Tembong adalah ahli hukum pidana kucing yang telah sangat berpengalaman mengurusi dan menyelesaikan konflik horizontal pada sesama kucing di seluruh kampung. Tembong kucing seorang pengacara kondang, diberi nama Tembong karena ada bercak hitam di sebagian hidungnya. Tembong kucing yang termasuk tampan dikalangannya, dicintai banyak kucing betina bukan hanya karena ketampanannya, juga karena kecerdasan dan kepintarannya.
Selama hampir seminggu Lori dan kucing lain menunggu dewan kucing atas angket yang meraka ajukan. Namun selama hampir seminggu itu juga mereka tak mendapat kabar dan jawaban. Seminggu setelah Selo mati, mereka mengadakan peringatan tujuh hari kematian di samping rumah Pak RT, Wati sebagai tuan rumah menyediakan ciki wiskas, yang diberikan Bu RT ketika merasa gemas melihat para kucing berkumpul. Selo dikubur di samping rumah Pak RT, di sana ada tanah kosong milik Pak RT yang belum terjual.
Di sana mereka membicarakan kudeta jika dewan kucing tak mengabulkan permohonan hak angket mereka. Lori berujar bahwa perbuatan Kucing Bu Sumi adalah perbuatan yang kejam dan pantas diberi hukuman berat yang setimpal, terlebih lagi kebencian Lori terhadap Kucing Bu Sumi telah membuncah cukup lama, saat ia mendengar bahwa kekasihnya, dikawini oleh Kucing Bu Sumi dengan paksa di suatu maghrib di bulan Juni.
Lori tak mendengar rintihan dan teriakan kekasihnya itu, karena saat itu adzan berkumandang cukup keras, terdengar hingga luar kampung. Lori sangat familiar dengan suara kekasihnya, tapi hari itu kealpaannya membuatnya harus merasakan patah hati sekaligus kemarahan terhebat dalam sejarah hidupnya. Kekasihnya tak lagi perawan, bukan karenanya tapi karena kucing lain. Sungguh kisah cinta yang menyedihkan.
Wati merasa kehilangan atas meninggalnya Selo, di dalam lubuk hatinya yang paling dalam, Selo adalah kucing jantan yang ia cintai melebihi cintanya pada Bu RT---majikannya yang membesarkan Wati dari lahir hingga kini. Ciuman pertama Wati dan Selo terjadi saat pengajian Israj Miraj di rumah, saat itu Selo menghampirinya yang sedang duduk melihat bintang-bintang yang indah di langit malam.
Selo mendekat dan duduk di samping Wati, Selo sempat bercerita bahwa hal terindah dalam hidupnya adalah bertemu dan mengenal Wati, sebagai kucing betina Wati seketika luluh, ia menyandarkan tubuhnya pada Selo, lalu ciuman itu terjadi saat Surat Al-Fatihah dibacakan. Wati tak pernah melupakan kenangan itu. Kenangan manis yang tak bisa ia ulang lagi sampai kapan pun.
Lewat seminggu, Bu Sumi masih mengurung kucingnya di kandang, katanya sebagai bentuk hukuman agar kucingnya tak lagi berulah dan menyebabkan dirinya malu dihadapan para tetangga. Kucingnya dikurung pada sebuah kandang ayam yang terbuat dari kayu dan dibentuk serupa anyaman. Di atasnya ditaruh sebuah batu besar untuk mengganjal agar kucingnya tak bisa keluar. Kekuatan Kucing Bu Sumi sangat besar, salah satu kucing terkuat yang ada di kampung itu.
Kucing Bu Sumi memang telah banyak berulah yang membuat kucing lainnya marah dan membenci. Tapi kemarahan dan kebencian itu hanya dipendam, tak ada yang berani melawan Kucing Bu Sumi yang memiliki banyak anak buah. Hanya Selo yang mempunyai sedikit keberanian untuk melawannya, kucing malang yang kini hanya tinggal nama.
Kucing Bu Sumi memang cukup punya nama, ia sangat dihormati. Ayahnya adalah mantan Ketua Dewan Kucing yang mempimpin hampir sepuluh tahun, kekuatannya tak bisa dibendung oleh siapa pun, Ayah Kucing Bu Sumi adalah diktator yang ulung. Semua gerak-gerik warga kucing diatur dan ada hukuman berat bagi siapa saja yang melanggar aturan itu. Tak boleh ada kucing yang buang kotoran sembarangan di depan rumah warga, di gundukkan pasir pembangunan salah satu rumah atau buang kotoran di atap rumah warga. Seluruh kucing hanya boleh membuang kotorannya di tempat yang sudah disediakan para majikan.
Ada satu aturan yang membuat kucing-kucing dewasa yang masuk musim kawin jadi ketakutan. Aturan itu tak membolehkan setiap kucing untuk kencing sembarangan sekalipun di tembok. Banyak dari kucing jantan dewasa yang masuk musim kawin membuang air maninya di tembok-tembok warga, sembari terus mengejar betina yang dicintainya untuk dikawini. Banyak keluhan dari para majikan, yang lelah terus menerus harus membersihkan air kencing atau air mani yang sering kali menciptakan bau yang kuat, aroma tak sedap yang mengganggu hidung.
Kini ayah Kucing Bu Sumi sudah memasuki usia renta, masih dipelihara Bu Sumi dengan cekatan dan telaten. Kerjaannya hanya tidur dan makan, tapi kekuatan namanya masih menggaung hingga kini, hal itu dimanfaatkan oleh Kucing Bu Sumi untuk memudahkannya berbuat semena-mena pada warga kucing yang lain. Ayahnya sama sekali tak mengetahui perbuatan anaknya, tak ada satu kucing pun yang memberitahu. Bahkan Bu Sumi sama sekali tak pernah mengeluhkan kenakalan kucingnya itu.