Mohon tunggu...
Zahra Amelia
Zahra Amelia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Mahasiswi Universitas Islam Negeri Jakarta, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. hobi mendengarkan musik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kelahiran Sastra Indonesia

22 Mei 2022   07:34 Diperbarui: 22 Mei 2022   07:36 2981
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sejarah merupakan kejadian masa lalu yang dapat diketahui melalui peninggalan --peninggalan pada masa dahulu. Sedangkan, sastra yaitu segala sesuatu yang tertulis dan tercetak. Dapat dikatakan bahwa sejarah sastra adalah ilmu yang mempelajari dan memperhatikan perkembangan karya sastra dari masa ke masa. Dalam hal mempelajarari tentang bagaimana sastra terdapat berbagai permasalahan yang didalamnya tercakup teori sastra, sejarah sastra, dan kritik sastra. Dari ketiga materi tersebut semuanya saling berkaitan satu sama lain.

Sastra merupakan sebuah istilah yang diperbincangkan karena mempelajari perkembangan dari zaman ke zaman serta dari generasi ke generasi. Maka tidak lupa pula bahwa sastra dianggap sebagai sesuatu yang fiktif dan imajinasi. Bahkan dari fiktif dan imajinasi dapat menghasilkan sebuah puisi dan pantun dan cerita rakyat lainnya.

Sejarah sastra khususnya sejarah sastra modern adalah menentukan masa awal sebagai kelahirannya. Banyak para ahli yang menyatakan pendapatnya bahwa kelahiran sastra sekitar 1920-an. Bahkan, sejarah sastra  berkembang pada abad ke-20 sebagaimana tampak penerbitan pers ( surat kabar dan makalah ) dan buku, baik dari penerbitan kolonial maupun swasta. Banyak para sastrawan yang berpendapat mengenai kelahiran sastra. Seperti munculnya Balai putaka pada masa itu dianggap sebagai tonggak penting dalam sejarah sastra Indonesia meskipun balai pustaka merupakan produk yang dibentuk oleh kolonial.

Pendapat Umar Junus tentang kelahiran Sastra Indonesia yaitu dalam karangannya yang dimuat dalam majalah Medan Ilmu Pengetahuan (1960). Beliau berpendapat bahwa: sastra ada sesudah bahasa ada. Dapat dikatakan bahwa sastra ada setelah bahasa Indonesia ada. Karena sebelum Bahasa Indonesia muncul, masyarakat zaman dahulu menggunakan bahasa melayu sebagai alat komunikasi sehari-hari.

Kelahiran sastra juga ditandai dengan adanya periodesasi. Tujuan dari periodesasi adalah untuk memudahkan dalam perkembangan sejarah sastra, selain itu, periodesasi suatu tonggakan penting dalam penciptaan karya sastra baru oleh para sastrawan. Maka demikian, para sastrawan dapat lebih mudah melihat cakrawala sastra dari lahirnya hingga perkembangannya sekarang dengan jelas untuk melihat serta menghayati  sifat  atau ciri-ciri di setiap periodesasi. Bahkan demikian mereka akan selalu menciptakan karya sastra yang baru dan menyimpang dari ciri-ciri sastra yang telah ada, baik dalam berekspresi seni, konsep seni, struktur ekstetikanya, maupun dalam bidang masalahnya, seperti pandangan hidup, pemikiran dan perasaan.

Kelahiran sastra juga memberikan karakrakteristik bagi periode sastra Indonesia.  Karakteristik yaitu untuk membedakan dengan periode sebelumnya dan sesudahnya. Periode 1850-1933 membicarakan karya sastra yang bersifat roman, beralur lurus, gaya bahasa yang menggunakan perempumaan dan sebagainya. Periode 1933-1942 membicarakan karya sastra yang tertulis adalah puisi, cerpen, puisi jenis baru dan sonata. Puisi tersebut menggunakan kata-kata yang indah dan bahasa perbandingan, gaya sajak yang polos dan sebagainya. Periode 1942-1945 membicarakan propaganda dan sarat dengan politik jepang. Dalam mempengaruhi rakyat Indonesia dalam membantu jepang berpeang dengan Asia Raya, pemerintah melalui Balai Pustaka ( Keimen Bunka Shidosho ) yang menerbitkan berbagai karya baik novel, puisi, dan  cerpen sebagai kebaikan dan keunggulan jepanng. Selain itu, jepang pun menggunakan sandiwara sebagai media propaganda. Periode 1945-1961 membicarakan mengembangkan karya-karya puisi ke dalam hak-hak manusia dengan gaya realitas bahkan sainis ironis, disamping mengekpresika kehidupan bati atau kejiawaan, yang mengenakan ilmu filsafat ekstensialisme. Periode 1961-1971 membicarakan gaya periode sebelumnya, dan membahas dampak dari  parta-parta corak sastranya bermacam-macam seperti keislaman (Lesbumi), Ide Kenasionalisme (Lesbumi), Ide Rakyat (Lekra), serta ada yang bebas dalam mengabdi kemanusiaan. Periode 1971-1998 membicarakan  tentang selain markya karya-karya yang berbentuk popular juga banyak bentuk eksperimentasi sastra dalam sastra. Serta membicarakan bahwa dalam karya puisi memunculkan 4 jenis gaya puisi yaitu mantera, puisi imajinasi, puisi lugu, dan puisi lirik. Periode 1998-sekarang yang membicarakan maraknya puisi, novel, cerpen, yang bertema sosial-politik, khususnya pada pembahasan reformasi. Di mana reformasi yang di mulai pada tahun 1998 banyak yang melatarbelakangi kelahiran karya-karya sastra, puisi,  cerpen. Dan novel pada saat itu.

Dengan demikian kelahiran sastra dari dahulu hingga sekarang sangatlah marak. Serta banyak nya para sastrawan yang lahir dan membawa bentuk-bentuk karya sastra yang berbeda dari sebelumnya sehingga membentuk karya  sastra yang baru.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun