Seseorang yang melakukan perjalanan, mengharapkan tujuannya tercapai. Begitupun jika saya berkeinginan untuk ke Bromo, saya berharap bisa melihat keindahan sunrise di penanjakan, menikmati keindahan bromo dari penanjakan, menikmati padang teletubis, pasir berbisik, kawah bromo, dan keindahan lain yang ditawarkan di Bromo.
Tapi bisa jadi harapan tinggal harapan. Karena waktu itu saya melakukan perjalanan ke Bromo saat musim hujan yang tidak mau berkompromi dengan saya. Jadi jangan menyalahkan siapa-siapa jika saya tidak mendapatkan keinginan-keinginan yang saya tulis di atas.
Saya tidak bisa menikmati keindahan sunrise di penanjakan, dan menikmati pemandangan gunung bromo, semeru, batok saat sunrise datang. Dongkol sudah pasti, mengingat saya memulai perjalanan sendiri dari madiun dengan bus, transit ke jombang dan dilanjutkan ke malang. Â Dari malang berangkat pukul 1 malam dan sampai penanjakan pukul 5 pagi.
Sempat berfikir untuk langsung pulang karena view sunrise tidak didapat. Tapi kembali mengingat perjuangan saya dari Madiun dan teman-teman yang telah bersedia meluangkan waktu untuk mengantar dan menemani saya, membuat niat tersebut hilang.
Akhirnya diputuskan juga melihat ke bawah, melewati lautan pasir bromo untuk melihat situasi Bromo waktu itu. Dan Tuhan memberikan kesempatan kepada saya untuk menikmati alamnya. Pukul 9 pagi, kabut mulai terbuka perlahan. Hamparan bukit teletubis yang hijaupun mulai terlihat sedikit demi sedikit. Hal tersebut langsung membuat saya melompat kesana-kemari (*memalukan sekali). Teman-teman saya pun sampai terheran-heran melihat kehebohan yang saya lakukan waktu itu. Secara mereka sudah pernah ke Bromo, dan sudah tahu view tadi, kalau saya kan baru sekali *ngeles.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H