Mohon tunggu...
Ahmad Zahid Salafi
Ahmad Zahid Salafi Mohon Tunggu... Editor - Mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif hidayatullah Jakarta prodi Jurnalistik

Dibesarkan di lingkungan keluarga yang mayoritas berprofesi sebagai guru membuat sejak kecil sudah tertarik dengan buku, khususnya buku yang bertemakan geografi, teknologi dan sejarah. Sehingga hingga kini memiliki ketertarikan yang cukup besar terhadap isu-isu tersebut.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Apakah Rasa Kecemasan Beretorika Harus dihilangkan

14 Mei 2024   20:33 Diperbarui: 14 Mei 2024   20:39 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh: Syamsul Yakin & Ahmad Zahid SalafiDosen dan Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Manusia mengenal tentang anxiety (kecemasan) sebagai gangguan mental. Akan tetapi kecemasan adalah bagian dari kondisi hidup. Dengan demikian kecemasan dapat diartikan sebagai keadaan yang melekat pada diri seseorang seperti tegang, resah, gelisah, takut dan gugup yang subjektif sifatnya.

Demam panggung (stage fright) adalah salah satu dari bagian kecemasan beretorika. Kecemasan dalam konteks ini adalah ketakutan berbicara. Terutama berbicara di depan umum. Secara psikologis dapat diartikan, kecemasan beretorika itu bersifat alami. Sehingga wajar jika seseorang tidak siap untuk berbicara di depan umum hal tersebut akan dialaminya.

Kecemasan dapat muncul dikarenakan beberapa sebab. Pertama, kurangnya latihan. Latihan mendatangkan kebiasaan. Bisa karena biasa. Kedua, kurangnya pengetahuan yang berakibat pada ketidakmampuan dalam mengembangkan kata-kata dan menjawab pertanyaan dari audience. Ketiga, kurangnya pengalaman.

Dari penyebab-penyebab yang telah disebutkan, terdapat penyebab yang bersifat internal (kurangnya latihan dan pengetahuan) dan terdapat juga yang bersifat eksternal (karena kurangnya sosialisasi dan interaksi).
Keduanya pasti dapat ditangani.

Jika diteliti lebih jauh, kecemasan dalam beretorika muncul lebih sebagai akibat faktor psikologis, seperti takut dianggap bodoh dan bayangan akan kekhawatiran yang tidak beralasan, atau pengalaman buruk yang pernah dialami saat beretorika. Inilah yang disebut sebagai pembawaan pribadi atau trait anxiety.

Akan tetapi seringkali kecemasan tersebut muncul secara mendadak ketika di atas panggung, seperti kehilangan fokus, gugup, tegang, dan takut. Foktor pemicunya adalah rasa takut akan kegagalan dan lilitan pikiran negatif. Kecemasan seperti ini disebut (state anxiety).

Sehingga dapat dikatakan bahwa kecemasan adalah proses emosi yang diakibatkan tekanan dan perasaan tidak mampu menanganinya. Kecemasan beretorika sering direspon dengan dua cara. Pertama, melawannya hingga keadaan dapat diatasi. Kedua, terbang atau melarikan diri sehingga kecemasan semakin menjadi-jadi.

Orang yang mengalami kecemasan retorika memiliki ciri-ciri yang dapat diidentifikasi, seperti, suaranya yang bergetar, serak, terbata-bata, diam dalam waktu yang lama hingga mengakhiri pidatonya. Secara fisik, orang yang mengalami kecemasan retorika akan berkeringat dan jantungnya berdebar-debar.

Meskipun begitu sejatinya kecemasan beretorika tidak perlu dihilangkan. Sebab kecamasan penting untuk membuat persiapan lebih, mempelajari materi, dan memahami audience. Sehingga kecemasan beretorika cukup ditaklukan dengan persiapan yang matang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun