Kenaikan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dari 11% menjadi 12% yang direncanakan akan berlaku mulai 1 Januari 2025 menimbulkan kekhawatiran di berbagai kalangan, terutama di kalangan generasi Z (Gen Z).Â
Generasi yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012 ini, yang baru memulai karier dan hidup mandiri, diperkirakan akan menghadapi tantangan finansial yang signifikan akibat kebijakan ini. Kenaikan tarif PPN berpotensi menurunkan daya beli masyarakat secara keseluruhan.
Menurut penelitian dari Center of Economic and Law Studies (Celios), kenaikan PPN dapat meningkatkan pengeluaran Gen Z sebesar Rp1.748.265 per tahun. Angka ini mungkin terlihat kecil dalam konteks pengeluaran bulanan, tetapi bagi Gen Z yang baru memulai karier, beban tambahan ini sangat terasa. Semakin meningkatnya biaya hidup, banyak dari mereka yang terpaksa mengurangi pengeluaran untuk barang dan jasa yang dianggap tidak esensial.Â
Penurunan daya beli ini dapat menyebabkan penurunan permintaan barang dan jasa, yang pada gilirannya dapat memicu perusahaan untuk mengurangi produksi. Ketika produksi menurun, risiko pemutusan hubungan kerja (PHK) meningkat.Â
Hal ini menciptakan situasi di mana peluang kerja bagi Gen Z menjadi semakin terbatas, terutama di sektor-sektor yang sangat bergantung pada konsumsi seperti ritel dan hiburan.Â
Dengan demikian, kenaikan PPN tidak hanya mengancam lapangan pekerjaan yang ada tetapi juga memperburuk kondisi pasar kerja bagi generasi muda.Â
Bagi banyak Gen Z, kenaikan PPN berarti mereka harus lebih bijak dalam mengelola anggaran pribadi mereka. Banyak dari mereka mungkin kesulitan untuk menabung atau berinvestasi untuk masa depan.
Selain dampak finansial, kenaikan PPN juga dapat memicu masalah kesehatan mental di kalangan generasi Z. Ketidakmampuan untuk menabung dan tekanan finansial yang meningkat dapat menyebabkan stres dan kecemasan.Â
Banyak dari mereka mungkin merasa terjebak dalam siklus utang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, yang dapat menyebabkan perilaku konsumsi yang tidak sehat seperti pengeluaran impulsif sebagai respons terhadap stres.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H