Desa Pakis, Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang, 3 Agustus 2024 -- Dalam upaya mendukung program penurunan angka stunting di Desa Pakis, Zahra Ulaya Sifa, mahasiswa Statistika Universitas Diponegoro (UNDIP) dari Tim II KKN 2023/2024, melaksanakan program kerja monodisiplin bertajuk "Optimalisasi Program Penurunan Stunting di Desa Pakis melalui Analisis Data." Program ini bertujuan untuk membantu perangkat desa dan kader posyandu dalam mengevaluasi efektivitas program penurunan stunting pada balita dengan memanfaatkan analisis statistik.
Menggunakan Data untuk Atasi Stunting
Desa Pakis, Kabupaten Magelang, secara rutin mengadakan posyandu di delapan poskonya. Posyandu ini tidak hanya memberikan layanan kesehatan bagi balita, tetapi juga mengumpulkan data seperti berat badan (BB), tinggi badan (TB), lingkar kepala, lingkar lengan, serta usia balita. Data ini kemudian digunakan untuk mengidentifikasi anak-anak yang masuk dalam kategori status gizi tertentu, seperti stunting serta merancang langkah intervensi yang lebih terfokus dan efektif.
Statistik Terkini dan Perbandingan dengan Desa Lain
Berdasarkan data yang dikumpulkan dari bulan Januari 2023 hingga Juli 2024, Desa Pakis mencatat bahwa dari 283 balita usia 0-59 bulan yang diukur, sebanyak 65 balita atau sekitar 22,97% terdeteksi stunting. Rata-rata prevalensi stunting selama 19 bulan terakhir mencapai 19,22%, menunjukkan bahwa hampir satu dari lima balita di desa tersebut mengalami stunting.
Lebih lanjut, Zahra membandingkan prevalensi stunting di Desa Pakis dengan desa-desa lain di sekitarnya. Hasilnya menunjukkan bahwa Desa Pakis dan Desa Banyusidi memiliki prevalensi stunting tertinggi, lebih dari 20%. Sementara itu, Desa Muneng, Bawang, Daseh, hingga Muneng Warangan memiliki prevalensi stunting sedang, berkisar antara 15% hingga 20%. Adapun desa seperti Kaponan, Pogalan, Jambe Wangi, hingga Ketundan menunjukkan prevalensi stunting yang lebih rendah, yaitu di bawah 10%. Yang paling mencolok, Desa Kajangkoso berhasil mencatat nihil kasus stunting, yang merupakan indikator positif bagi kesehatan dan nutrisi di desa tersebut.
Keberhasilan Program dan Hasil Pengukuran Data
Menurut bidan desa, Prapti Amani, Desa Pakis sebelumnya telah melaksanakan program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) pada balita selama 90 hari dengan hasil yang memuaskan. Program ini telah berhasil menurunkan jumlah balita stunting, dan di periode sebelumnya, sekitar delapan balita berhasil keluar dari kategori stunting. Zahra merasa penting untuk melakukan analisis yang lebih mendalam guna memastikan program berjalan lebih efektif dan dapat disempurnakan di masa mendatang.
Perkembangan Balita Stunting dan Indikator Status Gizi
Dari hasil analisis data, terlihat bahwa jumlah balita stunting mengalami fluktuasi dari bulan ke bulan. Grafik perkembangan jumlah balita stunting menunjukkan tren naik turun dengan angka tertinggi pada Juli 2024, di mana 65 balita masih masuk dalam kategori stunting. Meski demikian, ada peningkatan positif pada indikator status gizi, di mana rata-rata berat badan balita stunting pada pengukuran terakhir mencapai 10,64 kg, sementara rata-rata tinggi badan mencapai 85,04 cm.
Zahra juga menyoroti pentingnya perhitungan Z-Score untuk mengidentifikasi status gizi balita. Melalui Z-Score, indikator seperti BB/U (Berat Badan Menurut Umur), TB/U (Tinggi Badan Menurut Umur), dan BB/TB (Berat Badan Menurut Tinggi Badan) dapat diukur secara lebih akurat, sehingga intervensi gizi dapat dilakukan dengan lebih terfokus dan sesuai kebutuhan. Misalnya, balita dengan resiko berat badan lebih dihitung melalui Z-Score BB/U, sementara untuk balita dengan kondisi normal tinggi badan dihitung melalui Z-Score TB/U.
Hubungan Antara BB dan TB: Korelasi Positif yang Signifikan
Analisis yang lebih mendalam oleh Zahra menunjukkan adanya korelasi yang sangat kuat antara perkembangan berat badan dan tinggi badan pada balita stunting. Dengan koefisien korelasi Pearson sebesar 0,994 (99,4%), data menunjukkan bahwa setiap kali berat badan balita meningkat, tinggi badan balita cenderung ikut meningkat. Selain itu, koefisien determinasi (R) yang mencapai 0,987 menunjukkan bahwa 98,7% perkembangan tinggi badan balita dapat dijelaskan oleh perubahan berat badan mereka. Hanya sekitar 1,3% yang dipengaruhi oleh faktor lain.
Hasil ini menegaskan bahwa intervensi yang dilakukan melalui program PMT dan kegiatan posyandu memberikan pengaruh yang signifikan dalam menekan angka stunting dan meningkatkan kualitas gizi anak-anak di Desa Pakis.
Peningkatan Partisipasi dan Evaluasi Berkelanjutan
Kesadaran masyarakat terhadap pentingnya memantau kesehatan balita melalui kegiatan posyandu mengalami peningkatan yang signifikan selama periode ini. Data menunjukkan bahwa jumlah balita yang diukur di posyandu terus bertambah setiap bulan. Dari 196 balita yang diukur pada Januari 2023, angkanya terus meningkat hingga mencapai 283 balita pada Juli 2024. Partisipasi aktif ini menunjukkan tingginya kesadaran masyarakat akan pentingnya memantau pertumbuhan dan kesehatan anak-anak mereka.
Dengan adanya data ini, Zahra berharap perangkat desa dan kader posyandu dapat memanfaatkannya untuk mengevaluasi program-program penanganan stunting yang ada, serta melakukan penyesuaian jika diperlukan. Langkah ini penting untuk memastikan bahwa intervensi, seperti program PMT, dapat terus berjalan efektif dan memberikan dampak yang berkelanjutan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H