'Nyi' adalah panggilan kepada istri dari orang yang dituakan di kampung tersebut. Biasanya orang itu memiliki kelebihan yang tak dimiliki orang lain, seperti ilmu kebatinan atau orang yang dianggap lebih banyak makan garam kehidupan.
"Aki meninggal...." Nyi bersuara, gemetar. Tak kalah gemetarnya dengan para tetangga yang melongo saat mendengar berita tersebut, seolah tak percaya.Â
"Tapi, semalam masih ngronda dengan saya kok, Nyi," timpal seseorang.
"Tadi pagi masih berpapasan denganku saat Aki mau ke musalla," tambah yang lain.
Aki, lelaki berumur tiga seperempat abad itu, memang dikenal ramah dan rajin ke musalla. Bahkan lelaki yang ketiga anaknya sudah hidup sukses di negeri jiran itu... sering membantu para tetangga lain yang kena musibah. Dia juga lelaki yang dermawan, sering sedekah ke Masjid. Dan namanya akan disebut pertama kali melalui speaker yang mampu menembus lubang-lubang semut. Setelahnya orang-orang akan menyalami penuh takzim.
"Pulang dari musalla tadi, tiba-tiba badannya sudah kaku di atas kursi. Bahkan kopi buatanku saja belum sempat diminum."Â
Orang-orang terdiam. Mendadak mereka teringat akan ramalan lelaki tua dan buta beberapa hari lalu. "Jangan-jangan....?" Para lelaki mulai panik.
***
Hari ke-4, di kampung tersebut sudah ada sembilan lelaki yang mati tanpa sebab. Tiba-tiba ditemukan mati begitu saja. Saat hendak tidur, berangkat kerja, sarapan, ngasih makan hewan ternak, atau ada juga yang kesetrum listrik. Tukang gali kubur menjadi bingung. Banyak pesanan. Dan sorenya, si penggali kubur mati saat menggali kubur.Â
"Apa yang harus kita lakukan?" tanya satu laki-laki cemas, saat mereka一para lelaki, sepakat untuk musyawarah mencari jalan keluar dari kutukan kematian tersebut.
"Bukankah, kutukan ini dari lelaki buta itu?" Yang lain mengangguk, "bagaimana kalau kita layakkan kuburan lelaki itu? Dan secara baik-baik kita minta agar kutukan ini dicabut."