Mohon tunggu...
Atiqah Zahra
Atiqah Zahra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Menulis dapat memancing pikiranmu :v menulis bebas, menulis randomm

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pengangguran dan Rendahnya Literasi, Sebuah Lingkaran Setan yang Harus Diputus!

8 Agustus 2024   12:01 Diperbarui: 8 Agustus 2024   15:31 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan di Indonesia terus menjadi topik diskusi yang penting dan mendesak. Meskipun telah ada berbagai upaya dan reformasi dari pemerintah, isu-isu krusial tetap mengemuka, menghambat kemajuan dan pemerataan pendidikan di seluruh pelosok negeri. Rendahnya tingkat literasi di Indonesia merupakan salah satu isu yang penting untuk dibahas. 

Konon, berdasarkan data terbaru, Indonesia menempati peringkat 70 dari 80 negara dengan skor literasi membaca 359. Indonesia masuk dalam bagian 10 negara yang memiliki tingkat literasi terendah di antara negara negara yang disurvei. Jika dipersenkan, hanya sebesar 0,001% atau satu dari seribu orang yang gemar membaca.

Membaca merupakan salah satu jalan untuk menambah wawasan. Sangat banyak wawasan yang bisa didapatkan melalui proses membaca. Jika tingkat membaca/literasi di negara kita rendah, itu menandakan bahwa sangat banyak masyarakat kita yang kekurangan wawasan. Rendahnya tingkat literasi juga akan memiliki dampak jangka panjang terhadap perkembangan sosial dan ekonomi negara.

Sebenarnya apa yang menyebabkan masyarakat kita malas untuk membaca? Itu karena, masih banyak daerah yang masih sulit mendapatkan akses ke pendidikan yang lebih baik, terutama  di daerah yang terpencil. Sekolah-sekolah di sana sering kekurangan fasilitas dan guru, sehingga anak-anak tidak mendapatkan kesempatan belajar yang maksimal. Selain itu, kebiasaan membaca di masyarakat kita juga masih rendah. Banyak orang lebih suka menonton TV atau bermain di media sosial daripada membaca buku. 

Kurikulum di sekolah juga masih banyak yang fokus pada hafalan, bukan pada bagaimana anak-anak bisa berpikir kritis dan suka membaca. Meskipun teknologi sebenarnya bisa membantu meningkatkan literasi, sayangnya banyak yang lebih memilih menggunakannya sebagai hiburan. 

Di daerah terpencil, akses ke buku-buku berkualitas juga masih sangat terbatas. Walaupun sebenarnya, diantara semua alasan itu, kesadaran dari setiap individu jauh lebih penting. Kesadaran tersebut bisa dibentuk melalui edukasi-edukasi tentang pentingnya mambaca/literasi.

Kurangnya literasi juga merupakan salah satu sebab dari banyaknya pengangguran, meskipun dia adalah seorang sarjana. Karena menurutku, anggaplah seorang sarjana itu tidak mendapatkan lapangan kerja sehingga akan membuatnya menjadi pengangguran, itu karena dia kurang literasi. 

Seseorang yang gemar membaca, dia akan selalu mendapatkan ide ide baru agar dia bisa terlepas dari pengangguran. Contohnya menciptakan lapangan kerja sendiri. Dan ini hanya bisa dilakukan oleh orang yang mempunyai wawasan luas dengan perantara membaca.

Jika mau dibandingkan dengan negara-negara luar, kita jauh tertinggal. Kata dosen saya, jika otak orang Indonesia dijual, pasti akan laris manis. Mengapa? Karena otak orang Indonesia masih segar, masih baru, belum banyak tercemari oleh informasi informasi.

Untuk mengatasi masalah ini, kita perlu upaya bersama untuk meningkatkan akses pendidikan, memperbaiki kurikulum, dan mendorong keluarga serta masyarakat untuk lebih mendukung kebiasaan membaca, dengan dukungan dari pemerintah dan sektor swasta. Kita juga sebagai generasi muda sebenarnya sangat berperan penting dalam menyadarkan masyarakat akan pentingnya literasi ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun