Mohon tunggu...
Zahra Naila La Zinu
Zahra Naila La Zinu Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi menyanyi dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengusut Dampak Propaganda Israel di Media Sosial

7 November 2023   12:38 Diperbarui: 7 November 2023   12:38 257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Konflik Palestina-Israel kian memanas diwarnai dengan propaganda Israel di berbagai media sosial. Dengan kemajuan teknologi di zaman sekarang membuat akses terhadap berbagai informasi menjadi mudah. Namun hal ini diibaratkan seperti pisau bermata dua. Seperti yang kita semua ketahui bagaimana informasi di zaman sekarang dengan sangat cepat dapat tersebar tanpa batas ke berbagai penjuru dunia. 

Hal ini tidak hanya membawa dampak baik namun juga membawa dampak buruk karena terkadang informasi yang tersebar tidak pasti kebenarannya. Terkadang informasi yang disebar di media bertujuan untuk mempengaruhi pola pikir orang-orang dan merubah sudut pandang mereka terhadap sesuatu. 

Seperti halnya yang belum lama ini dilakukan oleh zionis Israel, mereka menyebarkan informasi bohong keberbagai media dengan tujuan agar mendapatkan simpati dari berbagai kalangan. Israel dengan segala kekuasaannya menyebarkan propaganda mereka dan membuat citra rakyat Palestina menjadi buruk dimata dunia.

Salah satu propaganda Israel yang menggemparkan dunia dengan pemberitaan yang menyatakan bahwa Hamas telah membunuh dan memenggal bayi dan anak-anak. Kabar ini kemudian disampaikan oleh Presiden AS Joe Biden "I have confirmed pictures of terrorists beheading children.". Namun setelah ditelusuri lebih dalam ternyata kabar ini tidak benar dan media sosial barat terus menerus mengungkit hal ini di berbagai program padahal informasi tersebut tidak valid.

Dengan dalih memberantas Hamas, pihak Israel terang terangan menargetkan rumah sakit dan juga tempat-tempat vital lain serta menyerang masyarakat sipil yang bahkan tidak bisa melindungi dirinya sendiri. Selain itu zionis Israel juga menggunakan senjata yang terlarang yaitu bom fosfor putih yang mengandung zat beracun dan memiliki dampak berbahaya untuk manusia bahkan tumbuhan. 

United Nations Office for the Coordination of Humanitarian Affairs (OCHA) dari Kementerian Kesehatan Gaza merilis per tanggal 2 November 2023 setidaknya terdapat 9.061 korban jiwa orang dan korban luka 22.911 orang. Sementara di wilayah Tepi Barat korban jiwanya 132 orang dan korban luka 2.281 orang. Meskipun demikian banyak media barat seakan bungkam dan cenderung memihak Israel atas kejadian ini. Mereka dengan sengaja menyebarkan informasi palsu terkait hamas untuk mendukung israel agar israel dapat melancarkan rencana licik mereka. 

Bahkan mereka menyebarkan iklan di google ads agar mendapatkan simpatisan dari orang tua yang sedang menonton kartun bersama anaknya dan memanfaatkan sisi emosional orang tua. Selain itu tak sedikit influencer dengan pengaruh besar juga melakukan hal serupa. Mereka dibayar dengan sangat tinggi oleh pihak Israel untuk menyebarkan informasi palsu agar pengikut mereka terpengaruh dan jadi membenarkan apa yang dilakukan oleh Israel terhadap Palestina.

Propaganda yang dibuat oleh Israel dapat sangat berdampak kepada tiap-tiap orang yang membacanya. Seperti yang terjadi di Amerika, maraknya informasi Israel yang begitu menderita karena serangan Hamas dibumbui dengan berbagai informasi lain yang membuat sumbu emosional orang yang membaca dapat tergugah. 

Hal ini terbukti mempengaruhi seorang kakek asal Amerika untuk membunuh seorang anak kecil. Diketahui bahwa seorang kakek yang bernama Joseph M. Czuba menikam seorang anak laki-laki sebanyak 26 kali hingga tewas. Motif di balik penikaman bocah Palestina-Amerika itu adalah kejahatan kebencian. Joseph M. Czuba, sang pemilik rumah, menargetkan para korban karena identitas Muslim mereka dan konflik Timur Tengah yang sedang berlangsung antara Hamas dan Israel. Sebelum membunuh anak umur 6 tahun tersebut Czuba berkata "kalian muslim harus mati". Peristiwa ini begitu ironis bahwa seseorang yang tidak bersalah harus menanggung hal kejam ini karena penyebaran informasi palsu yang menyebabkan seseorang jadi membenci suatu kelompok.

Berdasarkan kasus diatas dapat dilihat bagaimana suatu informasi palsu akan sangat berbahaya, apalagi jika seseorang hanya menelan mentah mentah informasi di media sosial tanpa mengetahui kevalidannya. Selain itu media dengan berbagai permainan kata mereka yang mengubah kesan negatif menjadi positif begitupun sebaliknya juga dapat mempengaruhi. Oleh karena itu kita sebagai seorang pembaca kita harus cerdas dalam memilah milih informasi mana yang valid dan terbukti kebenarannya. 

Kita tidak boleh dengan mudah terpengaruh oleh berita-berita bohong (hoax). Hal yang dapat dilakukan agar tidak termakan oleh berita palsu yaitu dengan mengecek sumber-sumber yang kredibel dan terpercaya. Selain itu pembaca harus pandai melihat dari berbagai sumber dan sudut pandang agar kita benar benar tahu apa yang sedang terjadi. tak cukup hanya itu kita harus menyadari bahwa terkadang mereka memanfaatkan emosi untuk memanipulasi sang pembaca berita. Terakhir adalah mengedukasi diri, belajarlah sebanyak yang kamu bisa tentang Sejarah dan konteks dari suatu konflik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun