Berbicara tentang peranan pemuda, artinya sedang menelanjangi diri sendiri. Maka, hal ini yang sebenarnya sedang memaksa diri untuk mampu menilik kembali, mencermati sekian lintasan sejarah yang telah menyimpan banyak hal penuh arti. Sejarah yang membuat kita seharusnya semakin meneladani sosok-sosok luar biasa yang senantiasa menjadi pemain dalam setiap episode perjuangan, dan pada akhirnya sejarah pula yang sepatutnya menjadikan kita (dengan atau tanpa) sadar kembali ber-solilokui, bercermin pada diri kita sendiri.
Apakah kita tidak dapat memetik pelajaran, dari seorang Muhammad Al Fatih yang mampu menaklukkan Konstantinopel di usianya yang ke-23 tahun? Atau dari seorang Imam Syafi’i yang mampu menghafal 30 juz Al Qur’an sementara usianya baru menginjak 7 tahun? Atau seperti Shalahudin Al Ayyubi yang menguasai Palestina di usia yang ke-25 ? Atau dari seorang Panglima Perang utusan Rasulullah SAW, Usamah bin Zaid, padahal usianya kala itu masih teramat belia, 18 tahun ! Selanjutnya adalah kita, tanyakan kembali pada diri, di usia yang ke sekian, namun sudah terlalu lama menghabiskan waktu untuk berjalan di tempat, enggan untuk mengejar, berlari.
Ada seorang bijak yang mengatakan, “Jangan pernah tanyakan, ‘Apa yang telah negara berikan kepadamu?’, tapi tanyakanlah ‘Apa yang telah kau berikan kepada negara?”
Menjadi seorang pemuda, apatah lagi dengan menyandang status sebagai mahasiswa, idealnya memberikan kesempatan kepada kita untuk dapat memberikan sumbangsih yang lebih besar lagi. Pun salah satu alasannya ialah karena kita memiliki tanggung jawab lebih. Agent of change, istilah yang kian akrab di telinga ketika ditanyakan peranan seorang mahasiswa. Pada kenyataannya, hanya sebagian kecil mahasiswa yang menyadari peranan tersebut. Entah sebenarnya mereka benar-benar tidak menyadari atau padahal mereka menyadari hanya saja sikap apatis yang berusaha untuk menutupi.
Leader, yang jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia berarti pemimpin. Sebagian orang menerjemahkan kata ini dalam frame yang sama, dalam ruang lingkup yang (menurut penulis) terlalu sempit. Pemimpin kerap kali identik dengan jabatan paling tinggi di suatu tempat, lembaga atau instansi. Semua orang tentu setuju, pemimpin negara adalah Presiden. Pemimpin kelurahan adalah Lurah. Pemimpin Universitas adalah Rektor. Pemimpin Badan Eksekutif Mahasiswa di kampus adalah ketua BEM. Anggapan-anggapan sebagaimana yang telah disebutkan diatas memang tak ada yang harus disalahkan. Namun yang teramat disayangkan adalah kekeliruan kita dalam memaknai dan menyikapinya. Pemimpin bukanlah mengharuskan seseorang terlebih dulu untuk menjadi seorang ketua dalam suatu lembaga atau instansi terlebih dulu lantas baru memberikan kontribusi. Pemimpin bukan pula harus menyandang jabatan lebih tinggi, baru ia dikatakan sebagai pemimpin. Pemimpin bukanlah berbicara tentang posisi, tapi sebaliknya, pemimpin lebih mengarah kepada ke-berfungsi-an diri dalam partisipasi aktif. Tentu kita sudah teramat tahu, bahwa sejatinya setiap orang adalah pemimpin, minimal menjadi pemimpin bagi dirinya sendiri. Satu hal yang memang harus diingat lekat-lekat dalam benak adalah”Leader not a position, but a function !”
Kontribusi nyata sebagai seorang pemuda memiliki pengaruh yang besar atas baik atau buruknya suatu peradaban. Tidak berlebihan pula jika Bung Karno mengatakan, ”Berikan aku 10 orang pemuda, maka akan aku goncangkan dunia!”. Nyatanya memang demikian, pemuda memiliki potensi yang lebih banyak dibanding rentang usia lainnya, usia kanak apalagi usia renta. Oleh karenanya, kita yang mengaku masih muda, selanjutnya adalah tinggal bagaimana kita mampu menentukan pilihan; Menjadi Pemain dalam ’permainan’ atau sekedar duduk diam sebagai Penonton !
berikan kontribusi dalam setiap laku.
bergerak – bergerak – dan bergerak.
“Selalu ada berkah dalam tiap gerak”
“ Kipaskan sayap mu di seluruh ufuk
Sinarilah zaman dengan nur imanmu
Kirimkan cahaya dengan kuat yakinmu
Patrikan segala dengan nama Muhammad “
(Muhammad Iqbal – Harapan Kepada Pemuda)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H