Mohon tunggu...
Zahirahinas Tabina
Zahirahinas Tabina Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

playing basketball

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Hubungan Kecemasan dan Perilaku Bullying pada Remaja

17 Juli 2024   14:43 Diperbarui: 17 Juli 2024   14:44 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa hubungan antara kecemasan dan perilaku bullying pada remaja ?
Bullying dan kecemasan remaja merupakan dua fenomena yang saling berkaitan dan mempunyai dampak yang signifikan. Penelitian telah menunjukkan bahwa kecemasan dapat terjadi sebagai akibat dari intimidasi, baik langsung maupun tidak langsung.  
 Berikut beberapa penelitian yang membahas hubungan antara kecemasan remaja dan perilaku bullying:
1. Kecemasan Bullying: Penelitian Simboloni (2012) menunjukkan bahwa bullying dapat menyebabkan korbannya merasa putus asa, menarik diri, dan tidak mau berkomunikasi, antusias dan bahkan berhalusinasi. Kecemasan ini bisa disebabkan oleh bullying.
2. Hubungan positif antara penindasan dan kecemasan sosial: penelitian oleh Onyekuru dan Ugwu (2017) menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara penindasan dan kecemasan sosial di kalangan siswa sekolah menengah. Kecemasan sosial dapat berupa ketakutan, kekhawatiran akan masa depan, kecemasan dan kegugupan jangka panjang.
3. Pengaruh penindasan terhadap tingkat kecemasan sosial: Penelitian lain menunjukkan bahwa penindasan dapat memengaruhi tingkat kecemasan sosial korbannya. Kecemasan sosial dapat dipengaruhi oleh rendahnya harga diri dan kekuatan intimidasi.
4. Hubungan antara bullying dan kecemasan: penelitian Khoirunnisa, Maula dan Arwen (2018) menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara bullying dan tingkat kecemasan pada siswa SMK. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bullying dapat meningkatkan tingkat kecemasan korbannya.

Secara keseluruhan, penelitian ini menunjukkan bahwa kecemasan dapat berkembang sebagai konsekuensi dari pengalaman penindasan dan bahwa penindasan dapat memengaruhi Tingkat kecemasan sosial korban. Kecemasan sosial dapat berupa ketakutan, kekhawatiran akan masa depan, kecemasan dan kegugupan jangka panjang. Oleh karena itu, untuk mencegah dan mengurangi dampak negatif perundungan, penting untuk mengenali dan mengatasi perilaku perundungan serta mewaspadai kecemasan sosial pada generasi muda.
 
Mengapa bullying sering terjadi pada kalangan remaja?
Bullying sering terjadi di kalangan remaja karena sejumlah faktor lingkungan, psikologis dan sosial. Beberapa alasan yang ditemukan dalam penelitian tersebut antara lain:

1.Faktor keluarga: Anak yang berasal dari keluarga bermasalah, seperti orang tua yang agresif atau terlalu menghukum anak, mempelajari bullying dan menirunya kepada teman-temannya.
2.Faktor lingkungan sekolah: lingkungan sekolah yang tidak konstruktif dan tidak menghargai siswa sekolah lain dapat mempengaruhi anak untuk melakukan tindakan bullying.
3.Faktor kelompok sebaya: Anak-anak yang berinteraksi dengan teman sebayanya mungkin termotivasi untuk melakukan intimidasi untuk membuktikan statusnya dalam kelompok, meskipun mereka sendiri merasa tidak nyaman dengan perilaku tersebut.
4.Kondisi lingkungan sosial: Kemiskinan dan lingkungan sosial yang tidak stabil dapat mempengaruhi terjadinya bullying, misalnya anak-anak yang hidup dalam kemiskinan melakukan apapun untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
5.Faktor psikologis: Kaum muda egois dan cenderung berperilaku agresif, sehingga rentan terhadap perundungan.
6.Faktor tayangan televisi dan media cetak: Televisi dan media cetak yang menampilkan perilaku agresif dan kekerasan dapat memengaruhi perilaku remaja dan meningkatkan kemungkinan terjadinya intimidasi.
7.Keterlibatan tertinggi dalam cyberbullying: Remaja kemungkinan besar berpartisipasi dalam penindasan maya, yang dapat berdampak signifikan terhadap penindasan.
8.Perilaku bullying yang paling tinggi dilakukan: Penindasan verbal adalah bentuk penindasan yang paling umum di kalangan remaja, yang dapat berupa ejekan, gosip, atau ejekan.
9.Kurangnya kemampuan dan mengontrol perilaku: kurangnya kemampuan mengendalikan perilaku dan kemampuan mengambil keputusan dapat mempengaruhi perilaku bullying.
10.Keegoisan yang tinggi: Remaja memiliki keegoisan yang tinggi, sehingga mereka cenderung terlalu melebih-lebihkan dan kurang waspada, sehingga dapat berkontribusi terhadap terjadinya perundungan.
 
Kesimpulannya, intimidasi di kalangan remaja sering kali terjadi karena kombinasi faktor psikologis, sosial, dan lingkungan yang memengaruhi perilaku remaja dan meningkatkan potensi mereka untuk melakukan intimidasi.
 
Cara mengurangi terjadinya bullying pada kalangan remaja
Mengurangi penindasan di kalangan remaja melibatkan berbagai strategi yang dapat diterapkan oleh orang tua, guru, dan masyarakat.
 
Berikut beberapa cara untuk membantu mengurangi terjadinya bullying pada kalangan remaja, yang pertama adalah menanamkan nilai-nilai moral yang baik seperti memperkuat kesadaran remaja akan pentingnya setiap individu dan kepedulian terhadap orang lain melalui pendidikan moral yang baik. Yang kedua yaitu komunikasi yang baik, berikan contoh cara membantu korban penindasan, seperti dukungan, rekonsiliasi, dan pelaporan kepada orang dewasa, jangan ragu untuk menghubungi pihak berwajib untuk mengakhiri perilaku ini dan mendidik pelakunya agar bisa memberikan efek jera. Meningkatkan kesadaran: Mengkomunikasikan pengetahuan dan metode untuk memerangi penindasan. Yang ketiga untuk meningkatkan kesadaran di kalangan remaja tentang dampak negatif bullying dan pentingnya segala upaya untuk mencegahnya. Yang keempat mengembangkan kemampuan sosialisasi seperti membantu remaja mengembangkan keterampilan sosial, kepercayaan diri, dan ketegasan, menanamkan pertimbangan terhadap orang lain dan rasa etika. Yang kelima kesadaran orang tua jika korban penindasan menceritakan apa yang terjadi, mereka harus stabil secara emosional dan tidak melakukan kekerasan, tetap tenang, berikan efek jera kepada pelakunya, hentikan perilaku negatif tersebut, dan hindari mengulanginya. Yang keenam kesadaran guru, guru berperan penting dalam mencegah perundungan di kalangan siswa. Guru harus berinteraksi dengan baik dengan siswa dan memberikan pendidikan moral yang baik.Yang ketujuh kesadaran masyarakat, masyarakat harus berpartisipasi dalam pencegahan perundungan. Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya setiap individu dan kepedulian terhadap orang lain. Yang kedelapan kesadaran remaja, remaja perlu diingatkan bahwa penindasan berdampak buruk bagi teman-temannya dan diri mereka sendiri, Ia perlu meminta maaf dan menegaskan bahwa ia menyesali perbuatannya dan tidak akan mengulanginya lagi. Yang kesembilan meningkatkan kesadaran orang tua terhadap pencegahan penindasan, orang tua harus berpartisipasi aktif dalam pencegahan penindasan, memperkuat kesadaran orang tua akan kepentingan bersama dan perhatian terhadap orang lain. Yang kesepuluh meningkatkan kesadaran di kalangan remaja tentang pencegahan intimidasi, remaja perlu diingatkan bahwa intimidasi berdampak buruk bagi teman-temannya dan diri mereka sendiri, Ia perlu meminta maaf dan menegaskan bahwa ia menyesali perbuatannya dan tidak akan mengulanginya lagi.
 
Hubungan neoanalitik dengan bullying
Neoanalisis adalah teori psikoanalitik yang dikembangkan oleh Sigmund Freud dan diterapkan oleh beberapa psikolog dan ahli teori lainnya. Dalam konteks bullying, neoanalisis dapat digunakan untuk memahami perilaku bullying dan bagaimana individu mengembangkannya. Beberapa penelitian menggunakan neoanalisis untuk memahami bagaimana bullying dapat menjadi bagian dari kondisi psikologis seseorang.
Misalnya, sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Educational Science: Theory and Practice menggunakan neoanalisis untuk memahami bagaimana bullying menyebabkan depresi dan trauma pada korbannya. Beberapa penelitian lain telah menggunakan neoanalisis untuk memahami bagaimana bullying dapat menjadi bagian dari susunan psikologis seseorang dan bagaimana individu mengembangkan perilaku bullying.
Misalnya, sebuah penelitian yang diterbitkan di ResearchGate menggunakan neoanalisis untuk mengkaji bagaimana bullying menyebabkan depresi dan trauma pada korbannya, dan bagaimana individu merespons bullying melalui interaksi dengan lingkungan dan pengalaman masa lalu.
 
Secara ringkas, neoanalisis berkaitan dengan bullying dalam beberapa aspek, antara lain memahami perilaku bullying, bagaimana bullying mempengaruhi psikologi individu, dan bagaimana individu mengembangkan perilaku bullying. Neoanalisis dapat digunakan sebagai teori dasar untuk memahami bullying dan bagaimana individu mengembangkan perilaku bullying melalui interaksi dengan lingkungan dan pengalaman masa lalu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun