengan system online. Anak melakukan pembelajaran di rumah dengan pengawasan penuh dari orang tua.Â
Apabila tidak diawasi, anak akan terperosok ke hal-hal negatif seperti kecanduan game online, kenalan remaja, hingga kriminalitas. Apalagi anak-anak yang sedang menemukan jati diri termasuk anak pada usia sekolah dasar. Masa sekolah dasar ini anak membutuhkan bantuan untuk memperoleh makna dan pengetahuan dari pengalaman serta mengolah informasi yang ia dapatkan. Anak akan sulit mendapatkan jati diri yang pasti baik karena kurangnya pendidikan akhlak dari seorang guru secara langsung dan sifat emosionalnya masih labih dan memuncak.
Masa kanak-kanak merupakan masa saat anak belum mampu mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya. Mereka cenderung senang bermain pada saat yang bersamaan, ingin menang sendiri dan sering mengubah aturan main untuk kepentingan diri sendiri. Dengan demikian, dibutuhkan upaya pendidikan untuk mencapai optimalisasi semua aspek perkembangan, baik perkembangan fisik maupun perkembangan psikis. Potensi anak yang sangat penting untuk dikembangkan. Potensi-potensi tersebut meliputi kognitif, bahasa, sosioemosional, kemampuan fisik dan lain sebagainya.Â
Dari berbagai definisi, peneliti menyimpulkan bahwa anak usia dini adalah anak yang berusia 0-8 tahun yang sedang dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan, baik fisik maupun mental. Kebahagiaan anak menjadi faktor utama baiknya perkembangan anak, baik itu ketika berada di dalam rumah maupun di luar rumah. Oleh karena itu, orang tua harus bisa menciptakan lingkungan yang aman, nyaman, harmonis dan penuh kasih sayang dalam keluarga untuk mempererat emosional orang tua dengan anak, terlebih lagi ketika masa pandemi covid-19 yang mengharuskan anak dan orang tua terus menerus berada di rumah.
Pembelajaran di rumah sangat mempengaruhi daya pikir intelektual anak seperti anak cenderung malas belajar, anak lebih menguasai teknologi, hingga perilaku anak yang tidak meyakinkan. Angka siswa putus sekolah pun semakin meningkat karena beberapa faktor. Hal ini dapat mengakibatkan kualitas pendidikan anak di Indonesia menjadi rendah.Â
Merujuk pada survei kemampuan pelajar yang dirilis oleh Programme for International Student Assessment (PISA), pada Desember 2019 di Paris, Indonesia disebut menempati peringkat ke-72 dari 77 negara. Perkembangan intelektual anak yang sangat jelas berkembang di masa pandemi ini yaitu kemampuan anak dalam menggunakan teknologi. Mengingat semua aktivitas pembelajaran dilakukan melalui media online yang mengharuskan anak untuk paham akan teknologi di era globalisasi ini. Untuk menghindarkan anak dari hal-hal negatif pembelajaran daring, faktor-faktornya sebagai berikut,
1. Peran orang tua terhadap anak
2. Peran guru dalam memberikan pembelajaran sekaligus penanaman akhlak
3. Lingkungan anak yang baik
Dengan tiga faktor ini, anak akan lebih berkembang intelektualnya dan tingkah lakunya juga baik dengan bantuan peran orang lain. Berikut adalah cara orang tua untuk meningkatkan kemampuan intelektual anak usia sekolah adalah sebagai berikut
- Membangun interaksi aktif kepada anak