Makanan tradisional merupakan bagian penting dari budaya dan identitas masyarakat, terutama di Sulawesi Selatan yang memiliki kekayaan kuliner khas dari suku Bugis-Makassar. Dalam berbagai acara hajatan, seperti pernikahan, syukuran, atau pesta adat, hidangan yang disajikan umumnya berupa makanan-makanan khas yang telah diwariskan dari generasi ke generasi. Namun, di balik kelezatan makanan tradisional ini, terdapat tantangan besar bagi kesehatan, khususnya bagi penderita diabetes mellitus yang harus memperhatikan asupan gula, garam, dan lemak dalam kesehariannya.
Sulawesi Selatan memiliki beragam jenis makanan tradisional yang kerap menjadi bagian dari acara hajatan. Hidangan seperti coto Makassar, pallubasa, nasi kuning, burasa, dan kue-kue tradisional seperti barongko, kue lapis, serta onde-onde sering kali mendominasi meja makan dalam acara-acara ini. Makanan-makanan tersebut memiliki cita rasa yang khas dan kaya akan rempah, serta sering kali mengandung kadar gula, garam, dan lemak yang cukup tinggi. Misalnya, coto Makassar dan pallubasa menggunakan bahan dasar daging dengan kuah berlemak, yang biasanya juga ditambahkan dengan garam dalam jumlah cukup banyak. Kue-kue tradisional seperti barongko atau onde-onde mengandung gula sebagai salah satu komponen utama. Makanan ini memang menggugah selera dan menjadi identitas kuliner budaya Bugis-Makassar. Namun, bagi penderita diabetes mellitus, konsumsi makanan ini dalam jumlah besar dapat memicu masalah kesehatan, terutama karena kandungan gula dan lemak yang tinggi dapat memperburuk kondisi diabetes mereka.
Gula, garam, dan lemak merupakan tiga bahan makanan yang sangat berperan dalam meningkatkan cita rasa dan kenikmatan suatu hidangan. Akan tetapi, dalam Tumpeng Gizi Seimbang, ketiganya menjadi komponen yang harus dibatasi penggunaannya. Dalam masyarakat Bugis-Makassar, penggunaan gula untuk mempermanis kue tradisional, garam untuk memperkaya rasa makanan utama, dan lemak dari santan serta daging berlemak sering kali tidak diperhitungkan dengan baik dalam konsumsi sehari-hari. Hal ini tentu bertentangan dengan prinsip dari Tumpeng Gizi Seimbang yang menganjurkan pengurangan konsumsi ketiga bahan tersebut.
Bagi penderita diabetes mellitus, konsumsi makanan tinggi gula akan menyebabkan kenaikan kadar glukosa darah yang berpotensi memicu komplikasi seperti gangguan pada pembuluh darah, ginjal, dan penglihatan. Sementara itu, asupan garam yang berlebihan dapat menyebabkan hipertensi, yang merupakan faktor risiko utama bagi penderita diabetes. Lemak, terutama lemak jenuh, dapat meningkatkan risiko penyakit jantung, yang juga kerap terjadi pada penderita diabetes. Dengan demikian, konsumsi makanan yang kaya akan gula, garam, dan lemak perlu mendapat perhatian serius, terutama dalam konteks hajatan di mana makanan-makanan ini sering kali dikonsumsi dalam jumlah besar.
Mengonsumsi gula, garam, dan lemak secara berlebihan dapat membawa berbagai risiko kesehatan. Gula yang dikonsumsi dalam jumlah tinggi tidak hanya meningkatkan kadar gula darah tetapi juga meningkatkan risiko obesitas, yang pada gilirannya memperburuk kondisi diabetes mellitus. Konsumsi garam yang tinggi dapat mempengaruhi tekanan darah dan menyebabkan hipertensi, yang sangat berbahaya bagi penderita diabetes. Garam yang berlebihan juga dapat merusak ginjal, organ yang rentan pada penderita diabetes. Lemak jenuh, yang sering ditemukan dalam daging berlemak dan santan, berkontribusi terhadap penumpukan plak dalam arteri, meningkatkan risiko penyakit jantung dan stroke. Pada akhirnya, ketiga bahan ini jika dikonsumsi dalam jumlah yang tidak seimbang dapat memperparah kondisi penderita diabetes dan meningkatkan risiko komplikasi serius.
Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) yang diterapkan di Indonesia memberikan panduan kepada masyarakat untuk menjaga pola makan yang sehat dengan memperhatikan keseimbangan asupan karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral. Dalam Tumpeng Gizi Seimbang, terdapat tingkatan yang menunjukkan porsi dari setiap kelompok makanan yang sebaiknya dikonsumsi. Pada puncak tumpeng ini, terdapat pesan khusus untuk membatasi konsumsi gula, garam, dan lemak. Hal ini sangat relevan bagi penderita diabetes mellitus, di mana pembatasan ini menjadi bagian penting dari pengelolaan penyakit mereka.
Untuk memastikan bahwa makanan tradisional yang disajikan pada acara hajatan tetap sesuai dengan norma gizi seimbang, salah satu pendekatan yang dapat dilakukan adalah dengan memanfaatkan Tabel Komposisi Pangan Indonesia (TKPI). TKPI menyediakan informasi lengkap tentang kandungan nutrisi dari berbagai makanan, termasuk kadar gula, garam, dan lemak dalam setiap jenis makanan. Dengan mengacu pada TKPI, masyarakat dapat mengetahui komposisi gizi makanan tradisional mereka dan menyesuaikan porsi serta bahan-bahan yang digunakan untuk meminimalkan dampak buruk terhadap kesehatan, terutama bagi penderita diabetes mellitus.
Informasi tentang Angka Kecukupan Gizi (AKG) juga dapat dimasukkan dalam penyusunan menu makanan hajatan, sehingga masyarakat dapat mengetahui batas aman konsumsi gula, garam, dan lemak setiap harinya. Dengan demikian, penyajian makanan tradisional tetap dapat dinikmati oleh semua kalangan, termasuk penderita diabetes, tanpa mengesampingkan aspek kesehatan.
Edukasi tentang pentingnya menjaga keseimbangan asupan gula, garam, dan lemak perlu disebarluaskan, terutama dalam konteks budaya yang kaya akan makanan tradisional seperti di Sulawesi Selatan. Masyarakat Bugis-Makassar perlu diberi pemahaman bahwa mereka dapat tetap menikmati makanan tradisional yang lezat tanpa harus mengorbankan kesehatan. Informasi Nilai Gizi makanan yang berbasis digital dapat menjadi salah satu solusi untuk memperluas jangkauan edukasi ini. Database TKPI yang sudah dapat diakses melalui internet memudahkan masyarakat untuk mengetahui kandungan nutrisi dari makanan yang mereka konsumsi. Selain itu, dengan adanya aplikasi digital yang menyediakan informasi gizi ini, literasi gizi masyarakat dapat meningkat secara signifikan.
Dalam jangka panjang, upaya ini akan mendorong terbentuknya pola makan yang lebih sehat di tengah masyarakat, dengan memperhatikan kebutuhan nutrisi serta batasan-batasan yang sesuai dengan kondisi kesehatan masing-masing, terutama bagi penderita diabetes mellitus. Kombinasi antara kesadaran akan pentingnya Tumpeng Gizi Seimbang dan penggunaan informasi digital berbasis TKPI akan menjadi langkah penting dalam meningkatkan kesehatan masyarakat di Sulawesi Selatan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H