Mohon tunggu...
zahra afifah
zahra afifah Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - MAHASISWA PERBANKAN SYARIAH IAIN PAREPARE

.

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Kekerasan Verbal: luka yang tak terlihat, dampak yang nyata

7 Januari 2025   16:43 Diperbarui: 7 Januari 2025   16:43 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Pendidikan sebagai Kunci Pencegahan
Pendidikan menjadi fondasi utama untuk mencegah kekerasan verbal. Anak-anak perlu diajarkan untuk memahami nilai empati dan pentingnya menggunakan kata-kata dengan bijak. Pendidikan karakter di sekolah harus menekankan pentingnya menghargai perasaan orang lain dan membangun hubungan yang sehat melalui komunikasi yang positif.

Di sisi lain, orang dewasa juga harus diberi pemahaman tentang dampak negatif kekerasan verbal dan pentingnya mengontrol emosi. Pelatihan komunikasi yang efektif dan manajemen emosi dapat membantu mengurangi insiden kekerasan verbal, baik di rumah, tempat kerja, maupun lingkungan sosial lainnya.

Peran Media Sosial
Dalam era digital, media sosial menjadi salah satu arena utama tempat kekerasan verbal terjadi. Komentar-komentar bernada kasar, body shaming, dan ujaran kebencian menjadi hal yang biasa ditemui di platform digital. Sayangnya, banyak orang merasa aman melontarkan kata-kata kasar di dunia maya karena anonimitas yang ditawarkan.

Platform media sosial memiliki tanggung jawab besar untuk mengatasi masalah ini. Mereka perlu memperketat kebijakan moderasi konten dan memberikan sanksi tegas kepada pengguna yang melanggar aturan. Selain itu, masyarakat juga harus didorong untuk menggunakan media sosial secara bertanggung jawab dan menjadi contoh dalam menciptakan lingkungan digital yang sehat.

Kesimpulan
Kekerasan verbal adalah ancaman serius yang sering kali tidak terlihat, tetapi meninggalkan dampak mendalam pada korbannya. Sudah saatnya kita berhenti menganggapnya sebagai hal yang biasa atau dapat diterima. Sebagai masyarakat, kita perlu bekerja sama untuk menciptakan lingkungan yang aman secara emosional, di mana setiap kata yang diucapkan mampu membangun, bukan meruntuhkan.

Dengan meningkatkan kesadaran, memperkuat regulasi, dan memprioritaskan pendidikan, kita dapat melawan kekerasan verbal dan menciptakan dunia yang lebih ramah, baik secara emosional maupun sosial. Kata-kata adalah kekuatan. Mari kita gunakan kekuatan itu untuk menyebarkan kebaikan, bukan kehancuran.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun